Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

(Analisis Literatur) Manusia Terakhir, dan Akhir Sejarah [2]

3 Mei 2019   00:01 Diperbarui: 3 Mei 2019   00:34 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika argumen ini benar, ini menjelaskan keunggulan kognitif dan linguistik manusia yang sangat besar dibandingkan spesies lain, bukan sebagai kekhasan seleksi seksual (teori favorit selama berabad-abad Charles Darwin, Ronald Fisher, Geoffrey Miller), tetapi lebih sebagai secara langsung meningkatkan kebugaran, terlepas pengorbanan energi  ekstrem pada  otak: peningkatan kemampuan kognitif dan linguistik mensyaratkan peningkatan kapasitas kepemimpinan, di mana sesama anggota kelompok sangat bersedia  untuk meningkatkan persaingan peperangan kematian guna memperoleh hak istimewa.

Dengan perkembangan kehidupan  menetap munculnya pasar, pertanian, dan kepemilikan pribadi sekitar 10.000 tahun yang lalu, menjadi mungkin bagi seorang lelaki besar untuk berkumpul di sekitarnya sekelompok kecil bawahan dan selir melindunginya dari balas dendam mematikan dari populasi yang didominasi, di mana kebangkitan negara yang lambat dan hampir tak terhindarkan baik sebagai instrumen untuk mengeksploitasi hasil langsung untuk melindungi mereka dari eksploitasi negara-negara eksternal dan kelompok perampok swasta. 

Cita-cita hegemonik negara-negara memuncak pada abad ketiga belas, hanya didorong kembali oleh seriusnya wabah penghancuran populasi Eropa pada abad keempat belas. Periode konsolidasi negara dimulai kembali pada abad ke lima belas, berdasarkan pada teknologi baru: kavaleri bersenjata lengkap. Dalam hal ini, seperti dalam beberapa kasus terkemuka lainnya, teknologi menjadi instrument manusia untuk menetang alam, persaingan dan kemenangan, bukan emansipasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun