Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tinjauan Pustaka sebagai Knowledge

29 Maret 2019   14:00 Diperbarui: 29 Maret 2019   14:15 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep  adalah hasil konseptualisasi, dan konseptualasi timbul dari persepsi inderawi yang berada dalam pikiran (mind) atau disebut knowing (mengetahui) yang mencerminkan phenomena jagat raya, yang bersifat subjek dan predikat. Komparasi adalah membandingkan  (melihat kesamaan dari perbedaan) dan (melihat perbedaan dari persamaan) sehingga diharapkan kita lebih tahu apakah bersinggungan, sama dengan, lebih besar, lebih kecil, tercakup didalam, dan meliputi. Kausalitas atau sebab akibat (jika X, maka Y) atau disebut proposisi yang merupakan derajat ke-tahu-an yang paling tinggi seperti logika yang ditemukan Aristoteles  melalui silogisme.

Epistimologi ialah meaning atau makna dari ilmu yang membentangkan apa dasar-dasar nalar yang digunakan, apa yang diraihnya, dan apa keterbatasannya. Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia, berguna dalam menanggulangi masalah-masalah  yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu tidak mungkin diuji secara empirik bila berada diluar pengalaman manusia (transendental).  Ilmu merupakan terdiri dari tiga aspek mengenai apa (ontologi), bagimana (epistimologi), dan untuk apa  (aksiologi) terkait antara ilmu dan moral, yang ketiganya saling.

Tujuan ilmu  bagi manusia untuk memecahkan persoalan manusia dengan meramalkan dan mengawasi gejala alam. Metode ilmiah merupakan prosedur  dalam mendapatkan  pengetahuan yang disebut ilmu.  Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.  Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan  pengetahuan  yang cara mendapatkannya  harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Menurut Palmquis (2000: 259) ilmu merupakan gabungan dari ontologi, logika, akal (matahari) , tradisi, dan metafisika atau disebut pohon filsafat (the tree of philosopy) yang terdiri dari daun (ontologi), ilmu (dahan), logika  (batang) dan akar ilmu (metafisika). Ilmu berasal dari kata sciens, merupakan salah satu dari empat aspek utama filsafat, yang bertujuan menetapkan tapal batas transendental antara pengetahuan, dan kekebalan diberbagai bidang. Dipandang dari pengertian sempit  ilmu sebagai empirik yang melampui filsafat dengan mengabaikan  semua mitos, tetapi secara paradoks berakhir dengan menciptakan salah satu dari mitos-mitos modern terbesar.

Dapat disimpulkan ilmu merupakan gabungan dari ontologi, epistimologi, dan aksiologi yang mempelajari pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia serta berguna dalam menanggulangi masalah-masalah  yang dihadapinya sehari-hari.

Tinjuan Pusataka sebagai Knower

Tinjuan pustaka merupakan knower merupakan optimalisasi kemampuan untuk mengetahui dengan menggunakan rasa dan rasio diperlukan model rangsangan dalam bentuk: (1) perceptive (menerima rangsangan secara pasif, (2) Conseptive (proses persepsi yang dioleh secara kreatif sehingga membentuk konsep).  Kemampuan analisis berpikir dapat diuraikan sebagai berikut,

(1) kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk mengetahui dalam arti lebih dalam beupa mengerti, memahami, dan menghayati, dan mengingat apa yang diketahui tersebut. Landasan kognitif adalah akal/rasio yang sifat dan kemampuannya netral,

(2) Kemampuan afektif yaitu kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya. Bila kognitif bersifat netral maka afektif justru tidak netral/memihak, misalnya rasa cinta dan benci, baik dan buruk. Rasa menghubungkan manusia dengan kegaiban dan rasa ini yang merupakan sumber kreativitas manusia. Dengan rasa ini manusia menjadi bermoral (lebih manusiawi) dan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa rasalah yang menjadi tiang kemanusiaan. Rasa  sebagai keagungan manusia dan sekaligus kekurangan manusia apabila rasa terkena godaan syeitan dan menimbulkan berbagai macam kecelakaan termasuk tidak berfungsinya rasio menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah,

(3) Kemampuan psikomotorik/ konatif yaitu kemampuan daya dorong manusia untuk bergerak  mendekati atau menjauhi segala apa yang ditekan oleh rasa, sebab rasalah yang memutuskan apakah sesuatu itu harus dicintai dan dibenci, dinyatakan indah atau buruk dan menjadi sifat manusia dan sifat manusia akan mendekati yang ia cintai, dan sebaliknya membuang/menjauhi yang dibencinya dan yang dinyatakan buruk. Aspek psikomotorik sebagai kemampuan mencapai/ keinginan/ will /karsa. Tokoh-tokoh adalah pemikiran ini adalah Rene'  Descartes (Cogito Ergo Sum), William James (pragmatisme/nafsu penindasan), dan Karl Marx (tesis antitesis/nafsu kekuasaan), Sigmund Frud (id= ketidaksadaran, ego = kesadaran, superego= mekanisme sensor) yang berkognisi dengan ajaran jahat (seks), Al Ghazali (kesadaran inderawi, akali, rohani). Bentuk knower akan menghasilkan kurikulum ini akan menghasilkan kemampuan untuk  melakukan Komparasi, Explanasi, Generalisasi.

Tinjuan Pustaka sebagai Knowing (nalar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun