Ada kekuatan lain di tempat kerja yang mendahuluinya. Pada akhir hidupnya, Socrates bahkan mengambil praktik musik, didorong oleh visi-mimpi.
Untuk sebagian besar, bagaimanapun, Socrates memperjuangkan ideal 'manusia teoritis', yang senang mengungkap kebenaran sedapat mungkin.Â
Padahal, berabad-abad kemudian, Lessing mengatakan  Socrates peduli "lebih untuk pencarian demi kebenaran daripada kebenaran itu sendiri," Socrates mempertahankan keyakinan yang teguh pada kekuatan pengetahuan.
Dia berada di bawah ilusi itu, "dengan petunjuk logika, berpikir dapat mencapai ke kedalaman yang paling dalam, dan ... berpikir tidak hanya bisa merasakan tetapi bahkan memodifikasinya." Satu-satunya tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat eksistensi tampak dapat dimengerti, dan oleh karena itu dibenarkan.
 Dengan dorongannya untuk pemahaman yang semakin besar, Socrates mengobarkan kegilaan mencari pengetahuan yang membentang di seluruh dunia.Â
Gerakan ini menempatkan sains pada tumpuan di mana ia masih berdiri. Socrates memiliki pengaruh yang sangat besar pada budaya Yunani dan semua yang mengikuti  kita harus melihatnya sebagai titik balik dari sejarah universal.Â
Namun, ada titik di mana sains tidak bisa lagi menjelaskan dunia dan logika menggigit ekornya sendiri. Ini mengarah pada bentuk persepsi baru, yaitu 'persepsi tragis,' yang, untuk dapat bertahan, membutuhkan seni untuk menenangkan kesadarannya yang meradang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H