Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rousseau, Wacana Ketimpangan [2]

5 Oktober 2018   14:14 Diperbarui: 5 Oktober 2018   14:22 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama pentingnya adalah perdebatan kontemporer tentang sifat manusia dan bentuk pemerintahan. Para filsuf seperti Montesquieu mempertimbangkan kemungkinan menciptakan kembali pencapaian besar Yunani dan Roma klasik, dan khususnya sistem pemerintahan klasik.

Montesquieu berpendapat sifat manusia itu korup, dan pemerintahan republik hanya mungkin dengan usaha dan pengendalian diri yang besar. Oleh karena itu ["monarki"], bentuk pemerintahan paling umum di Eropa pada saat itu, merupakan yang terbaik untuk dunia modern. 

Sifat manusia terlihat membatasi apa yang bisa dicapai secara politis. Dengan menangani pertanyaan tentang sifat manusia dan landasan ketidaksetaraan modern, Rousseau terlibat dengan perdebatan ini untuk sebagian besar. Faktor  situasi politik Eropa, di mana monarki besar seperti Prancis, untuk latar belakang dedikasi Rousseau tentang Wacana.

Konteks historis utama Wacana adalah fenomena kompleks yang dikenal sebagai Pencerahan. Pencerahan adalah gerakan yang beragam, yang diwakili di Prancis gagasan seperti Voltaire, Diderot, dan penulis Encylopedia. 

Beberapa perhatian utamanya adalah pengoperasian fakultas akal budi, gagasan kemajuan (progress), emansipasi,  dan perkembangan manusia, dan permusuhan (pembatalan) pendapat (dogma) dan otoritas keagamaan.

Hubungan Rousseau ke Pencerahan bukanlah sederhana. Rousseau ramah dengan tokoh-tokoh Pencerahan seperti Diderot, dan menulis artikel untuk Encylopedia, tetapi kemudian berselisih paham dengan mereka. 

Lebih penting lagi, dalam Wacana Rousseau berpandangan negatif tentang kemajuan nalar atau fakultas akal budi manusia. Rousseau menjelaskan bahwa pertumbuhan masyarakat, nalar, dan bahasa membuat manusia mampu melakukan hal-hal luar biasa, tetapi pada saat yang sama, pertumbuhan seperti itu dipastikan mengalienasikan atau "menghancurkan" gagasan tersebut. Ini artinya kemampuan penggunaan nalar  bukan visi Pencerahan sebagai standar.

Memahami pemikiran  Rousseau tidak mudah {saya saya membaca 30 kali belum paham). Maka wajar  Rousseau menyatakan sangat banyak orang terpelajar pada abad ke-18 membaca dan menanggapi Rousseau, di Prancis dan di tempat lain. 

Namun, Rousseau kemudian menulis dalam otobiografinya, bahwa "... di seluruh Eropa ... [ Wacana ] ... hanya menemukan beberapa pembaca serius memahaminya, dan tidak ada yang ingin membicarakannya dengan utuh dan jernih".

Meskipun Rousseau berdebat secara luas dengan para kritikus atas karya awalnya, Wacana Pertama, Rousseau tidak pernah menanggapi para kritikus Wacana Ketidaksetaraan, seperti Charles Bonnet, dan Charles Le Roy.

Aspek gagasan Rousseau tentang "Wacana Tentang Ketimpangan"  atau "Discourse on Inequality", terutama gagasannya tentang sistem kebutuhan yang meningkat yang mengatur masyarakat modern ditemukan dalam pemikiran  Hegel tentang masyarakat sipil, dan mungkin dalam gagasan Marx tentang buruh yang teralienasi. Gagasan  Rousseau  berpengaruh sebagai upaya pertama untuk menulis sejarah filosofis yang ketat tentang umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun