Penjelasan Filsafat, dan Psikoanalisis Ketidaksadaran Kolektif  Sunda Empire
Kompas.com - 21/01/2020, 06:28 WIB Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, Bukti Masyarakat Rindu Kerajaan", SUMEDANG, KOMPAS.com - Keraton Sumedang Larang memandang positif dengan fenomena bermunculannya keraton, seperti Keraton Agung Sejagat di Jawa Tengah, termasuk Sunda Empire di Jawa Barat.
Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang, Luky Djohari Soemadilaga mengatakan, dari bermunculannya fenomena ini, ada nilai positif yang bisa dipetik. Positif, kata Luky, karena tentunya, ini potret kondisi masyarakat yang merindukan karakteristik bangsa Indonesia, yang asal usulnya dari kerajaan. Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang adalah yayasan yang menaungi Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang. Prabu Geusan Ulun sendiri merupakan raja terakhir Sumedang. Sementara Luky merupakan keturunan Prabu Geusan Ulun. Â Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keraton Agung Sejagat dan Sunda (via Kompas.com)
 Pertanyaannya adalah bagimana jawaban Psikoanalisis Ketidaksadaran Kolektif  dan filsafat pada kasus Sunda Empire ini mungkin diberikan penjelasan;
Di alam semesta ini ada hukum dikhotomi atas bawah, muka belakang, kiri kanan, duluan belakangan, tua muda, siang malam, panjang pendek, kaya meskin, gemuk kurus, pagi sore, laki perempuan, kecil besar, benar salah, amal dosa, bodoh pintar, cepat lambat dan seterusnya; Semua hal bersifat dialektika antara dua hal yang berbeda, dan saling melengkapi.
Pemikir Carl Jung membahas tema manusia pada dua kutub bineri apa yang disebut tatanan  Rasional dan tatana Irrasional; baik secara individu dan kolektive [masyarakat]; Masyarakat adalah gabungan dan dialekika antara sadar dan tidak sadar, atau berada dalam remang-remang; dengan penggabungan dua hal ini justru manusia menjadi manusia. Umat manusia itu adalah gabungan identitas tubuh dan berkembang dalam dua kutub rasional dan irasional;
Carl Jung menunjukkan  fakta eksistensial dasar termasuk dalam kategori ini  misalnya, bumi memiliki bulan, klorin adalah unsur atau bahwa air membeku pada suhu tertentu dan mencapai kepadatan terbesarnya pada empat derajat celcius  seperti halnya kebetulan. Mereka tidak rasional bukan karena mereka tidak logis, tetapi karena mereka tidak masuk akal.Â
Dalam model tipologi Jung, fungsi psikologis pada dua kutub  "intuisi dan sensasi"  digambarkan sebagai tidak rasional.  Baik intuisi maupun sensasi adalah fungsi yang menemukan pemenuhan dalam persepsi absolut dari fluks peristiwa. Oleh karena itu, sesuai sifatnya, mereka akan bereaksi terhadap setiap kemungkinan kejadian dan selaras dengan yang benar-benar bergantung, dan karenanya harus kekurangan semua arahan rasional.
Untuk alasan ini saya menyebutnya fungsi irasional, sebagai lawan dari pemikiran dan perasaan,  menemukan pemenuhan hanya ketika mereka sepenuhnya selaras dengan hukum-hukum akal.  Hanya karena [tipe yang tidak rasional] penilaian bawahan terhadap persepsi, akan sangat salah untuk menganggapnya sebagai "tidak masuk akal." Akan lebih benar untuk mengatakan  mereka berada pada tingkat empiris tertinggi. Mereka mendasarkan diri mereka sepenuhnya pada pengalaman;
Dalam Psikologis tipe  Jung (1971/1921) menggambarkan empat fungsi psikis dasar yang mampu menjadi sadar: intuisi, sensasi, perasaan, dan berpikir:  Di bawah sensasi,  memasukkan semua persepsi melalui organ-organ indera; dengan berpikir, yang saya maksud adalah fungsi kognisi intelektual dan pembentukan kesimpulan logis; perasaan adalah fungsi dari evaluasi subjektif; intuisi yang saya ambil sebagai persepsi melalui ketidaksadaran, atau persepsi tentang peristiwa tidak sadar.