Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran Itu "Belum Ada"

10 Agustus 2019   15:30 Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:39 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah Sesungguhnya Kebenaran Itu Belum Ada"***

Jika memaghami dan membaca dengan benar maka ada paradoks dokrin William Ockham (1287-1347) kata "credo ut intelligam" (aku percaya untuk memahami) atau memperluas iman agama, dan saat bersamaan makin memperkecil "Scientia".

Disinilah terjadi perselisihan dalam padangan sejarah dunia sampai hari ini menjadi fenomena di Indonesia. Maka pada kondisi ini; agama atau teologi berjalan tanpa filsafat "Scientia" ; dan filsafat ("Scientia") tidak memerlukan agama atau teologi. Keduanya bisa jalan sendiri-sendiri;

dokpri
dokpri
Paradoks cara padang ini (world view) pada hubungan Tuhan, dengan ciptaan mempengaruhi episteme. Atau paham determinisme Albert Einstein (1879-1955), dan Pythagoras (570SM-495SM), bahwa hukum-hukum yang tidak dipandu oleh hukum-hukum umum, dan fakta kontingen berdiri sendiri lepas, dan tidak saling mempengaruhi secara univeral, maka syollogisme deduksi (umum) kepada khusus (partikular) menjadi tidak berlaku.  

Maka pada kondisi ini; agama atau teologi berjalan tanpa filsafat ("Scientia"), dan filsafat ("Scientia") tidak memerlukan agama atau teologi. Keduanya bisa jalan sendiri-sendiri. Maka alam dengan cara padang filsafat ("Scientia") hanya dijadikan artefak, seperti mesin, yang terlepas dari yang kudus, dan sacral, dan misteri.

Tulisan ini tidak mengambil cara padang dalam dokrin "Deus absconditus", Tuhan tersembunyi, tak terjangaku fakultas akal budi manusia. Tuhan bersifat kekal, dan "ananta", berada di luar waktu. Hukum alam bisa berubah-ubah jika Tuhan mau. 

Karena metode "Deus absconditus", mempersempit kapasitas akal budi atau pemikiran pembawa jalan modern (via moderna).  Maka alam adalah sebagai kinerja mesin dengan dua tatanan yakni materi, dan gerak yang bisa dikonversi dengan cara rasionalitas.

Saya membayangkan fakta hari ini secara jujur  menunjukkan manusia bisa naik kereta api, lewat jalan tol, atau  pesawat terbang pulang ke Solo, Jogja, Bali, wisata liburan ke Jepang, Eropa, hanya beberapa menit atau jam dan tidak jalan kaki karena hasil otak pikiran cerdas, kemampuan menciptakan, dan seterusnya. 

Atau pada sisi lain ada fakta  manusia sakit TBC, malaria, flu, buta karena katarak, gigi berlobang, bau ketiak, bisa di sembuhkan dengan hasil ilmu, dan logika, dan bukan dengan doa.  Persis dikondisi ini terjadi sesuatu pemahaman baru, jika mau jujur dan tidak emosi, tidak pakai sumbu pendek, atau mau membatinkan lebih dalam sangat dalam pada  cara berpikir.

dokpri
dokpri

Bahkan NASA Space Shuttle (USA), dengan kecepatan hingga 28.100 kilometer per jam atau 1,4 jam untuk mengelilingi Bumi. Bahkan jika tahun 2030 ide ini diproduksi, komersialisasi pesawat Space Shuttle maka jarak Jakarta ke Tokyo Jepang hanya butuh waktu 3 menit sampai  5 menit atau mungkin 1 menit. 

Demikian juga hasil riset publikasi terakhir telah ditemukan adanya partikel Tuhan (God particle: Higgs boson), dan bumi kembar. Tahun 2030 manusia bisa masuk hape, dalam 5 dimensi, mobil pintar, rumah pintar, semua adalah ciptaan otak manusia. Itulah daya otak manusia.

dokpri
dokpri

Tetapi bagi saya pribadi kebenaran, seperti halnya pengetahuan, secara mengejutkan sulit untuk didefinisikan, saya sendiri tidak paham apa itu benar apa itu salah yang paling dalam, paling ultima, dan paling prima. Kebenaran itu sangat subtil dan disisilain keras kepala, dan sulit ditemukan. 

Kalaupun ada kebenaran maka mungkin hanya bersifat sementara, bersiklus, kemudian diganti, digeser dengan paradigm baru.  Atau kebenaran itu hanyalah cara pandang saja [world view], hanya persepsi belaka, yang tidak pernah tetap, bersiklus, dan menjadi saja. 

Semua kebenaran mengandung anomaly, paradox, antinomy, dan negasi. Skeptisisme  Jules Henri Poincare (1854-1912), pada ketidakstabilan teori dan hipotesis yang dibuat, selalu ada pergeseran paradigma, dibuang, dirombak, dan semakin banyak dan bermacam-macam, hal yang sama dengan pemikiran Thomas Kuhn, Karl Popper tetang anolami dan pergeseran paradigm. 

Martin Heidegger pada being and time, terpaksa mengganti nama manusia menjadi {Dasein] sebuah kata baru mengganti pengertian manusia untuk masuk dalam jalan baru menemukan "Apakah itu kebenaran".

"Apakah itu kebenaran". Brandon Carter, (1942-) , Robert Henry Dicke (1916--1997) tentang evolusi alam, dan episteme nya sebagai pilihan yang realitis untuk dapat diuji, dan kemungkinan perubahan episteme dengan dasar pada fakta yang ada di bumi;

dokpri
dokpri

"Apakah itu kebenaran"; adalah dialektika antara yang disebut Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible). Kebenaran adalah upaya  umat manusia mencari menemukan dan mendefenisikan segala sesuatu atau membedakan antara "rest, motion, sameness, difference [Ada, Diam, Gerak, Sama, Beda]. Kelima unsur ini akhirnya saling menodai, dan saling beralienasi sehingga memunculkan kosmos [tatanan] dan kekacauan [cheos].

"Apakah itu kebenaran"; Filsuf Yunani Kuna, Herakleitos (540SM-480SM) "tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen". Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Kemudian Herakleitos menyebut "panta rhei kai uden menei" artinya, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Maka ketika ditanya kepada Herakleitos apa itu kebenaran dia tidak menjawab apa apa karena kebenaran hanya goyang-goyang jari saja.

"Apakah itu kebenaran";  Aristotle, Platon membagi kosmos dalam dua tatanan, (a) fana (sublunar). Dan kedua (b) wilayah abadi (supralunar), bersifat dialektika dengan kesinambungannya, konstan, dan tidak mengalami perubahan. Pada sisi waktu kosmos tidak berawal, dan tidak berakhir, abadi dalam waktu. 

Teori  kosmogoni, ada perbedaan antara kosmis dengan alam semesta yang bersifat netral. Kosmos adalah adanya tatanan yang tepat, baik, indah, dapat dapat dipahami. Kosmos adalah aspek jasmani (raga) dari "logos". Maka konsep kosmos logos dapat dipahami oleh fakultas akal budi, dan fakultas kesan indrawi.

dokpri
dokpri

Aristotle, Platon membagi kosmos dalam dua tatanan, (a) fana (sublunar). Dan kedua (b) wilayah abadi (supralunar), bersifat dialektika dengan kesinambungannya, konstan, dan tidak mengalami perubahan. Pada sisi waktu kosmos tidak berawal, dan tidak berakhir, abadi dalam waktu. Ada dua pilihan dalam memahami realitas alam semesta (a) mengekang Tuhan dengan pertimbangan logika atau melalui Scientia (pembisaan pelatihan intelektual), (b) memahami semua realitas dengan jalan realitas melalui (religio) agama. 

Maka implikasi pada "Novum Organum Scientiarum", oleh Francis Bacon (1561-1626), tentang Tuhan menyediakan dua Kitab bagi manusia yakni Kitab Suci, dan Kitab Alam. Dua kitab ini memunculkan episteme gagasan filsafat Skolastik dengan dua cara menemukan Tuhan, dan realitas melalui (religio), dan melalui Scientia (pembisaan pelatihan intelektual) sebagai upaya mencari keselamatan atau membangun "regnum hominis" (pengetahuan sebagai kekuasaan manusia di dunia) atau establishing the dominion of man on earth ("regnum hominis").

Aristotle pun menyatakan kebenaran memiliki 1 substansi, dan 9 kategori, sangat sulit dan rumit untuk paham sesuatu mesti melalui cara ini. Kata-kata Socrates: {"Gnothi Seauton kai meden agan"}, artinya ["kenalilah dirimu sendiri, dan jangan berlebihan"). Tulisan "Gnothi Seauton kai meden agan"},  terdapat pada Kuil orakel terkenal di Delphi Dewa Apollo dalam tradisi Yunani Kuna.

dokpri
dokpri
"Apakah itu kebenaran";. Plato atau Platon membuat 5 dua [1] garis membagi kategori bergerak keluar dari zona gua [2]"Eikasia (persepsi/gosib)" atau [3] "Pistis (kesan pancaindra"] menuju tahap lebih tinggi yakni tahap pengetahuan intelek atau episteme dalam kemampuan menjadi manusia pembelajar memahami [4] "Dianoia"] atau logika abstrak matematika, dan sampai kepada tertinggi tertanammnya jiwa manusia pada pengetahuan [5] "Noesis"] atau (Arete) pada dokrin paidea. 

Tetapi Ploton mengakui ada ristensi alam yang tidak didapat dipahami dengan 5 tahap tersebut dalam mencari apa disebut idea indah baik dan benar. Ristensi ini oleh Platon disebut disebut Khora (Chora), atau persilangan kemenjadian dengan 4 anasir tanah, api, udara, air ada yang tidak dapat ditundukkan oleh logika manusia.

"Apakah itu kebenaran";.  Immanuel Kant (1724-1804), 12 Kategori "The Critique of Pure Reason" pada akhirnya   menyatakan "Noumena" adalah benda/objek pada dirinya sendiri (das ding an sich). Manusia tidak dapat mengetahui noumena (sebagai misteri X). Cabe belum tentu cabe karena pohon cabe tidak dapat dikonfirmasi apakah dia benar pohon cabe dan bisa menjawabnya, pohon manggis, rambutan tidak bisa dikonformasi diajak dialog.

dokpri
dokpri
"Apakah itu kebenaran";. Abad 17 ketika Isaac Newton (1643-1727) merumuskan alam sebagai teori universal gravitasi berkeyakinan alam semesta adalah buah kehendak Tuhan dalam bentuk Matematika. Max Born (1882-1970) peraih nobel fisika 1954, memberi kuliah umum tentang angka misteri 137, menyatakan ada hubungan teori relativitas umum dengan teori kuantum;. Teori relativitas umum mampu membuat rekonstruksi awal sejarah alam semesta.

"Apakah itu kebenaran";. Max Born (1882-1970) peraih nobel fisika 1954, memberi kuliah umum tentang angka misteri 137, menyatakan ada hubungan teori relativitas umum dengan teori kuantum;. Teori relativitas umum mampu membuat rekonstruksi awal sejarah alam semesta. Isaac Newton (1643-1727) merumuskan alam sebagai teori universal gravitasi berkeyakinan alam semesta adalah buah kehendak Tuhan dalam bentuk Matematika.

dokpri
dokpri

"Apakah itu kebenaran";.  Rene Descartes (1596-1650), metode meragukan (Skepticism) atau Discourse on Method (metode wacana atau diskursus melalui (1) Berpikir (res cogitans), dan (2) Res Extensa (materi atau tubuh), dengan menggunakan daya "Intellectual Perception" yang jernih, terpilah-pilah (clara et distincta). Hanya dengan metode melalui "Intellectual Perception" Clear, and Distinct, dan ide-ide bawaan (innates ideas).

"Apakah itu kebenaran";. Georg Wilhelm Friedrich Hegel  tema "History of Philosophy" atau Filsafat Sejarah. Beberapa pokok pikiran  Hegel menyebut Proses ini sebagai Dialektika" [tesis, anti tesis, sintesis]: "Kemajuan", atau "Pembangunan" atau Progress". Dialektika terjadi karena adanya dialog Roh yang berlangsung terus, melalui proses negasi, dan perbaikan. 

Pada "filsafat roh," kemudian menemukan sebagai berikut: (1) "peleburan Roh dalam kehidupan alami;" (2) "munculnya Roh ke dalam kesadaran akan kebebasannya," yang mewakili suatu pemisahan sebagian Roh dari alam; dan (3) "Evolusi Spirit keluar dari bentuk kebebasan khusus ini ke dalam universalitas murni atau ke dalam kesadaran diri. Dengan makna lain kebenaran itu adalah belum ada, terus berproses menjadi, dan diakhir sejarah akan ada rekonsiliasi. Maka Kebenaran itu belum ada.

dokpri
dokpri

"Apakah itu kebenaran";  Jacques Lacan (1901-1981),  Niels Bohr (1885-1962), mungkin memiliki kesamaan pengertian tentang {"Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible)"} bersifat paradoks bahwa ada itu karena sudah dibahasakan, tidak Ada karena belum dikenakan Bahasa. 

Dan Bahasa atau {"the Symbolic"} adalah mengatakan apa yang tidak dapat dikatakan; Kebenaran ada dalam bahasa tetapi pada sisi lain bahasa sama dengan {"ada"}. Tidak ada berarti belum dikenakan bahasa, atau sesuatu itu ada tapi belum ada bahasa yang dapat dikenakan padanya. 

Itu disebut sebagai {"the Real"}. Niels Bohr menyimpulkan {"kita tertunda oleh bahasa"}, atau Ketika saya berkata-kata, maka ada tiga saya, (a) saya yang berkata-kata, (b) saya ada dalam kata-kata itu, (3) saya bingung (ragu-ragu) atau tidak paham.

dokpri
dokpri

"Apakah itu kebenaran"; filsuf terbesar Martin Heidegger (1889-1976)  kebenaran itu keras kepala dan suka menyembunyikan diri atau ("interpretation of the Truth Aletheia") atau kebenaran suka menyembunyikan diri ("Aletheia"), maka diperlukan cara lain dengan apa yang disebut stimung atau secara ontological meaning of mood ( Stimmung). 

Tema tentang eksistensi otentik manusia untuk: (1) fenomenologi; (2) eksistensi sebagai milik pribadi, dan berada dalam waktu, (3) ada dalam dunia, (4) Das Man atau Manusia Impersonal, (5) stimung mood, dan faktisitas, (6) Kecemasan, dan Ketidakadan, (7) tentang kematian manusia, (8) keprihatinan, dan temporalitas, (9) Historisitas. 

Metode untuk sampai kepada [Ada] atau [Sein] diperlukkan apa yang disebut Heidegger sebagai ["Logos"]. Kata ["Logos"] oleh Heidegger disebut interprestasi ["Auslegung"] untuk memahami (verstehen) memahami life expression yang tersembunyi. Metode interprestasi ["Auslegung"] disebut Heidegger sebagai "Hermeneutika"

dokpri
dokpri

"Apakah itu kebenaran". Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844--1900),  dalam 3 bentuk mental manusia roh singa, roh unta, dan roh bayi. Dan  hidup  atau manusia adalah menerima realitas (iya sekaligus tidak) secara bersamaan, apa adanya polos, tanpa kepentingan apapun juga, tidak dikonsepkan dengan dalil ajaran atau teori apapun atau tidak ada ide fixed. 

dokpri
dokpri

Upaya dan cara saya mencari kebenaran kebenaran itu hanyalah akhirnya saya hanya menenukan segala sesuatu adalah sementara, tidak ada yang disebut ide fixed. Saya tampaknya mencari hal itu setiap   hari dan waktu mencari mendefinisikan apa itu kebenaran. Namun sulit untuk didefinisikan karena semuanya besifat ["kemungkinan"], pada beberapa pencarian deduksi induksi atau beberapa kasus atau sampel berulang segera menunjukkan kekurangan. 

Melalui jalur Skepticism artinya meragukan semua hal (keraguan umum umat manusia), merupakan cara memperoleh kepastian pengetahuan melalui "uji substansi" , lebih dari 30 tahun saya [Prof Apollo] lakukan secara sungguh-sungguh mencari apa itu kebenaran melalui fenomenologi, etnografi, filologi, posmodernisme, pemikiran kritis, Deducto Hypothetico- Empirico Verification, Meditasikan, Metodologi Penelitian (deducto hypothetico- empirico verification), Matematika (Logika Deduksi), Statistika (logika induksi), Paradigma Ilmu, Paradigma Dalam Riset, Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Tangga-tangga ilmiah metodologi penelitian, tetapi simpulannya apa itu kebenaran belum bisa saya jawab.

dokpri
dokpri

Pada sisi lain Ironisnya, selama 3.000 tahun berlalu  setiap definisi kebenaran yang dikembangkan para filsuf menjadi   pertanyaan, "Apakah itu benar" belum memiliki finalitas sampai hari ini.

Secara sederhana, saya dapat mendefinisikan kebenaran sebagai: pernyataan tentang bagaimana dunia sebenarnya. Saya   melihat berbagai teori di bawah ini yang telah dipertimbangkan oleh para filsuf tetapi itu adalah definisi yang cukup kasar dan siap untuk memulai. 

Datang dengan definisi kebenaran berada di bawah disiplin epistemologi atau studi pengetahuan meskipun beberapa filsuf mengkategorikannya sebagai studi dalam metafisika - studi tentang apa yang nyata.

Dalam esai ini, saya akan melihat beberapa alasan mengapa mendefinisikan kebenaran bisa menantang. Kebenaran tampak seperti sesuatu yang secara alami saya pahami dan sementara intuisi dapat membantu saya dalam memahami apa itu, definisi permukaan memberi saya masalah unik dan saya akan mengilustrasikannya. Saya kemudian akan menjelaskan beberapa istilah dan konsep yang akan membantu saya memahami dengan lebih baik apa itu kebenaran. Selanjutnya, saya akan melihat tiga pandangan utama tentang kebenaran. 

Teori koherensi menggambarkan kebenaran dalam hal kepercayaan yang saling berhubungan. Keyakinan adalah benar jika konsisten dengan keyakinan lain yang saya miliki. Teori korespondensi menggambarkan kebenaran dalam kaitannya dengan konsep atau proposisi yang dimiliki dunia nyata. 

Akhirnya postmodernisme memaparkan pandangan tentang kebenaran dalam hal perspektif individu dan kesepakatan komunitas. Sementara esai ini tidak fokus pada masalah-masalah praktis seperti mengapa pandangan tentang kebenaran itu penting, saya akan mengatakan beberapa kata tentang gagasan itu di akhir dan menyediakan lebih banyak sumber daya untuk bacaan lebih lanjut.

Definisi Kebenaran yang sulit dipahami.  Saya mendefinisikan kebenaran bisa jadi menantang. Mari di lihat secara singkat mengapa ini terjadi dengan contoh yang tampaknya sederhana. Misalkan Anda memeriksa sebuah apel dan menentukan  itu merah, manis, halus dan renyah. Anda mungkin mengklaim inilah apel itu. Dengan kata lain, Anda telah membuat klaim kebenaran tentang apel dan tampaknya membuat pernyataan tentang sifat asli apel. 

Tetapi masalah segera muncul. Anggaplah teman Anda buta warna (ini tidak diketahui oleh Anda) dan ketika ia melihat apel, ia mengatakan  apel itu berwarna kehijauan yang membosankan. Dia juga membuat klaim kebenaran tentang warna apel tetapi itu berbeda dari klaim kebenaran Anda. Apa warna apel itu?

dokpri
dokpri
Nah, Anda mungkin merespons, itu masalah yang mudah dipecahkan. Ini sebenarnya merah karena saya telah menetapkan  teman Anda memiliki anomali dalam alat pengumpul kebenarannya (penglihatan) dan meskipun saya mungkin tidak tahu dia memilikinya, fakta   melakukannya berarti pandangannya tentang kenyataan tidak benar. 

Tapi sekarang mari saya anggap semua orang buta warna dan saya semua melihat apel "merah" berwarna hijau? Saya dapat membuat keberatan ini semakin kuat dengan menanyakan bagaimana saya tahu  saya semua sebenarnya tidak buta warna dengan cara yang tidak saya pahami dan apel sebenarnya tidak berwarna merah. 

Tidak ada yang memiliki akses ke warna apel "asli". Sekali lagi, jawabannya mungkin  ini adalah masalah pengetahuan , bukan masalah kebenaran. Apel benar-benar merah tetapi saya semua percaya itu hijau. Tetapi perhatikan  kebenaran warna apel memiliki sedikit peran dalam apa yang saya yakini. Tidak ada yang tahu apa kebenaran itu dan karena itu tidak memainkan peran dalam epistemologi saya.

Tantangannya adalah  pandangan saya tentang kebenaran sangat terkait erat dengan perspektif saya tentang apa yang benar. Ini berarti  pada akhirnya, saya mungkin dapat menghasilkan definisi kebenaran yang masuk akal, tetapi jika saya memutuskan  tidak ada yang bisa mencapai apa yang benar (yaitu, tahu kebenaran), apa gunanya definisi tersebut? Yang lebih bermasalah adalah  perspektif saya bahkan akan memengaruhi kemampuan saya untuk menghasilkan definisi! Ini bukan masalah kecil dan Saya akan mengeksplorasi beberapa tanggapan di bawah ini.

"Apakah itu kebenaran".  Kebenaran dan Makna. Sebelum saya sampai pada definisi kebenaran, diperlu mendefinisikan beberapa istilah yang digunakan dalam definisi tersebut yang akan membuat hal-hal sedikit lebih mudah dicerna. Epistemologis (orang yang mempelajari kebenaran, kepercayaan dan pengetahuan) menggunakan konsep-konsep berikut sebagai kerangka kerja untuk studi kebenaran mereka.

"Apakah itu kebenaran". Proposisi . Definisi teknis umum dari suatu proposisi (dikreditkan ke Peter van Inwagen) adalah "pembawa nilai kebenaran yang non-linguistik." Proposisi adalah representasi dunia atau cara dunia mungkin dan proposisi dapat benar atau salah. Proposisi berbeda dari kalimat . Kalimat adalah representasi simbolis, linguistik dari proposisi. Oke, itu semua sangat teknis. Apa artinya?

Mari saya ambil kalimat, "Bulan memiliki kawah." Ini adalah kalimat   yang seharusnya menyatakan beberapa fakta tentang dunia atau kenyataan (dan khususnya tentang bulan). Karena ini dalam bahasa Inggris, Saya mengatakan itu "linguistik" atau berbasis bahasa. Jika saya ingin berfilsafat tentang itu, saya dapat menggambarkan sifat-sifatnya sebagai memiliki 3 kata dan 18 huruf, itu dalam bahasa   yang ditulis dalam font 11 titik dan hitam. Saya bisa menulis kalimat yang sama seperti ini:

Bulan memiliki kawah .

Kalimat ini memiliki sifat yang berbeda dari yang pertama di atas. Yang ini masih memiliki jumlah kata dan huruf yang sama dan itu dalam bahasa Inggris. Tetapi dalam 18 titik font dan ditulis dengan warna biru. Apa kesamaan   kalimat itu? Ya, mereka semua mengekspresikan ide atau makna yang sama dan saya bisa mengatakan "kebenaran" yang sama. Saya dapat mengekspresikan ide yang sama dalam bahasa Swahili, semaphore, kode Morse, atau sistem simbolik lainnya yang menyampaikan makna.

Perhatikan  simbol-simbol itu sendiri tidak benar atau salah. Arti kalimat mewakili itu benar atau salah. Kalimat adalah representasi simbolis dari sesuatu yang lain - proposisi. Sifat umum yang benar dari semua kalimat yang mengungkapkan kebenaran yang sama adalah apa yang oleh para filsuf disebut sebagai konten proposisional dari kalimat atau "proposisi." 

Sekarang saya dapat lebih memahami ide di balik "pembawa nilai kebenaran non-linguistik." Proposisi adalah non-linguistik karena mereka tidak ditulis atau diucapkan dalam bahasa. Mereka memberikan kebenaran karena mereka adalah hal-hal yang benar atau salah. Inilah yang memungkinkan mereka untuk diekspresikan atau "dicontohkan" dalam berbagai sistem simbolik yang berbeda seperti kalimat berbasis bahasa. Ketika datang untuk memahami kebenaran, banyak filsuf percaya proposisi berada di pusat.

"Apakah itu kebenaran". Keyakinan . Keyakinan adalah hal-hal (setidaknya) yang dimiliki orang. Mereka tidak ada di luar pikiran. Beberapa filsuf mengatakan kepercayaan adalah "disposisi." Artinya, mereka cenderung seseorang untuk berperilaku seolah-olah hal yang mereka yakini benar. 

Jadi, kepercayaan, secara sederhana, adalah proposisi yang diterima seseorang sebagai cara mewakili dunia yang sebenarnya. Keyakinan bisa mengenai proposisi yang salah dan dengan demikian menjadi "salah" karena orang menerimanya sebagai benar. Ini adalah perbedaan kritis. Sementara proposisi harus benar atau salah, kepercayaan bisa tentang proposisi benar atau salah meskipun seseorang selalu menerimanya sebagai benar.

Beberapa filsuf berusaha mendefinisikan kebenaran "secara mandiri." Itu berarti, mereka ingin membuat definisi yang tidak bergantung pada apakah manusia dapat benar-benar percaya atau tahu apa yang benar. Kebenaran dipandang sebagai independen dari pikiran saya dan mereka mencari definisi yang menangkap hal ini. Filsuf lain telah mengembangkan teori yang membuat orang tetap di pusat. Yaitu, kebenaran dan kepercayaan dianggap bersama dan tidak dapat dipisahkan. Saya akan mencoba membuat relevansi dari pandangan "epistemis" vs "independen" tentang kebenaran yang relevan di bawah ini.

"Apakah itu kebenaran". Pengetahuan Pengetahuan adalah keyakinan pada proposisi yang benar  seseorang dibenarkan dalam memegang sebagai benar. Kondisi di mana seseorang dibenarkan rumit dan ada banyak teori tentang kapan kondisi tersebut dipenuhi. 

Teori pengetahuan berusaha untuk menggambarkan ketika seseorang berada dalam hubungan kognitif "benar" dengan proposisi yang benar. Saya menggambarkan beberapa teori pengetahuan dan beberapa tantangan dalam pemahaman apa itu kebenaran.

dokpri
dokpri
"Apakah itu kebenaran". Pandangan Koherensi Kebenaran Gagasan utama di balik pandangan ini adalah  kepercayaan itu benar jika "disatukan" atau konsisten dengan hal-hal lain yang diyakini seseorang. Misalnya, fakta yang diyakini seseorang, katakan "rumput itu hijau" adalah benar jika keyakinan itu konsisten dengan hal-hal lain yang diyakini orang itu seperti definisi hijau dan apakah rumput itu ada dan sejenisnya. Itu juga tergantung pada interpretasi istilah-istilah utama dalam kepercayaan lain itu. 

Misalkan Anda selalu hidup di daerah yang tertutup salju dan tidak pernah melihat rumput atau membentuk kepercayaan tentang kehidupan tanaman yang aneh ini. Klaim "rumput adalah hijau" tidak akan sesuai dengan keyakinan lain karena Anda tidak memiliki keyakinan yang memasukkan konsep "rumput." Klaim, "rumput adalah hijau" akan menjadi omong kosong karena mengandung istilah "rumput" yang tidak masuk akal. Artinya, Anda tidak pernah membentuk kepercayaan tentang rumput sehingga tidak ada keyakinan baru ini untuk menyatu.

Seperti yang dapat Anda lihat dari deskripsi di atas, teori koherensi biasanya dijelaskan dalam hal kepercayaan. Ini menempatkan teori koherensi dalam pandangan "epistemis" tentang kamp kebenaran yang disebutkan di atas. Ini karena, menurut ahli teori koherensi, saya hanya bisa mendasarkan kepercayaan yang diberikan pada hal-hal lain yang saya yakini. 

Saya tidak bisa "berdiri di luar" sistem kepercayaan saya sendiri untuk membandingkan kepercayaan saya dengan dunia yang sebenarnya. Jika saya percaya Booth menembak Lincoln, saya hanya dapat menentukan apakah kepercayaan itu benar berdasarkan pada hal-hal lain yang saya yakini seperti "Wikipedia memberikan informasi yang akurat" atau "Profesor saya tahu sejarah dan mengomunikasikannya dengan baik" atau "tetanga Tuab X adalah  benar-benar bajingan".

Ini adalah kepercayaan lain dan berfungsi sebagai dasar untuk keyakinan awal saya. Dengan demikian kebenaran pada dasarnya bersifat epistemik karena setiap model lain membutuhkan jenis akses ke "dunia nyata" yang tidak bisa saya miliki. 

Seperti filsuf Donald Davidson menggambarkan situasi, "Jika koherensi adalah ujian kebenaran, ada hubungan langsung dengan episte, karena saya memiliki alasan untuk percaya banyak kepercayaan saya bersatu dengan banyak orang lain, dan dalam hal ini saya memiliki alasan untuk percaya banyak keyakinan saya benar. "

"Apakah itu kebenaran". Teori Korespondensi tentang Kebenaran. Arguably pandangan yang lebih luas dipegang kebenaran (berasal dari tradisi rasionalis yang lebih luas dalam filsafat), filsuf yang berpendapat untuk teori korespondensi berpendapat  ada dunia di luar keyakinan saya yang entah bagaimana dapat diakses oleh pikiran manusia. 

Lebih khusus lagi, teori korespondensi berpendapat  ada satu set representasi (atau proposisi) yang membawa kebenaran tentang dunia yang selaras atau sesuai dengan kenyataan atau keadaan di dunia. Keadaan yang adil adalah cara tertentu dunia atau realitas. Ketika sebuah proposisi sejajar dengan dunia, proposisi tersebut dikatakan benar. Kebenaran, pada pandangan ini, adalah hubungan korespondensi itu.

"Apakah itu kebenaran". Ambil proposisi ini: "Pemanin Bulu Tangkis Indonesia memenangkan dalam pertandingan final All Angland pada 2014." Proposisi ini benar jika sebenarnya "Pemanin Bulu Tangkis Indonesia memenangkan final All Angland pada tahun 2014 (melakukannya) dan salah jika mereka tidak.

Perhatikan  pada pandangan ini, proposisi tentang realitas berbeda dari keyakinan yang mungkin saya miliki tentang kenyataan. Saya percaya proposisi - saya percaya  bulan memiliki kawah. Apa yang mengikuti "itu" dimaksudkan untuk menandakan proposisi yang diyakini seseorang. Jadi kebenaran pada pandangan ini adalah ketika proposisi cocok dengan kenyataan.

Teori korespondensi hanya menjabarkan kondisi untuk kebenaran dalam hal proposisi dan cara dunia sebenarnya. Definisi ini tidak melibatkan kepercayaan yang dimiliki orang. Proposisi itu benar atau salah terlepas dari apakah ada orang yang mempercayainya. 

Bayangkan proposisi sebagai cara dunia mungkin: Pemanin Bulu Tangkis Indonesia memenangkan dalam pertandingan final All Angland pada 2014." "Seahawks memenangkan Super Bowl 48" atau Pemanin Bulu Tangkis Indonesia kehilngan medali pada All Angland pada 2014". Proposisi yang benar adalah yang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

dokpri
dokpri
Anda   melihat  definisi ini tidak termasuk komponen kepercayaan. Yaitu, tidak seperti teori koherensi, teori korespondensi menggambarkan kebenaran dalam istilah yang independen dari kepercayaan yang mungkin dimiliki manusia. Ini memiliki keuntungan berbeda dari memisahkan kebenaran dari bisnis kepercayaan dan pengetahuan yang berantakan, tetapi dapat menuntut pengaduan tidak praktis.

"Apakah itu kebenaran". Postmodernisme dan Kebenaran. Pemikiran postmodern mencakup area teoretis yang luas tetapi menginformasikan epistemologi modern khususnya ketika sampai pada kebenaran. Teori kebenaran postmodern sulit untuk diartikulasikan secara ketat karena teori postmodern cenderung menghindari definisi yang keras dan cepat. 

Tetapi Saya dapat memberikan beberapa wawasan di sini. Sederhananya, postmodernis menggambarkan kebenaran bukan sebagai hubungan di luar pikiran manusia yang bisa saya selaraskan dengan keyakinan, tetapi sebagai produk keyakinan. 

Saya tidak pernah mengakses kenyataan karena saya tidak pernah bisa keluar dari keyakinan saya sendiri untuk melakukannya. Keyakinan saya berfungsi sebagai filter yang menjaga kenyataan (jika hal seperti itu ada) di luar saya. Karena saya tidak pernah dapat mengakses realitas, tidak ada gunanya untuk menggambarkan pengetahuan atau kebenaran dalam hal realitas karena tidak ada yang dapat saya katakan tentang hal itu yang bermakna. Kebenaran kemudian dibangun oleh apa yang saya rasakan dan akhirnya percayai.

"Apakah itu kebenaran". Immanuel Kant. Saya cenderung menyisihkan fondasi pemikiran postmodern dengan karya Immanuel Kant, khususnya dengan karyanya The Critique of Pure Reason . Dalam pandangan saya, Kant berada di gerbang pemikiran postmodern. Dia sendiri bukan seorang postmodernis tetapi menyediakan kerangka kerja untuk apa yang kemudian berkembang.

dokpri
dokpri
Kant membuat perbedaan mendasar antara "objek" dari pengalaman subjektif dan "objek" dari "realitas." Dia memberi label pada fenomena sebelumnya dan noumena yang terakhir. Noumena untuk Kant adalah hal-hal dalam diri mereka sendiri ( ding an sich ). 

Ini ada di luar dan terpisah dari pikiran. Inilah yang saya sebut "kenyataan" atau keadaan sebenarnya yang mirip dengan apa yang saya lihat dalam teori korespondensi di atas. Tetapi bagi Kant, noumena sepenuhnya tidak dapat diketahui dalam dan dari diri mereka sendiri . Namun, noumena memunculkan fenomena atau adalah kesempatan saya mengenal fenomena tersebut.

Fenomena itu membentuk dunia yang saya kenal, dunia "untuk saya" ( fur uns). Ini adalah dunia batu, pohon, buku, meja, dan benda lain yang saya akses melalui panca indera. Ini adalah dunia pengalaman Saya. Namun dunia ini tidak ada terlepas dari pengalaman saya. Ini pada dasarnya adalah pengalaman. 

Kant mengutarakan gagasan ini sebagai berikut: dunia seperti yang saya tahu adalah "nyata secara fenomenal tetapi ideal secara transenden." Yaitu, hal-hal yang Saya yakini ada di dunia adalah bagian "nyata" dari pengalaman subjektif Saya, tetapi hal-hal itu tidak ada terlepas dari pengalaman subjektif itu dan tidak melampaui ide-ide yang Saya miliki. Noumena itu "nyata transendental" atau mereka ada di dalam dan tentang diri mereka sendiri tetapi tidak pernah dialami secara langsung atau bahkan secara tidak langsung.

Misalnya, Anda melihat sebuah apel. Anda melihat bentuk dan warna tertentu. Anda bisa mengambilnya dan merasakan beratnya dan menggigitnya dan merasakannya agak manis dan mungkin sedikit asam. Ini semua adalah pengalaman Anda tentang apel. 

Kant menyarankan  pengalaman-pengalaman ini tidak memberi tahu saya banyak tentang apel 'asli'. Lagi pula, bagaimana saya bisa tahu  pengalaman saya adalah apel yang asli? Mungkin orang lain akan melihat warna yang sedikit berbeda ketika dia melihat apel. Atau jika Anda hanya memiliki sesuatu yang sangat manis, apel akan terasa lebih asam tetapi jika Anda memiliki sesuatu yang sangat asam, apel mungkin akan terasa lebih manis. 

Jadi apa rasa apel yang sebenarnya? Kant (dan postmodernis pada umumnya) akan mengatakan  ini bukan pertanyaan yang bagus karena saya tidak pernah bisa melampaui pengalaman subjektif saya untuk menjawabnya. Sebaliknya, saya dapat mengatakan  fenomena   warna, bentuk, dan rasa   yang saya alami adalah untuk saya dan sangat nyata bagi saya. Tetapi saya tidak bisa melampaui (melampaui) pengalaman subjektif itu. 

Sebaliknya, saya harus menggambarkan apel hanya dengan istilah-istilah itu. Saya bisa mengatakan, "Apel rasanya manis bagi saya ." Tetapi saya tidak dapat benar-benar mengatakan, "Apel itu manis ." Karena tidak mungkin untuk benar-benar mengetahui sesuatu di luar pengalaman subjektif.

Noumena diberi bentuk dan bentuk oleh apa yang digambarkan Kant sebagai kategori pikiran dan 'keteraturan' ini memunculkan objek-objek fenomenal. Di sinilah ia berhubungan dengan kebenaran: objek-objek fenomenal bukanlah analog, salinan, representasi atau hal semacam itu dari noumena. Noumena memunculkan fenomena tetapi sama sekali tidak menyerupai mereka. 

Para cendekiawan telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencoba memahami Kant tentang hal ini karena sepertinya pikiran berinteraksi dengan noumena dalam beberapa cara. "Apakah itu kebenaran". Tetapi Kant tampaknya jelas  pikiran tidak pernah mengalami noumena secara langsung dan fenomena itu sama sekali tidak mewakili noumena.

Saya sekarang dapat melihat awal dari pemikiran postmodern. Jika saya memahami noumena sebagai "realitas" dan fenomena sebagai dunia yang saya alami, saya dapat melihat  saya tidak pernah melewati pengalaman saya dengan realitas itu sendiri. 

Ini tidak seperti foto yang mewakili seseorang dan dengan melihat foto itu saya dapat memiliki pemahaman tentang seperti apa sebenarnya "orang sungguhan" itu. Alih-alih (menggunakan contoh yang diakui kikuk) itu seperti jatuh cinta. Saya dapat dengan mudah memiliki pengalaman dan saya tahu otak terlibat tetapi saya tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Dengan mengalami euforia jatuh cinta, saya tidak belajar apa pun tentang cara otak bekerja.

Pada pandangan ini, apakah kebenaran itu? Secara abstrak saya dapat mengatakan kebenaran ditemukan dalam noumena karena itulah kenyataan. Tetapi postmodernis telah mengambil ide Kant lebih jauh dan berpendapat  karena saya tidak bisa mengatakan apa-apa tentang noumena, mengapa repot-repot dengan itu? Kant tidak memberikan alasan yang baik untuk percaya  noumena itu ada tetapi tampaknya telah menegaskan keberadaannya karena, bagaimanapun juga, sesuatu diperlukan untuk memunculkan fenomena tersebut. Postmodernis singkirkan saja bagasi ekstra ini dan hanya fokus pada apa yang saya alami.

"Apakah itu kebenaran". Perspektif dan Kebenaran. Lebih jauh, pengalaman setiap orang tentang dunia sedikit berbeda   saya semua memiliki pengalaman hidup yang berbeda, latar belakang kepercayaan, kepribadian dan watak, dan bahkan genetika yang membentuk pandangan saya tentang dunia. Ini membuat mustahil, kata kaum postmodernis untuk menyatakan "kebenaran absolut" tentang banyak hal karena pandangan saya tentang dunia adalah produk dari perspektif individu saya. 

Beberapa orang mengatakan  pandangan dunia saya membentuk seperangkat lensa atau kerudung yang dengannya saya menafsirkan segalanya dan saya tidak dapat melepas lensa itu. Interpretasi dan perspektif adalah ide-ide kunci dalam pemikiran postmodern dan dikontraskan dengan "penglihatan sederhana" atau pandangan yang sepenuhnya objektif tentang kenyataan - sesuatu yang ditolak oleh postmodernis sebagai sesuatu yang mustahil.

Saya hanya memiliki keyakinan yang saling terkait dan untuk setiap individu, itulah kebenarannya. Saya dapat melihat beberapa kesamaan di sini dengan teori kebenaran koherensi dengan jaringan kepercayaan yang saling berhubungan dan didukung satu sama lain. 

Tetapi ketika teori koherensi menyatakan  koherensi di antara kepercayaan memberi saya alasan untuk berpendapat  apa yang saya yakini sesuai dengan beberapa realitas eksternal, postmodernis menolaknya. Dalam postmodernisme tidak ada yang cocok dengan keyakinan saya atau jika ada, keyakinan saya tidak pernah melampaui batas pikiran saya untuk memungkinkan saya membuat klaim tentang realitas itu.

"Apakah itu kebenaran". Kesepakatan Komunitas. Postmodernisme berbeda dari subjektivisme radikal (kebenaran berpusat hanya pada apa yang dialami seorang individu) dengan membiarkan  mungkin ada "kesepakatan komunitas" untuk beberapa klaim kebenaran. Idenya adalah  dua orang atau lebih mungkin dapat menyepakati klaim kebenaran tertentu dan membentuk kesepakatan bersama  proposisi yang diberikan adalah benar. 

Agar jelas, itu tidak benar karena mereka setuju memetakan atau sesuai dengan kenyataan. Tetapi karena semua kelompok sepakat  proposisi atau argumen yang diberikan bekerja dengan cara praktis, atau memiliki kekuatan penjelas (tampaknya menjelaskan beberapa hal tertentu), atau memiliki kekuatan intuitif yang kuat untuk mereka, mereka dapat menggunakan perjanjian bersama ini untuk membentuk komunitas pengetahuan .

Ketika Anda memikirkannya, ini adalah bagaimana hal-hal cenderung bekerja. Seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang dianggap benar dan menulis makalah yang menjelaskan mengapa menurutnya itu benar. Ilmuwan lain membaca makalahnya, menjalankan eksperimen mereka sendiri dan memvalidasi klaimnya atau tidak dapat membatalkan klaimnya. Para ilmuwan ini kemudian mendeklarasikan teori "valid" atau "signifikan" atau memberinya cap persetujuan lain. 

Dalam kebanyakan kasus, ini tidak berarti teori itu kebal dari pemalsuan atau disangkal - itu tidak mutlak. Ini hanya berarti  mayoritas komunitas ilmiah yang telah mempelajari teori tersebut setuju  itu benar mengingat apa yang mereka pahami saat ini. Kesepakatan bersama ini menciptakan "kebenaran" komunal bagi para ilmuwan itu. Inilah yang membuat Richard Rorty menyatakan frasa yang sering dikutip, "Kebenaran adalah apa yang akan dilepaskan oleh kolega saya."

"Apakah itu kebenaran". Kebenaran dalam Kehidupan Nyata. Para filsuf seharusnya mencintai kebijaksanaan dan kebijaksanaan lebih berorientasi pada hal praktis daripada teori. Artikel ini sebagian besar tentang pandangan teoretis tentang kebenaran, jadi bagaimana saya menerapkannya? Kebanyakan orang tidak menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang apa itu kebenaran tetapi cenderung bertahan di dunia tanpa pemahaman itu. 

Itu mungkin karena dunia tampaknya memaksakan dirinya pada saya daripada menjadi subjek dari beberapa teori yang mungkin saya kemukakan tentang bagaimana ia harus beroperasi. Saya semua membutuhkan makanan, air dan tempat berteduh, makna, persahabatan, dan beberapa tujuan yang memaksa saya bangun dari tempat tidur di pagi hari. Ini adalah semacam kebenaran praktis yang tidak tunduk pada kelancaran teori filsafat.

Meski begitu, saya semua bersaing dengan klaim kebenaran setiap hari. Saya harus membuat keputusan tentang apa yang penting. Mungkin Anda sangat khawatir tentang politik dan apa yang diklaim oleh politisi atau kebijakan apa yang harus didukung atau dibatalkan. Mungkin Anda peduli dengan atlet mana yang harus diperdagangkan atau apakah Anda harus makan daging atau mendukung barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan besar. 

Anda mungkin ingin tahu apakah Tuhan itu ada dan jika demikian, yang mana. Anda mungkin peduli apa yang dikatakan teman atau orang yang Anda cintai dan apakah Anda dapat mengandalkan mereka atau berinvestasi dalam hubungan mereka. Dalam setiap kasus ini, Anda akan menerapkan teori kebenaran apakah Anda menyadarinya atau tidak dan sedikit refleksi tentang apa yang Anda pikirkan tentang kebenaran akan menjadi penting.

Pandangan Anda tentang kebenaran akan memengaruhi cara Anda muncul di tempat kerja dan memengaruhi keputusan yang Anda buat tentang cara membesarkan anak-anak Anda atau menangani konflik. Misalnya, anggap Anda dihadapkan pada pertanyaan kompleks di tempat kerja tentang sesuatu yang menjadi tanggung jawab Anda. Anda perlu memutuskan apakah akan mengirim produk atau melakukan lebih banyak pengujian. 

Jika Anda seorang postmodernis, pandangan dunia Anda dapat menyebabkan Anda menjadi lebih tentatif tentang kesimpulan yang Anda ambil tentang kesiapan produk karena Anda memahami  penafsiran Anda tentang fakta-fakta yang Anda miliki tentang produk mungkin dikaburkan oleh keyakinan latar belakang Anda sendiri. Karena itu, Anda dapat mencari lebih banyak masukan atau mencari lebih banyak konsensus sebelum Anda melangkah maju. 

Anda mungkin mendapati diri Anda diam-diam mengejek bos Anda yang membuat keputusan mutlak tentang cara "benar" untuk maju karena Anda yakin tidak ada cara "benar" untuk melakukan banyak hal. Hanya ada interpretasi setiap orang tentang apa yang benar dan siapa pun yang memiliki suara paling keras atau mengerahkan kekuatan paling banyak akan menang.

Seorang insinyur mungkin tidak setuju di sini. Dia mungkin berpendapat, sebagai contoh,  ada cara "benar" untuk membangun pesawat terbang dan banyak cara yang salah dan bertahun-tahun mendokumentasikan sejarah penerbangan keduanya. 

Berikut adalah contoh di mana dunia memaksakan dirinya pada saya: pesawat terbang yang dibangun dengan sayap dan yang mengikuti aturan spesifik aerodinamika terbang dan mesin yang tidak mengikuti "hukum" itu tidak. 

Lebih jauh, kebanyakan dari saya lebih suka terbang di pesawat terbang yang dibangun oleh para insinyur yang memiliki lebih banyak pandangan korespondensi tentang kebenaran. Saya ingin percaya  para insinyur yang membangun pesawat Saya memahami aerodinamika dan membangun pesawat yang sesuai dengan proposisi yang membentuk hukum aerodinamika.

Pandangan Anda tentang kebenaran itu penting. Anda mungkin menjadi ahli teori korespondensi dalam hal pesawat terbang, tetapi seorang postmodernis dalam hal etika atau politik. Tetapi mengapa memiliki pandangan yang berbeda tentang kebenaran untuk berbagai aspek kehidupan Anda? Di sinilah sebuah teori muncul. 

Ketika Anda merenungkan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pesawat terbang dan etika, kesiapan produk Anda untuk disampaikan kepada konsumen dan kesiapan anak Anda untuk dilonggarkan ke dunia, tentang apa yang membuat Anda bahagia dan tentang tanggung jawab Anda terhadap sesamamu, Anda akan mengembangkan teori kebenaran yang akan membantu Anda menavigasi situasi ini dengan lebih jelas dan konsisten.

Simpulannya adalah tentang paradoks Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible), kita tertunda oleh bahasa atau tidak mampu didefinisikan, dan akhirnya saya mengambil sikap "bungkam" dalam kesunyian diri saya sendiri. 

Bagi Saya kebenaran mungkin hadir dalam kebungkaman diri sendiri. Bukankah Albert Einstein (1879-1955), dan Pythagoras (570SM-495SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya (keselarasan nada), bahwa segala sesuatu yang ada sudah ditentukan dari awal sampai akhir oleh kekuatan yang berada diluar kontrol manusia, kita semua manusia, sayur bayem, toge, terong, burung enggang, bunga mawar atau debu kosmis menari mengikuti irama musik WA Mozart yang misterius dimainkan dengan biola dari kejauhan oleh pemusik yang tersembunyi tersebut.

***Sumber: Bahan Kuliah Program Doktoral [S3] Filsafat Ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun