Ke [3]  pada  trah wangsa air menjelma: [a] Sungai Barito atau Sungai Dusun; [b] sungai Kapus, dan [c] Sungai Mahakam  berhulu di Pegunungan Muller Schwaner atau saya sebut sebagai bagian jantung Kalimantan (Heart of Borneo).  Nama Schwaner adalah pendaki yang selamat warga Negara German]  menjelajah  (Heart of Borneo). sedangkan Muller adalah warga Negara Belanda Yang Mati di ambil oleh Burung  Enggang atau Panglima Burung Tertinggi Suku Dayak waktu mendaki (Heart of Borneo).  Â
Maka Muller Schmaner [Gunung Lumut] merupakan jajaran pembentuk [being] mistik Dayak Kaharingan [Ranghiyang Allah Talla] atau Tumpuk  Datu Tunyung [bahasa Dayak];  yang berada di  provinsi  5  Provinsi di Kalimantan. Maka untuk memastikan apakah memungkinkan perpindahan ibu Kota NKRI mungkin bias sukses berhasil maka harus ada izin atau pamit dengan  dialektika  Muller Schmaner [Gunung Lumut] atau hutan suci Gunung Lumut.
Barisan Pegunungan Muller, dan Schwaner  [hutan suci Gunung Lumut ] adalah satu hutan hujan pegunungan tertua di planet bumi (sekitar 130 juta tahun),  terletak di bagian selatan Heart of Borneo (HoB) dan termasuk di dalamnya adalah kawasan Jantung Kalimantan (wilayah Borneo Indonesia) atau bersemayamnya  Burung  Enggang atau Panglima Burung Tertinggi Suku Dayak.  Wilayah ini juga dikenal sebagai daerah penting untuk tangkapan air dalam sistem wangsa Tanah, Air,  Api dan pusat mistik paling utama mengusai Jagat Kalimantan.
Puncak Kesadaran Roh Mental [Geist] di Kalimantan ada Pada Pegunungan Muller, dan Schwaner [Gunung Lumut] sebagai daerah tangkapan air dari lima sungai besar di Kalimantan, yaitu Kapuas [1.178 Km] Kalbar Kalteng, dan sungai  Mahakam [920Km] Kaltim, Sungai Barito [890km] Kalteng, dan Sungai Martapura [600 km] Kalsel, dan Sungai Kayan [576 km] Kalimantan Utara.
Makapada leluhur manusia  Dayak dan Hiyang Kaharingan di antar sebagai [lewu tatau] atau kampung adiau [Liau] dipandu diantar kepada Gunung Muller, dan Schwaner  [Gunung Lumut].  Almarhum [Alm]  tante saya bernama [Ineh Sueh, dan Tante Karya, Tu Lekker]  sebagai Wadian Sakti [Pengantar] tubuh, jiwa manusia jelas-jelas mengantarkan seluruh jiwa manusia Dayak pada asal dan kekembalian hal yang sama secara abadi Muller, dan Schwaner  [Gunung Lumut]. Â
Saya masih ingat ketika berumur 4 sampai 12 tahun lalu bagimana [Hiyang = Pitutur] menemukan dan bertemu dengan roh alam lain sebagai mental Geist Dayak pada  Heart of  Borneo atau bersemayamnya  Burung  Enggang atau Panglima Burung Tertinggi Suku Dayak itu atau melakukan izin apapun penggunaan alam Kalimantan dengan segala dimensinya.
Sisi lain dikatakan dalam tradisi Bumi Borneo ada  disebut padi [patangan atau larangan] menjadikan mendirikan lahan hutan menjadi tempat tinggal apalagi dijadikan Ibu Kota Negara NKRI. Patangan dan kepatuhan pada Hukum Adat [Kaharingan]  mengakibatkan harmonisasi, dan sebaliknya menimbulkan kewajiban yang bisa tidak mampu di atasi.Â
Contohnya adalah  kegagalan Presiden ke 2 Indonesia Pak Harto membuka lahan 1 juta hektar  lahan gambut kemudian dijadikan  sawah di Kalimantan dan akhirnya gagal.  Kurang sakti apa pak Harto, tetapi akhirnya juga tidak bisa menguasi alam kesadaran Dayak pada  Heart of  Borneo.  Jelas ketika melakukan sesuatu yang mempengaruhi  Heart of Borneo (HoB) sangat  tidak mudah, dan kalau mau disebut tidak mungkin. Maka itu saya sarankan untuk hati-hati dalam membuka menjadikan Heart of Borneo (HoB) menjadi Ibu Kota NKRI.
Jika melakukan relasi dengan  Wangsa Tanah Air pada  Heart of Borneo (HoB), maka wajib  ada pertimbangan yang melampaui  [beyond]  relasi irasional dan rasional.  Metode yang dipakai bisa bermacam-macam. Misalnya harus ada yang di sebut ["umpui"] atau penyatuan diri manusia yang menghendaki sesuatu dengan perizinan wangsa Tanah Air Boerneo sebagai sesuatu yang niscaya. Dan  malam ini pak Presiden Jokowi menginap 1 [satu] malam di Kalteng sebenarnya adalah upaya yang mungkin sebagai upaya mencari dan menemukan [Umpui].
Dan akhirnya Apakah kunjungan Bapak Presiden Jokowi hari ini [7 Mei 2019] di Hutan  Bukit Soeharto memiliki luas  61.850 hektare berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Panajam Paser Utara Kalimantan Timur ini sebagai simbol  [Umpui Dayak] atau restu pemindahan ibu Kota NKRI.
Apalagi jauh sebelum menjadi Presiden nama Kutai bukan hal baru dalam batin  Bapak Presiden karena Alamat Rumah pribadi di Jalan Kutai Utara, RT 8, RW 7, Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo memiliki kesamaan.