Demikian juga hasil riset publikasi terakhir telah ditemukan adanya partikel Tuhan (God particle: Higgs boson), dan bumi kembar. Tahun 2030 manusia bisa masuk hape, dalam 5 dimensi, mobil pintar, rumah pintar, semua adalah ciptaan otak manusia. Itulah daya otak manusia.
Tetapi bagi saya pribadi kebenaran, seperti halnya pengetahuan, secara mengejutkan sulit untuk didefinisikan, saya sendiri tidak paham apa itu benar apa itu salah yang paling dalam, paling ultima, dan paling prima. Kebenaran itu sangat subtil dan disisilain keras kepala, dan sulit ditemukan.Â
Kalaupun ada kebenaran maka mungkin hanya bersifat sementara, bersiklus, kemudian diganti, digeser dengan paradigm baru. Â Atau kebenaran itu hanyalah cara pandang saja [world view], hanya persepsi belaka, yang tidak pernah tetap, bersiklus, dan menjadi saja.Â
Semua kebenaran mengandung anomaly, paradox, antinomy, dan negasi. Skeptisisme  Jules Henri Poincare (1854-1912), pada ketidakstabilan teori dan hipotesis yang dibuat, selalu ada pergeseran paradigma, dibuang, dirombak, dan semakin banyak dan bermacam-macam, hal yang sama dengan pemikiran Thomas Kuhn, Karl Popper tetang anolami dan pergeseran paradigm.Â
Martin Heidegger pada being and time, terpaksa mengganti nama manusia menjadi {Dasein] sebuah kata baru mengganti pengertian manusia untuk masuk dalam jalan baru menemukan "Apakah itu kebenaran".
"Apakah itu kebenaran". Brandon Carter, (1942-) , Robert Henry Dicke (1916--1997) tentang evolusi alam, dan episteme nya sebagai pilihan yang realitis untuk dapat diuji, dan kemungkinan perubahan episteme dengan dasar pada fakta yang ada di bumi;
"Apakah itu kebenaran"; adalah dialektika antara yang disebut Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible). Kebenaran adalah upaya  umat manusia mencari menemukan dan mendefenisikan segala sesuatu atau membedakan antara "rest, motion, sameness, difference [Ada, Diam, Gerak, Sama, Beda]. Kelima unsur ini akhirnya saling menodai, dan saling beralienasi sehingga memunculkan kosmos [tatanan] dan kekacauan [cheos].
"Apakah itu kebenaran"; Filsuf Yunani Kuna, Herakleitos (540SM-480SM) "tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen". Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Kemudian Herakleitos menyebut "panta rhei kai uden menei" artinya, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Maka ketika ditanya kepada Herakleitos apa itu kebenaran dia tidak menjawab apa apa karena kebenaran hanya goyang-goyang jari saja.
"Apakah itu kebenaran"; Â Aristotle, Platon membagi kosmos dalam dua tatanan, (a) fana (sublunar). Dan kedua (b) wilayah abadi (supralunar), bersifat dialektika dengan kesinambungannya, konstan, dan tidak mengalami perubahan. Pada sisi waktu kosmos tidak berawal, dan tidak berakhir, abadi dalam waktu.Â