Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kant: Critique of Practical Reason [5]

30 Oktober 2018   21:43 Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:57 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menentang untuk mengambil kebaikan moral sebagai yang paling mendasar untuk etika adalah gagasan untuk mengambil negara-negara yang baik sebagai dasar, dan melihat hak yang dapat didefinisikan dalam hal pengejaran mereka. Kant menyamakan ini dengan pandangan bahwa hak sebagai pengejaran hal-hal menyenangkan. Berarti mengejar kesenangan terbesar pada semua orang di sekitar dalam jumlah terbanyak sama dengan padangana etika (telelogis) utilitarianisme Jeremy Bentham. Bentham  membuat rumusannya: "Kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar." Utilitarianisme adalah bagian  kelas yang lebih luas pada pandangan "konsekuensialis",. Pandangan ini yang mengambil secara moral hak untuk menghasilkan konsekuensi  baik, apakah nilai konsekuensi diukur hanya oleh jumlah kesenangan, atau malah termasuk property atau atribut lain  seperti kecantikan, berkembang dari alam, teknologi, artistik, dan pencapaian lainnya.

Kant menjelaskan baik dan jahat dalam dua cara: dalam satu, mereka berlaku khusus untuk kehendak dan identik dengan mengikuti dan melanggar hukum moral, sementara di lain, mereka adalah obyek dari hukum moral dan berlaku untuk urusan publik. Kedua penggunaan ini kontras dengan baik versus buruk, merujuk pada kesenangan versus rasa sakit. Kant mengambil kebenaran moral sebagai dasar, dan menafsirkan konsep kebaikan.

Masalah kedua di mana Kant mengambil posisi dalam bab ini adalah masalah bagaimana bisa mendeteksi moral.

Empirisme moral menyatakan hanya melihat aksi dan melihat dengan cara yang sama, dapat melihat warna baju sebagai representasi pada manusia yang bertindak. Kant menolak pemikiran utilitarianisme, atau upaya  untuk memaksimalkan kesenangan sendiri, bukan kesenangan umum. Kant juga pada buku kedua berhasil menemukan variasi empirisme moral., dan menjadikannya sebagai masalah supranatural. Melihat apa yang benar adalah masalah "melihat," tetapi tidak menggunakan indra normal.

Rasionalisme Kant sangat berbeda dengan empirisme. Tampaknya indra kognitif dan indrawi harus bekerja sama baik untuk mendeteksi ketika suatu tindakan memuaskan imperatif kategoris (rasionalisme) menghasilkan kesenangan terbesar secara keseluruhan (empirisme). Tindakan moral pada pandangan Kant, maka kebenaran moral pada  tindakan tersebut disebabkan cara benar pada universalitas umat manusia yang menurut definisi tidak dapat dideteksi. Menjadi kesulitan dan khawatiran bagaimana bisa tahu kapan orang lain bertindak secara moral, atau  kapan kita sendiri bertindak secara moral, karena Kant mengklaim bahwa kita memiliki pemahaman non-indera khusus tentang hukum moral dan melaluinya otonomi noumena. Ini berarti kemampuan pada kemungkian untuk mengetahui kebaikan moral diri sendiri, tetapi dengan cara mencurigakan seperti  "misteri hakekat moral itu sendiri".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun