Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penjelasan Filsafat dan Psikoanalisis Ketidaksadaran Kolektif Kasus Sunda Empire

23 Januari 2020   03:42 Diperbarui: 23 Januari 2020   04:06 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petinggi Sunda Empire, Foto via Kompas.com

Ludwig Klages memperpanjang filosofi hidup di Jerman dengan mendesak bahwa mata air irasional kehidupan manusia adalah "alami" dan harus diikuti dalam upaya yang disengaja untuk membasmi alasan adventif; dan Oswald Spengler memperluasnya ke sejarah, yang menurutnya secara intuitif sebagai proses irasional pertumbuhan dan pembusukan organik.

Di eksistensialisme, Soren Kierkegaard , Jean-Paul Sartre, dan Albert Camus semua putus asa karena membuat masuk akal dari dunia yang tidak koheren; dan masing-masing memilih alternatifnya sendiri untuk alasan   lompatan iman, kebebasan radikal, dan pemberontakan heroik, masing-masing.

Secara umum, irasionalisme berimplikasi pada (dalam ontologi )   dunia tanpa struktur, makna, dan tujuan yang rasional; atau (dalam epistemologi ) bahwa akal sehat pada dasarnya cacat dan tidak mampu mengetahui alam semesta tanpa distorsi; atau (dalam etika) jalan untuk standar obyektif adalah sia-sia; atau (dalam antropologi) yang dalam sifat manusia itu sendiri dimensi yang dominan tidak rasional.

Dan jawaban finalitas Kasus Sunda Empire   tetang  irrational apa yang dikatakan oleh Arthur Schopenhauer   tampaknya merupakan produk hadir tanpa ada alasan, karena semua hal dialam semesta ini adalah produk kehendak metafisika yang tidak dapat ditopang oleh fakultas akal budi.

Daftar Pustaka:

  • Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Empirik Pada Kabupaten Kota Bogor, Sumedang, Ciamis Indonesia;
  • Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Kejawen Di Solo Jawa Tengah Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun