Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rousseau, Wacana Ketimpangan [2]

5 Oktober 2018   14:14 Diperbarui: 5 Oktober 2018   14:22 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang tentang tulisan ini "Discourse on Inequality" atau "Wacana Ketimpangan" adalah sesuai berita Kompas.com - 02/10/2018, 15:36 WIB  di Kompas.com; dengan judul "Jokowi Ingin Pertemuan IMF-World Bank Berdampak bagi Ekonomi Indonesia".  Banyak kritik yang positif dan negative pada lembaga keuangan ini menciptakan "ketimpangan"  dalam struktur masyarakat dunia.  

Tokoh filsafat Jean Jacques Rousseau: Wacana Tentang Ketimpangan; dari judul asli  "Discourse on Inequality" mungkin memberikan pandangan yang memadai  tentang hakekat Pertemuan IMF-World Bank dalam prespektif yang menjernihkan tatanan dunia.

Pada tulisan ke (2) ini akan membahas hadirnya gagasan awal tentang pemikiran Rousseau "Discourse on Inequality" agar dipahami secara memadai dan kemudian dipakai menjadi alat analisis IMF-World Bank apakah benar lembaga ini menciptakan "ketimpangan"  masayarakat dunia khususnya di Indonesia.

Jean Jacques Rousseau (lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 -- meninggal di Ermenonville, Oise, Perancis, 2 Juli 1778 pada umur 66 tahun). Ibunya meninggal pada 7 Juli. Ayahnya, Isaac Rousseau, adalah seorang pembuat jam tangan. Isaac meninggalkan Jenewa setelah bertengkar pada 1722.

Namun, Rousseau memiliki pendapat yang tinggi tentang ayahnya, merujuk kepadanya dalam dedikasi kepada Wacana sebagai "Warga Negara yang berbudi luhur kepada siapa aku berutang nyawaku." 

Rousseau bekerja sebagai juru tulis untuk notaris, dan kemudian magang ke seniman pengukir. Rousseau tidak memiliki pendidikan formal, tetapi banyak membaca di penulis kuno dan modern, awalnya terinspirasi oleh koleksi buku ayahnya. Ketika, pada 1728, Rousseau memutuskan untuk bepergian ke luar negeri untuk mencari peruntungannya.

Rousseau bertemu Madame des Warens, seorang wanita Katolik yang terkenal, di Savoy. Rousseau mulai menulis ketika tinggal bersamanya. Mereka akhirnya menjadi kekasih, dan des Warens membujuknya untuk masuk Katolik. 

Rousseau bekerja sebagai pelayan, guru musik, dan pemahat. Dari tahun 1740--41, Rousseau bekerja sebagai guru pribadi untuk Monsieur de Mably, saudara penulis terkenal, Abbe de Mably. 

Dari 1742 hingga 1749, Rousseau tinggal di Paris, mencari nafkah dengan mengajar dan dengan menyalin musik. Rousseau menjadi teman dengan sosok Pencerahan, bernama Diderot, menugasinya menulis artikel untuk Encylopedia yang terkenal.

Pada awal 1750-an, Rousseau memiliki serangkaian prestasi. Wacana pertamanya, tentang "Seni dan Sains", memenangkan hadiah pertama dalam kompetisi yang dijalankan oleh Akademi Dijon. Rousseau memiliki opera dan pertunjukan terus  mendapat pujian.

Karya Rousseau "The Discourse on Inequality" selesai pada Mei 1754, dan diterbitkan pada 1755. Pada 1756, Rousseau meninggalkan Paris.

Publikasi novel sentimental Rousseau Julie, ou la Nouvelle Heloise pada 1761 memberinya pengikut besar. Karya-karyanya berikutnya kurang populer; Kontrak Sosial dan Emile dikecam dan dibakar di depan umum di Paris dan Jenewa pada 1762. Pemerintah Prancis memerintahkan agar Rousseau ditangkap, Rousseau melarikan diri ke Neuchatel di Swiss. 

Di sini, Rousseau mulai menulis otobiografinya yang terkenal, Confessions, dan secara resmi meninggalkan kewarganegaraan Geneva. Rousseau mengalami serangan yang meningkat, baik dalam bentuk cetak maupun dalam praktik, dari monarki Prancis, Voltaire dan banyak lainnya. Rousseau pernah menerima tawaran filsuf Skotlandia Hume untuk berlindung di Inggris.

Rousseau meningggal dunia (RIP)  mendadak pada 02 Juli 1778. Kematiannya menyebabkan luapan besar sentimen di antara banyak pembaca dan pengagumnya. Pada 1794, pemerintah revolusioner Prancis memerintahkan agar abunya dihormati dan dipindahkan ke Pantheon.

Jean Jacques Rousseau: Konteks Historis, dan Filosofis.  Latar belakang untuk melacak munculnya gagasan filosofis pada "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality".

Sebelum menulis Wacana, Rousseau bekerja sebagai sekretaris seorang kolektor pajak Prancis bernama Dupin. Rousseau diminta untuk membaca dan meringkas berbagai karya, termasuk Roh Mental Hukum Montesquieu. 

Karya besar Montesquieu mengembangkan pandangan pesimis tentang sifat manusia modern, dengan alasan modernitas adalah negara yang korup dan rapuh, di mana kejayaan periode klasik tidak mungkin lagi. Gagasan Rousseau tentang mengungkap sifat sejati manusia, dan membedah pemerintah modern sangat bergantung pada Montesquieu, meskipun Rousseau tidak sepenuhnya setuju dengan kesimpulan Montesquieu.

Rousseau membaca secara mendalam filsafat dan sastra klasik dan modern, seperti Plutarch, Grotius, Hobbes, dan Pufendorf. Catatan kaki pada "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality" menunjukkan kedalaman pembacaan ini. Di sini, Rousseau tidak hanya mengutip karya filosofis tetapi antropologi dan menulis otobiografi.

Para ekspedisi dan pedagang abad ke tujuh belas dan ke delapan belas dari suku buas ("Eropa") tehadap negara jajahan adalah argumen Rousseau tentang sifat manusia, karena mereka mendemonstrasikan bagaimana manusia dalam keadaan alam mungkin berperilaku. Rousseau terlibat dalam perdebatan dengan penulis kontemporer tentang sifat manusia dan sejarah alam, seperti Buffon dan Condillac.

Beberapa konteks filosofis lain penting untuk dipahami. Bagian penting "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality" adalah reaksi Rousseau terhadap teori hukum alam, khususnya Hobbes dan Grotius.

Teori hukum alam adalah sebuah upaya, datang kembali ke periode klasik, untuk mengidentifikasi serangkaian prinsip yang ditetapkan baik oleh Tuhan atau dengan alasan, di mana semua orang dapat setuju untuk pelestarian diri mereka semacam Darwinisme Sosial Manusia.

Pertanyaan yang harus dijawab oleh Rousseau dalam "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality" adalah apakah ketidaksetaraan disahkan oleh hukum alam, tetapi segera menjadi jelas bahwa Rousseau mengubah istilah ini sesuai dengan argumennya.

Sama pentingnya adalah perdebatan kontemporer tentang sifat manusia dan bentuk pemerintahan. Para filsuf seperti Montesquieu mempertimbangkan kemungkinan menciptakan kembali pencapaian besar Yunani dan Roma klasik, dan khususnya sistem pemerintahan klasik.

Montesquieu berpendapat sifat manusia itu korup, dan pemerintahan republik hanya mungkin dengan usaha dan pengendalian diri yang besar. Oleh karena itu ["monarki"], bentuk pemerintahan paling umum di Eropa pada saat itu, merupakan yang terbaik untuk dunia modern. 

Sifat manusia terlihat membatasi apa yang bisa dicapai secara politis. Dengan menangani pertanyaan tentang sifat manusia dan landasan ketidaksetaraan modern, Rousseau terlibat dengan perdebatan ini untuk sebagian besar. Faktor  situasi politik Eropa, di mana monarki besar seperti Prancis, untuk latar belakang dedikasi Rousseau tentang Wacana.

Konteks historis utama Wacana adalah fenomena kompleks yang dikenal sebagai Pencerahan. Pencerahan adalah gerakan yang beragam, yang diwakili di Prancis gagasan seperti Voltaire, Diderot, dan penulis Encylopedia. 

Beberapa perhatian utamanya adalah pengoperasian fakultas akal budi, gagasan kemajuan (progress), emansipasi,  dan perkembangan manusia, dan permusuhan (pembatalan) pendapat (dogma) dan otoritas keagamaan.

Hubungan Rousseau ke Pencerahan bukanlah sederhana. Rousseau ramah dengan tokoh-tokoh Pencerahan seperti Diderot, dan menulis artikel untuk Encylopedia, tetapi kemudian berselisih paham dengan mereka. 

Lebih penting lagi, dalam Wacana Rousseau berpandangan negatif tentang kemajuan nalar atau fakultas akal budi manusia. Rousseau menjelaskan bahwa pertumbuhan masyarakat, nalar, dan bahasa membuat manusia mampu melakukan hal-hal luar biasa, tetapi pada saat yang sama, pertumbuhan seperti itu dipastikan mengalienasikan atau "menghancurkan" gagasan tersebut. Ini artinya kemampuan penggunaan nalar  bukan visi Pencerahan sebagai standar.

Memahami pemikiran  Rousseau tidak mudah {saya saya membaca 30 kali belum paham). Maka wajar  Rousseau menyatakan sangat banyak orang terpelajar pada abad ke-18 membaca dan menanggapi Rousseau, di Prancis dan di tempat lain. 

Namun, Rousseau kemudian menulis dalam otobiografinya, bahwa "... di seluruh Eropa ... [ Wacana ] ... hanya menemukan beberapa pembaca serius memahaminya, dan tidak ada yang ingin membicarakannya dengan utuh dan jernih".

Meskipun Rousseau berdebat secara luas dengan para kritikus atas karya awalnya, Wacana Pertama, Rousseau tidak pernah menanggapi para kritikus Wacana Ketidaksetaraan, seperti Charles Bonnet, dan Charles Le Roy.

Aspek gagasan Rousseau tentang "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality", terutama gagasannya tentang sistem kebutuhan yang meningkat yang mengatur masyarakat modern ditemukan dalam pemikiran  Hegel tentang masyarakat sipil, dan mungkin dalam gagasan Marx tentang buruh yang teralienasi. Gagasan  Rousseau  berpengaruh sebagai upaya pertama untuk menulis sejarah filosofis yang ketat tentang umat manusia.

"Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality" adalah kritik paling kuat tentang modernitas yang pernah di tulis. Rousseau mencoba untuk melacak efek psikologis, dan politik masyarakat modern pada sifat manusia, dan untuk menunjukkan bagaimana efek-efek ini dihasilkan. 

Untuk kondisi ini, Rousseau menunjukkan bahwa evolusi manusia dan perkembangan ketidaksamaan antara laki-laki sangat erat kaitannya. Hasilnya adalah penjelasan menyeluruh tentang bagaimana manusia modern diciptakan, dan kritik tajam terhadap institusi politik modern yang menghasilkan ketidaksetaran.

Dalam "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality", Rousseau mendiagnosis masalah dengan institusi politik modern yang kemudian di selesaikan dalam Kontrak Sosial.

Wacana ini awalnya ditulis sebagai entri untuk kompetisi esai yang dijalankan oleh akademi Seni dan Sains Dijon pada 1754.  Pertanyaan esai adalah "Apa asal usul ketidaksetaraan di antara laki-laki, dan apakah itu disahkan oleh hukum alam" Rousseau telah memenangkan kompetisi pada 1750 dengan wacana pertamanya (tentang Seni dan Sains). Rousseau gagal memenangkan hadiah dengan wacana kedua ini, tetapi penerbitan buku  memberinya pujian luas, dan tempat penting dalam sejarah filsafat.

"Discourse on Inequality" atau "Wacana Ketimpangan" adalah argumen kuat dan ditulis dengan sangat menarik keluasan cakupan gagasannya. Metodologinya memiliki rigoritas tinggi. 

Rousseau mencoba melacak manusia kembali ke keadaan alamiahnya, membuang otoritas dari kisah Alkitabiah. "Discourse on Inequality" atau "Wacana Ketimpangan" ini adalah model paradigma baru dalam dugaan kausalitas sebab akibat dan kemudian direkonstruksi. 

Meskipun Wacana terkait erat dengan perdebatan abad ke-18 tentang sifat manusia, dan tentang berbagai bentuk pemerintahan, memiliki makna yang lebih luas. Ini penting karena Rousseau mengajukan pertanyaan tentang siapa kita dan apa yang kita inginkan; pertanyaan yang masih berlaku sampai hari ini.

Gagasan utama Rousseau, bahwa manusia modern ada di dalam sistem kebutuhan yang terus meningkat dipengaruhi relasi dengan orang lain dan saling berpengaruh. Jejaknya gagasan ini dapat ditemukan dalam gagasan Hegel tentang masyarakat sipil, dan dalam deskripsi Marx tentang pekerja yang diasingkan ("teralienasi diri"). Lebih penting lagi, terbukti dalam fakta hidup kita. 

Ketika Anda melihat ke cermin untuk memeriksa penampilan Anda, atau bertanya-tanya tentang seberapa populer Anda, atau apa yang teman-teman Anda pikirkan tentang Anda, Anda mengambil bagian dalam proses yang digambarkan dengan sempurna oleh Rousseau. Gagasan bahwa kehidupan modern tidak sempurna dan tidak setara bukanlah gagasan yang diciptakan oleh Rousseau, tetapi menyajikan argumen yang menarik tentang bagaimana ketidaksetaraan muncul. 

Hampir setiap filsuf besar di abad ke delapan belas, serta ribuan manusia saat ini, membaca "Discourse on Inequality" atau "Wacana Ketimpangan". Siapa pun yang ingin memahami kedelapan belas, atau bahkan abad sekarang ini masih relevan untuk memahami pemikiran Rousseau.

bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun