Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Foucault: The History of Sexuality [1]

30 Oktober 2018   13:22 Diperbarui: 30 Oktober 2018   13:33 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foucault: The History of Sexuality, (1)

Iklim intelektual di Perancis di pertengahan abad ke-20 didominasi oleh filsafat strukturalisme. Strukturalisme telah diterapkan pada beragam bidang, pada antropologi hingga filsafat hingga matematika. 

Strukturalisme mengklaim  makna tidak terletak pada unit-unit individual pada suatu sistem tertentu (misalnya kata-kata dalam sistem linguistik) tetapi dalam hubungan di antara unit-unit ini. Kita mulai memahami dunia bukan dengan memahami hal-hal individual yang membentuknya, tetapi dengan memahami hubungan di antara hal-hal ini.

Pemikiran struktural memengaruhi karir Michel Foucault  atau disingkat  Foucault. Foucault mengembangkan pendekatan untuk sejarah intelektual yang disebutnya "arkeologi pengetahuan." Pendekatan ini mengesampingkan pentingnya pemikir atau motif individual, yang menekankan pola pikir yang tak terhindarkan yang mencirikan berbagai usia.  

Dalam kariernya di kemudian hari,  menulis buku The History of Sexuality, Foucault melengkapi pendekatan arkeologi ini dengan pendekatan silsilah yang di pinjam pada Nietzsche. Nietzche berpendapat  konsep yang digunakan jarang diperbaiki, tetapi mereka berkembang sesuai dengan kebutuhan yang berubah pada berbagai usia. 

Nietzsche menunjukkan bagaimana konsep tentang "baik" dan "jahat" telah berubah seiring waktu. Dalam The History of Sexuality, Foucault membuat argumen yang sama tentang konsep "seksualitas". Dengan menyatakan  konsep dan citra diri; cair dan bergantung pada quirks of history, Foucault mengadopsi posisi yang telah disebut "pasca-strukturalis."

Untuk sebagian besar, The History of Sexuality mencoba menyanggah apa yang Foucault sebut sebagai "hipotesis represif": klaim  seks telah ditekan secara konsisten, dan  dapat mencapai pembebasan politik melalui pembebasan seksual.

Sejarah Seksualitas dianggap sebagai teks dasar untuk bidang teori relatif baru. Teori Queer mempelajari perpotongan antara politik, gender, dan seksualitas. Dorongan utamanya adalah untuk menolak gagasan  identitas bagaimana ditetapkan atau ditentukan oleh jenis kelamin atau preferensi seksual.

Pemikiran tentang seksualitas sebagian besar diinformasikan oleh "hipotesis represif", yang mengklaim  sejarah seksualitas selama tiga ratus tahun terakhir telah menjadi sejarah penindasan.

Seks, kecuali untuk tujuan reproduksi adalah tabu. Satu-satunya cara untuk membebaskan diri pada penindasan ini, menurut hipotesis ini, adalah menjadi lebih terbuka tentang seksualitas kita, untuk berbicara tentang seks, dan untuk menikmatinya.

Foucault bertanya bagaimana bisa melihat seks sebagai kunci untuk menjelaskan fenomena manusia, sebagai memegang kebenaran. Jawabannya berkaitan dengan hubungan seks dengan kekuatan dan pengetahuan. 

Foucault mengkritik konsepsi "yuridis-diskursif" kekuasaan sebagai sesuatu yang hanya menekan dan membatasi, selalu mengambil bentuk seperti hukum. Foucault  menyarankan sebaliknya  kekuasaan sama produktifnya dengan represif. Kekuasaan ada di mana-mana dan bekerja di semua arah. Maka, seksualitas bukanlah sesuatu yang ditindas oleh kekuasaan, tetapi merupakan saluran kekuasaan yang besar. Foucault mengidentifikasi empat titik fokus utama: seksualitas anak-anak, wanita, pasangan yang sudah menikah, dan "kejahatan" seksual. 

Penyebaran seksualitas melalui keempat poin ini memungkinkan kekuatan untuk menyebarkan dirinya ke dalam keluarga dan seluruh masyarakat. Pengerahan ini terjadi dengan munculnya burjuasi, melihat penyimpangan seksual sebagai keturunan dan berbahaya bagi kelangsungan hidup kelas mereka. Kontrol yang ditempatkan pada seks dengan demikian terutama dimaksudkan untuk memastikan kesehatan dan umur panjang mereka sendiri.

"Hak kematian" pada zaman absolutisme telah digantikan dengan "kekuasaan atas kehidupan". Kekuasaan terutama dilakukan untuk kepentingan membina dan melestarikan kehidupan. Kontrol normalisasi ketat telah ditempatkan pada disiplin tubuh dan pengaturan populasi. Seks dan penyebaran seksualitas sangat penting bagi kekuasaan atas kehidupan ini, karena telah memberi diri dikendali ini demi kepentingan seksualitas "sehat". Seksuasi atau  seksualitas adalah sebuah konstruksi sosial yang membuat manusia lebih mudah untuk dikendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun