Tinjuan Pustaka Sebagai Knowledge
Mutu tulisan apapun, dan riset umumnya ditentukan oleh kedalaman dan pembatinan pada kajian literatur atau kajian pustaka. Maka Kajian pustaka adalah bagian episteme untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hal yang ingin diketahui. Pada tulisan ini saya membahas pada esensi pentingnya kajian pustaka. Mutu tulisan apapun tanpa sumber kepustakaan yang baik adalah tidak memiliki makna apa apa.
Episteme  Problem Solving. Pada tinjauan pustaka disebut dalam filsafat ilmu sebagai ontologi sebagai pengadaan untuk menyusun operasionalisasi variabel, dapam bentuk sub variabel, dimensi, dan indikator. Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah perlu ada definisi. Dalam menyusun definisi perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan. Terdapat 2 (dua) jenis definisi, yaitu: (1) definisi sejati, (2) definisi nir-sejati.
Definisi sejati dapat diklasifikasikan dalam: (a) Definisi Leksikal. Definisi ini dapat ditemukan dalam kamus, yang biasanya bersifat deskriptif, (b) Definisi Stipulatif. Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian tidak dapat dinyatakan apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau salah tidak menjadi masalah, tetapi yang penting adalah konsisten (taat asas).
Contoh adalah pernyataan dalam Akta Notaris: Dalam Perjanjian ini si A disebut sebagai Pihak Pertama, si B disebut sebagai Pihak Kedua. (c) Definisi Operasional. Definisi ini biasanya berkaitan dengan pengukuran (assessment) yang banyak dipergunakan oleh ilmu pengetahuan ilmiah. Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang didefinisikan terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan. Contoh: "Yang dimaksud inteligensi dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang yang dinyatakan dengan skor tes inteligensi".
Definisi Teoritis. Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah berdasarkan teori tertentu. Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu menggunakan teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud. Definisi nir-sejati dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (a) Definisi Ostensif. Definisi ini menjelaskan sesuatu dengan menunjuk barangnya. Contoh: Ini gunting, (b) Definisi Persuasif. Definisi yang mengandung pada anjuran (persuasif). Dalam definisi ini terkandung anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh: "Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji". Dalam definisi tersebut secara implisit terkandung anjuran agar orang tidak membunuh, karena tidak baik (berdosa menurut Agama apapun).
Selain itu tinjauan pustaka dapat berupa (a) Hipotesi konsep ilmiah yang merupakan pernyataan-pernyataan yang mengandung informasi, 2 (dua) pernyataan digabung menjadi proposisi. Proposisi yang perlu diuji kebenarannya disebut hipotis, (b) Hukum, Hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil atau hukum , (c) Teori Keseluruhan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak bertentangan satu sama lain serta dapat menjelaskan fenomena disebut teori.
Tinjuan pustaka harus dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem, yaitu: (a) Sistem axiomatis, Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau konkret. Atau mulai teori umum menuju fenomena/gejala konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu-ilmu formal, misalnya matematika,
(b) Sistem empiris, sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu teori mulai dari gejala/ fenomena khusus menuju rumus umum atau teori. Jadi bersifat induktif dan untuk menghasilkan rumus umum digunakan alat bantu statistik. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu pengetahuan alam dan sosial,
(c) Sistem semantik/linguistik, dalam sistem ini kebenaran didapatkan dengan cara menyusun proposisi-proposisi secara ketat. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu bahasa (linguistik).
Landasan Tinjauan Pustaka Keseluruhan.    Ilmu  (sains) adalah citpaan logika manusia, manusia  bisa mencari ilmu dan mempelajarinya. Ilmu terbagi dalam tiga bagian yakni Ontologi, Epistimologi (filsafat ilmu), dan Aksiologi. Ontologi adalah segala sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu, Epistimologi (makna ilmu) tentang seluk beluk ilmu itu sendiri, apa kemampuaannya dan apa pula keterbatasannya.  Dan aksiologi  adalah hal-hal yang bertalian  dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Ilmu diperoleh manusia berdasarkan wahyu dan sisanya diperoleh dengan menggunakan rasio dan kalbu (rasa). Kemampuan rasio (nomotetikal) terletak pada membedakan atau menyamakan,  dan menggolongkan berdasarkan kesamaan. Landasan sains adalah konsep, komparasi, dan kausal dengan menitikberatkan nalar dan uji empirik.