Bedah Buku Paul Ricoeur (tulisan 2).
Pada tulisan ini saya menyajikan bedah buku Paul Ricoeur dengan Judul  ["Theory of Interpretation Discourse and the Surplus Meaning"]. Bab 2. Perkataan, dan Tulisan. Memang tidak mudah memahami buku ini, kecuali melalui pembiasan, dan kedalaman batiniah sehingga memungkinkan bisa paham tulisan filsuf  Ricoeur yang multi talenta.Â
Berikut ini ringkasan singkat bab 2 buku ini ada tiga tema yang dibahas yakni (a) Dari perkataan ke tulisan, (b) tuntunan bagi penulisan, dan (c) Inskripsi dan distansiasi produktif . Ketiga bagian ini diringkas sebagai berikut.
Dari perkataan ke tulisan. Pada bagian ini membahas paradoks alienasi memanifestasi sesuatu keadan yang virtual baru muncul dan bermula pada pembicaraan yang hidup atau pemilahan makna dari peristiwa.Â
Tulisan adalah manifestasi wacana sepenuhya atau semacam berpegangan dalam tulisan model Jacques Derrida bisa disalahpahami pada persoalan berbicara, suara, dan logisnya. Wajar jika Roman Jakobson pada enam factor wacana komunikatif, yakni pembicara, pendengar, medium, nada, situasi dan pesan.
Pesan dan medium Fiksasi. Problem tulisan identic dengan fiksasi wacana (fiksasi inskripsi) dalam bahan eksterior; batu kertas, papan tulis, tembok, email, wa, line, sms, atau sebagai tanda material mentransfer pesan. Fiksasi adalah wacana bahwa apa yang ditulis apa yang dituangkan adalah noema aksi hasil dialog pembicaraan baik lokusioner, dan illokusioner (aspek non artikulatif). Â
Tulisan adalah perubahan medium dimana suara, wajah, gesture, digantikan dengan tanda tulisan. Maka tanda tulisan ini menjadi dokumen, sejarah, peraturan, hukum, buku teks dan seterusnya. Â Problemnya adalah transformasi dari perkataan menjadi tulisan tanpa melalui intermediasi dari bahasa yang diucapkan.
Pesan, dan pembicara. Ada dua pengertian yakni dalam wacana tertulis maksud pengarang dengan makna teks menjadi sama, (b) inskripsi menjadi otonom artinya  tidak ada hubungan mental penulis dengan makna verbal tulisan.Â
Teks telah lepas dari penulis atau konsepsi non dialogis, dengan sendirinya akan memunculkan kesulitan hubungan peristiwa dan makna sebagai hubungan dialektikal. Atau ada pengarang, dan karangan sebagai model tafsir hermeneutika dan percabangannya.
Pesan dan pendengar. Teks tertulis ditujukkan kepada orang tidak dikenal, dan kepada siapapun secara potensial mengetahui dan melakukan kegiatan membaca bersifat universalitas . Artinya membaca adalah fenomena social manusia yang taat pada norma tertentu.Â
Kerana itu tulisan memaknai moralitas bersifat terbuka pada jumlah pembaca tak terbatas segmentasinya dan interprestasipun tak terbatas. Maka ada celah membangun dinamika interprestasi keseluruhan. Itulah fungsi ilmu hermeneutika.