Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Veronica Koman; Analisis Intelligent dan Ancaman Keamanan Negara

5 September 2019   02:31 Diperbarui: 5 September 2019   13:08 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam relasi dan hubungan tatanan global yang menjadi tema utama adalah persoalan menguasai dan dikuasi, mengawasi, dan diawasi. Ada relasi saling mengalienasi antara satu kekuatan dengan kekuatan lainnya.

Bentuk relasi ini kadang disebut relasi tuan budak, atau dalam artian lebih subtil adalah relasi hubungan kapitalisme antara pemilik modal, dengan segala kekuatannya menerabas menjadi mendunia atau mengglobal. Berbagai mekanisme diatur dalam apa yang dilabelkan dengan pasar bebas, pasar yang ditentukan oleh efisensi, tanpa tariff, dan tanpa hambatan. 

Aliran modal berjalan menunju tempat yang menguntungkan, dan akan cepat berpindah dari suatu kawasan ke kawasan lainnya jika opsi lain memiliki risiko tak dapat dikendalikan. Apapun bisa  dilakukan dalam tatanan benefit and cost menuju apa yang disebut return atau laba.

Manusia disebut bahagia apabila diukur dengan kekayaan, kemakmuran, didogmakan menjadi laba perlembar saham secara mikro, dan pendapatan per kapita dalam sisi makroekonomi. Maka money is the power, ada lagi disebut knowledge is the power.

Dua power ini lah sebagai apa yang disebut keunggulan kompetitif yang dipakai sebagai alat untuk menguasai baik mikro, makro, sampai tatanan global internasional.

dokpri
dokpri
Lavel yang dipakai apa yang disebut kategori Negara maju, Negara berkembang, dan Negara meskin, atau secara mikro apa yang disebut UMKM, perusahan besar atau go public, atau perusahaan lintas Negara yang dengan mekanisme industry hulu, intermediate, dan hilir disebut konglomerasi dalam sebuah keniscayaan.

Pada sisi lain matauang pun tidak lepas pada konsep menguasi dan dikuasai. Apa yang dinamakan kurs valuta asing, nilai tukar IDR [Rp] terhadap dollar Amerika adalah bentuk lain ekspansi kekuasaan hegemoni. 

Nilai uang kita tidak ditentukan oleh kita, demikian juga harga emas tidak ditentukan di kita tetapi di Landon, bunga antar bank ada disebut LIBOR atau JIBOR.

Ini semua secara semiotika menunjukkan Negara ini wajib mematuhi aturan dan regulasi internasional supaya dapat diterima dan dianggap mematuhi apa yang disebut kebaikan global. Boleh saja pemerintah membuat UU bersama DPR sepanjang aturan tersebut menunjang dan berbakti kepada hegemoni aturan internasional.

Dan aturan ini suka atau tidak suka telah disetujui oleh Punggawa Negara Indonesia dalam berbagai pertemuan bilateral dan multilateral supaya Negara kita patuh pada komitmen, kesepakatan, saling pemahaman, misalnya kontrak kerja, bahan baku industry segmen pasar dapat diawasi, dikontrol dan menghasilkan keuntungan bagi yang kuat.

Persis seperti ini suatu Negara mengalami alienasi dan keterkungkungan dalam apa yang disebut system global. Filsafat menyatakan keadilan didefinisikan kondisi keberpihakan bagi yang kuat. Maka keadilan adalah keuntungan bagi mereka yang kuat.

Dampaknya luar bisa semua hal ikhwal dari A sampai Z semua aspek kehidupan kita menjadi diatur oleh dalil ini, mulai dari ilmu, teknologi, seni, sastra, ukuran kriteria apa saja semuanya sampai hak azasi manusia.

Wajar jika dalam buku Republic karya Plato atau Platon menyatakan.... Hanya dokter yang bisa menyembuhkan orang sakit, dengan demikian dokter juga bisa membuat penyakit yang mematikan.

Teks ini kemudian saya buat penelitian kemudian menyimpulkan bahwa ... para akhli ilmu ekonomi dan bisnis yang mampu mengobati krisis ekonomi moneter, namun dalam waktu yang sama mereka juga bisa membuat resep yang mematikan ekonomi suatu Negara. Kemudian hari Max Weber menyebutnya sebagai rasio instrumental;

Dengan pendasaran yang cukup ini, saya membuat diskursus tentang bagimana dalam konteks global mekanisme ekonomi dan politik luar negeri bisa berjalan secara bersamaan untuk memelihara merawat system kapitalisme itu pada tatanan yang dikehendaki.

Persis ditahap ini terjadi apa yang disebut analisis intelligent menjadi sesuatu yang niscahaya untu kemudian membaut dua macam strategi umum yakni strategi mempertahankan, dan strategi ekspansi.

Untuk strategi bertahan; ada istilah  disebut system ["Red Alert"]. Suka atau tidak suka,  Negara super power menggabungkan [knowledge and money] membuat apa yang disebut alarm untuk mengawasi system syaraf ekonomi mereka untuk  dapat dijalankan pada semua rantai pasok diseluruh dunia.

Tatanan akumulasi modal dan semua strategi, pengalaman perjanjian sejarah, karaketer budaya, yang mengalami deviasi dipastikan menghasilkan lampu menyala dalam 3 katagori.

Hijau, kuning, dan merah.  Pada kondisi kuning diperlukan lobi dan negosiasi, pada lampu hijau disebut Negara baik atau patuh, dan pada lampu merah ["Red Alert"]  disebut Negara mbeling atau nakal.

Jika mau disebut agak nakal bahwa ["Red Alert"] adalah Negara nakal atau melakukan penyimpangan pada tatanan menguasi dan kesedian untuk dikuasai. Dan kemungkinan berdampak negative pada kepentingan Negara kuat [pada dua unsur modal knowledge and money].

Maka pertanyaannya apa yang dilakukan pada Negara dikategorikan ["Red Alert"].  Bukan hanya Indonesia Kuna atau Jawa Kuna punya ilmu keris ditaroh dibelakang, atau blangkon.  Metafora Blangkon adalah rapi didepan tetapi dibelakangnya berbeda. Atau Indonesia Lama menyebut diam dan main lewat cara lain.

Jika satu pintu tertutup maka ada 999 pintu lain bisa menjadi jalan keluar atau ada di Jawa disebut Lawang Sewu di Semarang. Rumah gaib ini adalah metafora yang bisa dipakai  atau disebut akibat tanpa penyebab yang diketahui [hidden layer].

Akibat tanpa penyebab yang dapat diketahui [hidden layer], itu diandaikan sama seperti secret operation intelligent. Jelas dari namanya secret operation intelligent memerlukan beberapa registrasi minimum [a] kemampuan fakultas akal budi, [b] kemampuan fakultas kesan indrawi, [c] kemampuan aesthetika atau mimesis; [d] kemampuan melakukan, dan [e] beyond effect.

Katakanlah kemampuan aesthetika atau mimesis atau kemampuan meniru menyamar tersembunyi terputus tanpa jejak, atau semacam chaos  atau dalam kecerdasan dilakukan melalui fuzzy system. Maka  hal ini didukung oleh apa yang disebut mengolah pada berturut-turut pada; suara, data, informasi, pengetahuan, dan meta pengetahuan.

Teknologi adalah mutlak sebagai upaya menciptakan kemampuan melakukan tindakan.  Tetapi teknologi disini berperan sebagai tiruan dalam artian semacam apa yang ditans substansikan pada panopticon  gagasan Jeremy Bentham.

  Apa itu panopticon  gagasan Jeremy Bentham. Adalah semacam alat yang efektif mengawasi dalam 1 fenomena  ruang dan waktu semua hal terpasang semacam cctv atau mata-mata. Mata-mata dimaksudkan supaya ada remote control dalam mengawasi untuk menghasilkan 3 katagori; Hijau, kuning, dan merah ["Red Alert"].

Lalu dimana kemungkinan-kemungkinan seperti yang dikatakan dalam media masa adanya keterlibatan asing dalam kasus di Papua sebagai tanda semiotika   lampu merah menyala ["Red Alert"] dalam kepentingan kontelasi hegemoni akumulasi [knowledge and money],  idiologi, geopolitik, dan bisnis bertarung dalam kepentingan hubungan transaksional dalam artian lebih luas.

Analisis filsafat intelligent dengan mudah mampu menjawab dan membuat proposisi-proposisi, dengan dua pendekatan yakni pendekatan positif, negative, untuk menghasilkan benang merah dalam kondisi labirin kompleks  tetapi menghasilkan simpulan pada [a] korelasi [hubungan], dan [b] pengaruh, [c] moderating, [c, ] intervending atau [d] post factum.

Simpulan korelasi adalah hubungan bolak balik atau kerekatan peristiwa [event] baik before atau after.  Pengaruh adalah yang bersifat bebas [factor x] dengan kondisi tidak bebas [y]; Moderating adalah factor antara mediasi   factor bebas x, dan  kondisi tidak bebas [y].

Posisi moderating adalah kondisi yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu kondisi satu dengan kondisi lainnya namun berada diluar mekanisme tatanan;  

Kondisional intervending kondisional  secara logis mempengaruhi hubungan antara kondisi bebas dengan tidak bebas menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Adalah ada yang disebut latent kondisional;

Konstruksi ini dibangun dengan sifat apa yang disebut post factum, bahwa data atau fakta yang sudah terjadi dianalisis, kemudian menemukan pola modus operandi dan persis disini ada disebut uji konsistensi signifikansi kondisi artinya logika dan fakta saling berhubungan atau kemudian disebut kesaman pola atau pengulangan sejarah. 

Sebaliknya bila post factum non signifikan berarti ada kesenjangan diantara logika dan fakta maka ini disebut paradox atau perubahan kontelasi dan permanian atau keunikan novelty modus tatanan. Dan persis disinilah kemampuan intelligent Negara  yang bersifat melampaui [beyond] diperlukan;//

*] Semua tulisan adalah bentuk pernyataan dalam topeng kata, dan keterselubungan multimakna [hipersemiotika]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun