Mazhab Marburg meneliti dan merekonstruksi ulang buku Kant  berjudul ["Prolegomena"] untuk setiap Metafisika di Masa Depan yang mampu menyebut dirinya sebagai Ilmu. Untuk mencari dan mengungkapkan sumber otonom pengetahun obyektif, dan mencari kembali dimensi psikologis  bersifat kontingjen, dan subyektif.
Mazhab Marburg dan kontribusi Natorp adalah menolak  pernyatan Kant tentang tahap proses pengetahuan ilmiah dengan apa yang  disebut Intuisi (Anschauung) baik yang murni ataupun yang empiris, menghindari subjektivitas fakultas akal budi. maka  Mazhab Marburg tidak sepakat dengan Intuisi (Anschauung) masuk dalam ranah sains. Karena  intuisi-intuisi itu tidak ada bagi saya atau pengetahuan menjadi tidak mungkin.
Mazhab Marburg dan kontribusi Natorp, tentang penfdefinisian fenomena dalam Kant. Atau definisi itu dari awal kurang tepat, misalnya nilai ilmiah dan episteme bidang astronomi tidak dapat dipahami dengan apa yang diterima oleh indra manusia, tetapi lebih kepada ketepatan matematika, dan persamaan-persamannya. Dan ini adalah pencapaian kemampuan aktivitas akal budi. Mazhab Marburg menyatakan pengalaman ilmiah bukan pengalaman subjektif psikologis (erlebnis), tetapi pengalaman objektif (erfahrung) sebagai fakta transcendental. Pengalaman  objektif (erfahrung) adalah tindakan kategorial atau disebut hipotesis.
Natorp menyatakan sains adalah sebuah tindakan yang sedang berlangsung, dan bukan perbuatan yang dicapai. Akhirnya Mazhab Marburg menyimpulkan tahapan pencapaian ilmu hanya berada dalam metode, atau cara mengatur kategori dan susunannya  untuk mencapai obyektivitas, maka kritik transcendental pasti menentukan hubungan keabsahan dikaitkan dengan metode. --#bersambung***---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H