Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemikiran Transendental "Marburg School", Natorp (Tulisan 2)

19 Juni 2018   22:51 Diperbarui: 13 Juli 2018   22:59 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mazhab Marburg meneliti dan merekonstruksi ulang buku Kant  berjudul ["Prolegomena"] untuk setiap Metafisika di Masa Depan yang mampu menyebut dirinya sebagai Ilmu. Untuk mencari dan mengungkapkan sumber otonom pengetahun obyektif, dan mencari kembali dimensi psikologis  bersifat kontingjen, dan subyektif.

Mazhab Marburg dan kontribusi Natorp adalah menolak  pernyatan Kant tentang tahap proses pengetahuan ilmiah dengan apa yang  disebut Intuisi (Anschauung) baik yang murni ataupun yang empiris, menghindari subjektivitas fakultas akal budi. maka  Mazhab Marburg tidak sepakat dengan Intuisi (Anschauung) masuk dalam ranah sains. Karena  intuisi-intuisi itu tidak ada bagi saya atau pengetahuan menjadi tidak mungkin.

Mazhab Marburg dan kontribusi Natorp, tentang penfdefinisian fenomena dalam Kant. Atau definisi itu dari awal kurang tepat, misalnya nilai ilmiah dan episteme bidang astronomi tidak dapat dipahami dengan apa yang diterima oleh indra manusia, tetapi lebih kepada ketepatan matematika, dan persamaan-persamannya. Dan ini adalah pencapaian kemampuan aktivitas akal budi. Mazhab Marburg menyatakan pengalaman ilmiah bukan pengalaman subjektif psikologis (erlebnis), tetapi pengalaman objektif (erfahrung) sebagai fakta transcendental. Pengalaman  objektif (erfahrung) adalah tindakan kategorial atau disebut hipotesis.

Natorp menyatakan sains adalah sebuah tindakan yang sedang berlangsung, dan bukan perbuatan yang dicapai. Akhirnya Mazhab Marburg menyimpulkan tahapan pencapaian ilmu hanya berada dalam metode, atau cara mengatur kategori dan susunannya  untuk mencapai obyektivitas, maka kritik transcendental pasti menentukan hubungan keabsahan dikaitkan dengan metode. --#bersambung***---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun