Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Kata", dan "Kata"

15 Agustus 2018   00:50 Diperbarui: 15 Agustus 2018   17:07 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heraklitos (550-480SM) menyatakan : "Yang Satu adalah Banyak". Rasio manusia pada umumnya menyatakan yang kata baik adalah baik, dan yang kata jahat adalah jahat titik. Suatu S adalah tetap S tidak mungkin sekaligus non S. Atau disebut prinsip non kontradiksi atau teori identitas korespondensi atau kesesuaian pada dua hal yang di "kata"kan. Apakah "Kata" dapat menjelaskan sebuah realitas.

Kata adalah word dalam bahasa Inggris. Kata, atau nama, atau ide, tidak pernah mewakili hal itu sendiri. Kata tidak pernah identic dan tidak bisa diidentifikasikan. Maka kata adalah panta rhei (segalanya berubah dan menjadi), tidak bisa diidentifikasikan.

Si Tuti selalu berubah, dari bayi bertambah umur, berubah muka, berubah kulit keriput, berubah status, berubah tingkah laku, dan semua nya berubah tidak ada yang tetap.

Demikian juga pohon pisang dibelakang rumah saya, dia berubah, tiap pagi hari, tumbuh, berbuah, layu, terurai keunsur tanah dan menjadi unsur-unsur lain yang tidak mampu dikenali dengan cara finalitas.

Saya pun berubah dari dua jam atau dua tahun lalu, dulu sayang sekarang kurang sayang, dan besok benci, dan lusa kangen, dan seterusnya. Kata hanyalah perdebatan opini.  Bantal memang buat kepala tetapi kadang saya duduki, kursipun diduduki, dan batu disungai tempat memancing saya jadikan kursi juga, maka ide kekursian juga banyak dan tidak ada ide fixed apa itu kursi. Maka kata adalah soal derajat pemahaman selalu berubah-ubah. Maka kursipun tidak dapat didefinisikan dengan menggunakan "kata" bersifat finalitas dan paling benar.

Maka wajar jika filsuf  Paramides, dan Herakleitos secara diamtral membuat kita menemukan jalan buntu, karena yang dimengerti berujung pada tanpa kata (membisu), semua berubah semua menjadi, dan afirmasi pada kehancuran, serta kontradiksi. 

Sesungguhnya kebenaran (dalam artian tunggal) yang dimaknai sebagai entitas pejal mesti diletakkan dalam cara yang lebih luas atau kontradiksi. Idea, atau causa hanyalah peng_"kata"_an yang dibuat karena kebutuhan manusia sebagai pengujar, dan kebenarannya bersifat jamak dan bukan tunggal. Maka mengidentifikasikan dengan "kata" selalu lulus atau tidak mampu mengatakan apapun tentang realitas yang hendak dikatakan. Kata hanyalah proyeksi pada kemanusiannya sendiri.

Manusia yang menyatakan kata adalah ide fixed dan bisa dinyatakan sebagai finalitas adalah manusia terlalu berusaha menjadi terlalu manusiawi. Heraklitos (550-480SM) terus berseru: "Yang Satu adalah Banyak". Artinya mendefinisikan sesuatu dengan "Kata" sama dengan memahami daya energy vital yang dapat menjelaskan seluruh alam semesta. Atau "Kata" (=multiplisitas) memiliki kebenaran dilakukan melalui apa yang disebut arche (asal mula) penyangga alam semesta ini. Karena "Kata" bergerak dalam (multiplisitas) itulah Heraklitos terus berseru: "Yang Satu adalah Banyak".

Manusia pada umumnya selalu menyatakan "ada identifikasi antara Kata dengan Realitas. Engan meminjam pemikiran Heraklitos (550-480SM): "Yang Satu adalah Banyak". Tuntutan pengalaman menghendaki realitas itu senantiasa berubah, selalu lulus dari proses indentifikasi sewenang-wenang. Heraklitos justru menemukan semua "kata" adalah wujud realitas kontradiktif. Atau bersifat identitas yang bergerak, terus memperluas dan memperkaya, tidak tertutup. 

Maka Heraklitos menyatakan baik dan jahat itu satu. Maka Heraklitos melanjutkan keteranganya bahwa konflik atau pertentangan, atau perang sebagai bapak segala sesuatu harmoni, dan keadilan. Sama seperti bunyi nada biola, atau gamelang Jawa segala sesuatu yang tampak satu dan utuh sebenarnya banyak (melahirkan harmoni paling indah), tidak muncul dalam kesatuan yang saling setuju bersifat statis (seperti "Kata").

Harmoni paling tinggi tidak kelihatan adalah hasil unsur pertentangan dan konflik. Kontradiksi ini dapat dicermin pada realitas bahasa alam waktu siang malam, musim panas dingin, kenyang lapar, kaya meskin, dan seterusnya.

Heraklitos: "Yang Satu adalah Banyak" bahwa "kata" (tersembunyi dibalik sesuatu "Hinterwelt") dan realitas tidak pernah dipahami secara penjal atau mampet, harus menerima semua gerakan dalam realitas apa adanya. Kata bukan menggambarkan  realitas tetapi tetap dibutuhkan meskipun didalamnya ada kekeliruan. 

Maka kata adalah gambaran Hinterwelt itu palsu, fiktif, salah tetapi dibutuhkan. Maka  makna "Kata" bukan menggambarkan realitas, atau dalam sebuah Kata ada kekeliruan dan salah, maka tidak perlu membuangnya karena menolak kesalahan sama artinya menolak hidup. Menolak kesalahan, dan hanya mau menerima kebenaran adalah upaya mematikan separo (setengah) pada kehidupan nyata.

Faktanya kehidupan itu adalah campuran antara kesalahan, dan kebenaran bersifat mutlak (niscaya). Mematikan salah satu aspek artinya mengurangi, mengamputasi kehidupan itu sendiri. Itulah makna kehidupan bersifat keseluruhan dan apa adanya dengan segala kepolosannya. Hidup seperti sifat abu-abu, iya hitam dan iya putih, itulah hidup yang senyatanya. Kata adalah enigma, X yang tidak dapat dikenal, tak mampu didefinisikan.

Work citied: Friedrich Nietzsche (Stanford Encyclopedia of Philosophy)

Nietzsche, Friedrich Wilhelm, 1844-1900. [Friihliche Wissenschaft. English] The gay science: with a prelude in German rhymes and an appendix of songs I Friedrich Nietzsche; edited by Bernard Williams; translated by Josefine Nauckhoff; poems translated by Adrian Del Caro. 1952

Romo A Setyo Wibowo., 2017., Gaya Filsafat Nietzsche., Kanisius., Yogjakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun