Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger, dan Hermeneutika Ontologis (5)

21 Juni 2018   12:48 Diperbarui: 29 Januari 2023   17:30 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Martin Heidegger, dan Hermeneutika  Ontologis

(tulisan 5)

Daseins sebelum ada subjek dan objek. Bagaimana manusia (Daseins) menghadapi keterlemparan itu untuk menghilangkan kecemasan_ (drama Eksistensi), atau cara menghilangkan kecemasan, maka jalur ditempuh adalah berusaha memahami (verstehen) dirinya yang bukan dengan cara kognitif  tetapi dengan metafisik/prarepleksi (atau cara bereksistensi). Konsep Being (ada), sebagaai ontologi hermenutika (primordial) sebagai sesuatu yang primer.  Ada itu keseluruhan, mengkuliti  seluruhnya, cakupan paling umum, paling luas.

Hermeneutical fenomenologi Daseins Martin membahas Kemustahilan Ketidaaan Pra-asumsi Interprestasi.  Ada bersifat pra repleksi atau disebut sebagai ontologi atau being dalam artian pada cakupan paling luas bukan fenomen. Ada bersifat pra repleksi adalah sebelum ada dikotomi subjek dan objek. fenomenologi Daseins  adalah perjumpaan tidak diketahui, dan dengan diketajui. Tanpa daseins tidak ada dunia.

Heidegger  menyatakan interprestasi tidak pernah tanpa pra asumsi yang menangkap sesuatu yang sudah ditentukan sebelumnya. Interprestasi tanpa prasangka dan pra asumsi pada pokoknya terletak pada permukaan operasional cara memahami. Apa yang muncul dari "objek" adalah apa yang memungkinkan seseorang  untuk menampakkan dan mentematisasikan dunia terhadap karyanya dalam pemahamanya yang mengarah pada pencerahan. 

Dalam interprestasi pada teks, penanfsir teks tidak memiliki praasumsi sama sekali pada teks yang sudah ada asumsi sebelumnya. Perjumpaan penafsir dengan teks berada dalam (RW) atau ruang dan waktu yang berada dalam horizon pengalaman dan maksudnya. Perjumpaan penafsir lebih pada (RW) atau ruang dan waktu khusus, misalnya mengapa dia memilih teks A, dan bukan teks B, mengkaji, menganalisisnya, dan mempertanyakannya tidak dengan keterbukaan yang kosong. Maka prastruktur muncul dalam konteks dunia yang sudah mencakup dualitas subjek dan objek. 

Maka dengan demikian dualitas ini dalam pandangan diantara (a) melalui makna, (b) pemahaman, dan (c) interprestasi. Tiga hal ini sebagai diskursus apa yang disebut sebagai "struktur ontologi pemahaman". Itulah hermeneutika sebagai teori pemahaman, atau dipahami sebagai teori pengungkapan ontologis. Keberadaan manusia manusia sebagai bagian proses hermeneutika  ontologis, dan sebagai kesatuan dengan eksistensi manusia dalam satu kesatuan. Maka Hermeneutika  Ontologis Heidegger adalah teori fundamental tentang bagaimana pemahaman muncul dalam keberadaan manusia. Metode analisisnya adalah perpaduan dantara ontology eksistensial dan fenomenologi untuk objektivitas fakta pemahaman.

Phenomenology  gerakan intelektual "kembalilah kepada benda-benda itu sendiri atau   ("membuat tanda kurung untuk menunda, biarkan dia menampakan diri dulu"), dan bukan aktivitas co gito. Phenomenology melakukan inpeksi dengan tubuh kita, lalu muncul suatu sintesis dalam pikiran kita (mengetahui dengan tubuh) untuk menemuka hal-hal idial. Karena [ada] itu sudah ada menampakkan Ada, atu dari Fenomenologi menjadi Ke [ada].

Penampakan diri  logos [Seinsverstndnis] dalam kesadaran  bukan mengindrai atau sudah repleksi. Penampakan sebagai (prarepleksi)  spontanitas seperti mewahyukan diri sendiri dengan totalitasnya. Pemahaman tidak dengan mengimpuls sesuatu pada benda itu.
Penampakan diri  logos atau Phenomenology  sama dengan Hermenutika.

Pentingnya Karakter Derivatif Pernyataan.  Bagi Heidegger pernyataan (aussage) bukanlah suatu bentuk fundamental interprestasi numun bentuk terletak pada tindakan-tindakan yang lebih utama akan pemahaman interprestasi dalam pra-pemahaman. Manusia menjumpai entitas yang bukan Daseins adalah ada beberapa kemungkianan (a) to Hand (untuk ditangani) alat alat termasuk Bahasa, yang saling mengaitkan saling jejaring makna (jejaring keseluahan) saling menafsirkan satu dengan lainnya_ pulpen terkait kertas, tindah, buku, meja, kopi dan air, rokok dengan korek api; . (2) for hand (didepan tangan) hal hal  yang tidak dipakai (Tanah di tengah hutan Kalimantan belum dipakai, (3) daseins yang lain. 

Semua benda adalah alat, dan alat memiliki makna kepemilikan atau "Zuhandenes" (alat-alat), dan Vorhandenanes (benda benda alami) akan membentuk "Dasein ". Dengan dua pemahaman ini maka ada bentuk hermeneutika, dengan bentuk tersembunyi. Kata "sebagai"  dimaknai fungsi alat, dan bukan dipahami sebagai obyek. Pena sebagai fungsi alat tulis, misalnya. Atau menginterprestasikan sebuah "zuhandenes" (alat-alat).

Ada keterpisahan dan kesatuan, maka berdasarkan struktur sesuatu dipahami secara bersamaan sehingga apa sesuatu itu dipahami sehingga interprestasi dan artikulasi membentuk satu kesatuan.

Hermeneutical Martin Heidegger (1889-1976): bahwa memahami (verstehen) karena ada keterlemparan (menimbulkan kecemasan) manusia sudah ada pemahaman itu sendirisebelum memahami sesuatu sudah ada prastruktur/ prapemahaman mendahului pemahaman (menghuni dulu baru membangun).  

Manusia suku Asmat di Papua, membuat patung yang sama tapi hasil  patung tidak pernah sama, memahat patung bukan kepada kepakaran tapi ekspresi hidup. Maka dalam patung yang sama tapi tetap berbeda. Memahami  (verstehen), artinya seluruh tubuh berpartispasi, tangannya terartikulasi melakukan tanpa kesadaran, tapi tangannya paham, hati paham, mata paham, kuping paham, mulut paham, semua spontan. Memahami  (verstehen) adalah metode ekspresi eksistensi. 

Memahami  (verstehen) agama adalah  cara terintegrasi dengan gaya agama itu. Memahami  (verstehen) bersifat eksistensial (cara keseluruhan), bukan hanya kognitif. Maka dalam seluruh ilmu humaniora interprestasi adalah perkembangan pemahaman (pemahaman), kemudian hadir ada perkembangan pemahaman) eksistensial.

Hermeneutical Martin Heidegger (1889-1976) bahwa intrprestasi diarahkan ke masa depan, atau proyeksi interprestasi ke masa depan dan membuka seluruh kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan  (membuat rencana) atau membuat kita bereksistensi masa depan. Heidegger menyatakan memahami (verstehen)  bersifat memiliki sebelumnya (pengertian) atau mendahului (free having). 

Menghuni dulu (pemahaman dulu) dan kemudian baru interpreasi (perkembangan pemahaman) baru membangun. Misalnya pada teks laporan keuangan perusahaan kita sudah mengimpuls untuk masa depan. Dan di rekonstruksi fundamentalis (auditor) pada masa depan. Belum memilki tapi sudah melakukan'.

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.

Bagi Martin Heidegger (1889-1976) merupakan Ontologi Hermenutika (Primordial) sebagai sesuatu yang primer.  Interprestasi yang sudah ada ini (ajaran, agama, mitos, tradisi) hidup dan kematian manusia, keberadaan manusia merupakan  disebut memahami (verstehen)   atau memahami (verstehen)  cara [Ada] manusia berada dalam dunia ini. Verstehen disini adalah Being (ada). Prastruktur memahami merupakan: "pemahaman bukan sesuatu untuk dimiliki, karena diri kita sendiri itu pemahaman (verstehen). Maka daseins sama dengan verstehen, bukan aktivitas co gito Cartesian tapi pra pemahaman [verstehen]. Pemahaman adalah (Daseins)", berbentuk kesatuan antara subyek dengan subyek (inter_subyektif).

### bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun