Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Uang, Kepemimpinan, dan Rusaknya Negara

30 September 2019   08:01 Diperbarui: 30 September 2019   08:16 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, fokus Platon pada kesehatan mental cenderung mengabaikan konsekuensi sosial dari keserakahan. Di mana beberapa orang mengamankan sebagian besar barang yang tersedia, ada jauh lebih sedikit untuk yang lainnya. Keserakahan tidak memiliki hati nurani untuk keadilan sosial; itu tumbuh gemuk dan kembung tetapi tidak berbagi dengan yang membutuhkan.

Bahkan seandainya jiwa individu atau korporat, yang sangat tergila-gila dengan mengumpulkan lebih banyak lahan sawit, membakar hutan,  barang, lepas dari kepedihan hati nurani, keserakahannya itu salah asalkan berkontribusi terhadap ketidakadilan sosial.

Kedua, meskipun Platon menetapkan beberapa solusi untuk ketamakan. Platon mengusulkan untuk mereformasi hasrat dengan pelatihan dan pendidikan berkepanjangan untuk kelas kecil yang berbakat, sehingga akan puas bahkan tanpa apa pun untuk memanggil menjadi diri sendiri. Keinginan   sendiri direformasi,  kemudian akan mengatur keinginan pada orang lain.

Visi jiwa yang dibimbing oleh akal bukan tanpa daya tarik, tetapi jika dipikir itu berhasil untuk Platon karena teladan gurunya Socrates. 

Platon membuat Socrates menjadi filsuf semi-ilahi tanpa kebutuhan tubuh, yang selera makan, minum, dan seks tak pernah lebih baik darinya.

Ini berarti   tidak dapat menggeneralisasi dari kasusnya: terlalu tidak manusiawi   untuk melepaskan seseorang dari semua masalah dan kondisi tubuh, terlalu drastis   menghancurkan struktur dengan menghapus semua harta.

Kita tahu betul, sebagai makhluk berwujud,   harus mampu menandai apa itu miliknya. Tanpa   manusia tidak memiliki martabat, kebebasan, keamanan, identitas.  Kuncinya adalah menjaga agar kebutuhan  kan harta milik  tidak berubah menjadi keserakahan kepemilikan.

Jika Platon tidak membantu dengan latihan itu, manusia bisa melakukan lebih buruk daripada kembali ke suara-suara lain yang berbicara tentang cinta seperti apa yang menjadi akar dari semua kebaikan umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun