Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger, dan Hermeneutika Ontologis (5)

21 Juni 2018   12:48 Diperbarui: 29 Januari 2023   17:30 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua benda adalah alat, dan alat memiliki makna kepemilikan atau "Zuhandenes" (alat-alat), dan Vorhandenanes (benda benda alami) akan membentuk "Dasein ". Dengan dua pemahaman ini maka ada bentuk hermeneutika, dengan bentuk tersembunyi. Kata "sebagai"  dimaknai fungsi alat, dan bukan dipahami sebagai obyek. Pena sebagai fungsi alat tulis, misalnya. Atau menginterprestasikan sebuah "zuhandenes" (alat-alat).

Ada keterpisahan dan kesatuan, maka berdasarkan struktur sesuatu dipahami secara bersamaan sehingga apa sesuatu itu dipahami sehingga interprestasi dan artikulasi membentuk satu kesatuan.

Hermeneutical Martin Heidegger (1889-1976): bahwa memahami (verstehen) karena ada keterlemparan (menimbulkan kecemasan) manusia sudah ada pemahaman itu sendirisebelum memahami sesuatu sudah ada prastruktur/ prapemahaman mendahului pemahaman (menghuni dulu baru membangun).  

Manusia suku Asmat di Papua, membuat patung yang sama tapi hasil  patung tidak pernah sama, memahat patung bukan kepada kepakaran tapi ekspresi hidup. Maka dalam patung yang sama tapi tetap berbeda. Memahami  (verstehen), artinya seluruh tubuh berpartispasi, tangannya terartikulasi melakukan tanpa kesadaran, tapi tangannya paham, hati paham, mata paham, kuping paham, mulut paham, semua spontan. Memahami  (verstehen) adalah metode ekspresi eksistensi. 

Memahami  (verstehen) agama adalah  cara terintegrasi dengan gaya agama itu. Memahami  (verstehen) bersifat eksistensial (cara keseluruhan), bukan hanya kognitif. Maka dalam seluruh ilmu humaniora interprestasi adalah perkembangan pemahaman (pemahaman), kemudian hadir ada perkembangan pemahaman) eksistensial.

Hermeneutical Martin Heidegger (1889-1976) bahwa intrprestasi diarahkan ke masa depan, atau proyeksi interprestasi ke masa depan dan membuka seluruh kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan  (membuat rencana) atau membuat kita bereksistensi masa depan. Heidegger menyatakan memahami (verstehen)  bersifat memiliki sebelumnya (pengertian) atau mendahului (free having). 

Menghuni dulu (pemahaman dulu) dan kemudian baru interpreasi (perkembangan pemahaman) baru membangun. Misalnya pada teks laporan keuangan perusahaan kita sudah mengimpuls untuk masa depan. Dan di rekonstruksi fundamentalis (auditor) pada masa depan. Belum memilki tapi sudah melakukan'.

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.

Bagi Martin Heidegger (1889-1976) merupakan Ontologi Hermenutika (Primordial) sebagai sesuatu yang primer.  Interprestasi yang sudah ada ini (ajaran, agama, mitos, tradisi) hidup dan kematian manusia, keberadaan manusia merupakan  disebut memahami (verstehen)   atau memahami (verstehen)  cara [Ada] manusia berada dalam dunia ini. Verstehen disini adalah Being (ada). Prastruktur memahami merupakan: "pemahaman bukan sesuatu untuk dimiliki, karena diri kita sendiri itu pemahaman (verstehen). Maka daseins sama dengan verstehen, bukan aktivitas co gito Cartesian tapi pra pemahaman [verstehen]. Pemahaman adalah (Daseins)", berbentuk kesatuan antara subyek dengan subyek (inter_subyektif).

### bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun