Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gadamer: Wahrheit Und Methode "Permainan" [12]

13 Juli 2018   14:06 Diperbarui: 13 Juli 2018   14:09 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Gadamer: Wahrheit und Methode "Permainan" (12)

Karya Gadamer pada Truth and Method atau Truth and Method (Wahrheit und Methode) (Kebenaran dan Metode). Pada tulisan (11) ini saya akan membahas reinterprestasi ulang Gadamer ontologi Karya Seni dan Makna Hermeneutikanya dikaitkan dengan konsep ["Permainan"].

Gagasan Hans Georg Gadamer pada konsep ["Permainan"] ada pada bagian II buku (Wahrheit und Methode) untuk membebaskan pemikiran Immanuel Kant (1724-1804), dan Johann Christoph Friedrich von Schiller (1759--1805) yang mendominasi pemahaman filsafat seni modern.

Filsafat seni merujuk pada kata ["Permainan"] suatu posisi yang tidak berkaitan dengan state of mind (kesadaran) baik pencipta, dan penikmat seni, dan metode karya seni itu sendiri. Ada perbedaan antara ["Permainan"] dengan Sikap ["Pemanin"]. Kata ["Permainan"] dengan ["Pemanin"] adalah kegiatan atau aktivitas tidak sungguh-sungguh maka disebut {"bermain"}, artinya tidak sungguh-sungguh.

Konsep ["Permainan"] mempunyai hubungannya sendiri dengan sesuatu yang serius, dan berakhir pada tujuan permainan atau demi hiburan rekreasi belaka. Maka adalah penting bahwa ["Permainan"] itu sendiri mengandung kesungguhan. ["Pemain"] mengetahui bahwa ["Permainan"] ditentukan oleh tujuannya (final cause nya).

Maka nilai ["Permainan"] bila memenuhi tujuannya. Nilai ["Permainan"] memenuhi tujuannya jika pemain itu kalah di dalam permainanya. Seseorang yang tidak melakukan ["Permainan"] dengan serius adalah merusak permainan.

Maka pemain mengetahui dengan sangat baik apakah permainanya, dan apa yang dia lakukan kerjakan hanyalah sebuah permainan tetapi tidak mengetahui apa sebenarnya yang dia ketahui dalam mengetahui itu sendiri. Maka persoalan berkaitan dengan hakekat permainan itu sendiri tidak bisa menemukan jawaban jika kita melihat repleksi subjektif pemain dalam mewujudkannya. Karya seni bukan objek yang berseberangan dengan subjek sendiri (kesadaran estetik).

Karya seni mempunyai pengada sejatinya sendiri, pada kenyataannya yang mengubah manusia yang pengalaman orang yang mengalaminya sendiri. Subjek pengalaman seni bertahan dan abadi bukanlah subjektivitas pribadi yang mengalaminya, tetapi karya itu sendiri. Subjek adalah pokok dimana mode wujud permainan menjadi bermakna, tergantung pada kesadaran yang sedang bermain atau subjek-subjek melakukan permainan.

Pada sisi lain jika menalaah bagaimana ["Permainan"] digunakan dan menekankan pada makna transfer dapat ditemukan permainan tentang cahaya, gelombang, kasus penampilan, antar anggota badan, permainan kekuatan, permainan ketangkasan, dan permainan kata-kata retorika. Atau bahasa mengajukan sebuah karya abstraksi.

Hasil penelitian saya tentang makna (Gerakan tarian) ini memberikan spiel sebagai tarian, dan memperbaikinya dalam pengulangan yang konstan. Semua tarian Tari Bedhaya Ketawang (Bahasa Jawa: Tari Bedhoyo Ketawang), tarian Dayak Wadian Kaharingan Kalimantan dan tarian lainnya adalah memperbaiki dan menemukan pengulangan yang konstan. 

Gerakan kemuka, kebelakang, kesamping, ke atas, ke bawah, sangat jelas dalam ["Permainan"] tidak penting apa dan untuk siapa gerakan ini dilakukan. Dimana pada akhir dan proses tarian berlangsung ada semacam perubahan keberbagai macam keragaman warna. Maka originalitas Tari Bedhaya Ketawang (Bahasa Jawa: Tari Bedhoyo Ketawang) atau Wadian Kaharingan Kalimantan ada di dalam ["Permainan"] berada ditengah-tengahnya atau sesuatu sedang berlangsung, dan representasi bahasa yang ditengahkan.

Sebagiamana Johan Huizinga (1872-1945) adalah seorang sejarawan dan teoritikus budaya seperti esai tentang filsafat sejarah dan bukunya tentang sejarah kebudayaan yang berjudul "Herfsttij der middeleeuwen, menyatakan unsur ["Permainan"] dalam kebudayaan terutama menghubungkan anak kecil dan hewan, dengan permainan kultus relegius suci. Maka pada kondisi ini ada paradoks antara percaya dengan tidak percaya. 

Paradoks dan keliaran ini dengan sendirinya tidak mengenal perbedaan konsepsional antara ada dan permainan, tidak diketahui identitas dengan jelas, gambar dan simbol-simbolnya. Maka ide tentang ["Permainan"] adalah pembedan antara keimanan dan kecenderungan dihilangkan.

Hubungan antara kesadaran (rasionalitas) dengan ["Permainan"] adalah berada pada gerak mondar mandir ["Permainan"] pada dirinya sendiri seolah tanpa usaha dan tanpa tujuan terjadi apa adanya dan dengan sendirinya., atau menunjukkan ketidakadaan ketegangan, atau permainan menyerap didalam dirinya sendiri, membebani dirinya sendiri, sensitivitas sendiri untuk membentuk ketegangan eksistensi aktual.

Hal ini dapat dilihat pada Tari Bedhaya Ketawang atau Wadian Dayak Kaharingan Kalimantan adanya kecenderungan spontan pada pengulangan-pengulangan dan pembaharuan ["Permainan"] terus menerus yang mempengaruhi bentuknya.

Pada Tari Bedhaya Ketawang atau Wadian Dayak Kaharingan Kalimantan sangat mirip dengan gerakan alam memungkinkan kita melakukan tarfsir hermeneutika pada kesimpulan penting dan . perlu, bahwa ["Permainan"] seperti cahaya, air, angin, dan manusia sebagai bentuk proses alami.

## bersambung

  1. Apollo Daito., 2018., Studi Estetika komparasi Wangsa Sanjaya, dan Wangsa Sailendra Episteme bidang Auditing
  2. ___., 2012., Formulasi Interpretasi Laporan Keuangan Integrasi Hermenutika Heidegger, Gadamer, dan Derrida. Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
  3. ___.,2012., Ontologi Ilmu Akuntansi Studi Etnografi Masyarakat Sunda Wiwitan, Kabupaten Kota: Bogor, Sumdeng, dan Ciamis.
  4. ___., 2012.. Dekonstruksi dan Rekonstruksi bidang auditing Trans Substansi Wadian Dayak Kaharingan Barito Timur Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.
  5. ___., 2012., Validasi Dekonstruksi Teori Akuntansi Hindu Kaharingan Pada Bursa Efek Indonesia.
  6. ___., 2013., Pembuatan Ontologi Ilmu Akuntansi, Studi Pada Keraton Solo. Jawa Tengah.
  7. ___., 2014., Pembuatan Epistemologi, Pendekatan Fenomenologi, dan Hermenutika, Studi Emprik Pada Kraton Jogjakarta.
  8. ___., 2014., Validasi Pembuatan Epistemologi, Pendekatan Fenomenologi, dan Hermenutika. Studi Empirik Pada Perusahaan Pertambangan Umum di Indonesia.
  9. Hans Georg Gadamer.,1975., Truth And Method., Second, Revised Edition Translation revised by Joel Weinsheimer., Donald G. Marshall., Sheed & Ward Ltd and the Continuum Publishing Group., New York.
  10. Palmer, Richard, E., 1969, Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer, Evanston, Northwestern University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun