"Apakah itu kebenaran";. Â Rene Descartes (1596-1650), metode meragukan (Skepticism) atau Discourse on Method (metode wacana atau diskursus melalui (1) Berpikir (res cogitans), dan (2) Res Extensa (materi atau tubuh), dengan menggunakan daya "Intellectual Perception" yang jernih, terpilah-pilah (clara et distincta). Hanya dengan metode melalui "Intellectual Perception" Clear, and Distinct, dan ide-ide bawaan (innates ideas).
"Apakah itu kebenaran";. Georg Wilhelm Friedrich Hegel  tema "History of Philosophy" atau Filsafat Sejarah. Beberapa pokok pikiran  Hegel menyebut Proses ini sebagai Dialektika" [tesis, anti tesis, sintesis]: "Kemajuan", atau "Pembangunan" atau Progress". Dialektika terjadi karena adanya dialog Roh yang berlangsung terus, melalui proses negasi, dan perbaikan.Â
Pada "filsafat roh," kemudian menemukan sebagai berikut: (1) "peleburan Roh dalam kehidupan alami;" (2) "munculnya Roh ke dalam kesadaran akan kebebasannya," yang mewakili suatu pemisahan sebagian Roh dari alam; dan (3) "Evolusi Spirit keluar dari bentuk kebebasan khusus ini ke dalam universalitas murni atau ke dalam kesadaran diri. Dengan makna lain kebenaran itu adalah belum ada, terus berproses menjadi, dan diakhir sejarah akan ada rekonsiliasi. Maka Kebenaran itu belum ada.
"Apakah itu kebenaran"; Â Jacques Lacan (1901-1981), Â Niels Bohr (1885-1962), mungkin memiliki kesamaan pengertian tentang {"Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible)"} bersifat paradoks bahwa ada itu karena sudah dibahasakan, tidak Ada karena belum dikenakan Bahasa.Â
Dan Bahasa atau {"the Symbolic"} adalah mengatakan apa yang tidak dapat dikatakan; Kebenaran ada dalam bahasa tetapi pada sisi lain bahasa sama dengan {"ada"}. Tidak ada berarti belum dikenakan bahasa, atau sesuatu itu ada tapi belum ada bahasa yang dapat dikenakan padanya.Â
Itu disebut sebagai {"the Real"}. Niels Bohr menyimpulkan {"kita tertunda oleh bahasa"}, atau Ketika saya berkata-kata, maka ada tiga saya, (a) saya yang berkata-kata, (b) saya ada dalam kata-kata itu, (3) saya bingung (ragu-ragu) atau tidak paham.
"Apakah itu kebenaran"; filsuf terbesar Martin Heidegger (1889-1976) Â kebenaran itu keras kepala dan suka menyembunyikan diri atau ("interpretation of the Truth Aletheia") atau kebenaran suka menyembunyikan diri ("Aletheia"), maka diperlukan cara lain dengan apa yang disebut stimung atau secara ontological meaning of mood ( Stimmung).Â
Tema tentang eksistensi otentik manusia untuk: (1) fenomenologi; (2) eksistensi sebagai milik pribadi, dan berada dalam waktu, (3) ada dalam dunia, (4) Das Man atau Manusia Impersonal, (5) stimung mood, dan faktisitas, (6) Kecemasan, dan Ketidakadan, (7) tentang kematian manusia, (8) keprihatinan, dan temporalitas, (9) Historisitas.Â
Metode untuk sampai kepada [Ada] atau [Sein] diperlukkan apa yang disebut Heidegger sebagai ["Logos"]. Kata ["Logos"] oleh Heidegger disebut interprestasi ["Auslegung"] untuk memahami (verstehen) memahami life expression yang tersembunyi. Metode interprestasi ["Auslegung"] disebut Heidegger sebagai "Hermeneutika"