Pesan, dan tanda. Hubungan antara Pesan (tulisan), dan tanda harus memenuhi kaidah Genre literer atau fungsi teknik produktif menghasilkan keutuhan bahasa sehingga tidak bisa direduksi menjadi kalimat tambahan yang ambigu. Â Artinya Pesan, dan tanda memenuhi kaidah Genre literer (aturan teknis) yang mendahului karya tersebut.
Pesan, dan referensi. Konsep Roman Jakobson fungsi referensi wacana dalam komunikasi yang digagas. Atau Martin Heidegger bahwa apa yang perama kita pahami dalam sebuah wacana  bukanlah orang lain, namun hanyalah sebuah proyeksi atau cara mengada didunia. Hanya tulisan yang dapat membebaskan teks baik dari pengarang dan pembacanya.
Tuntunan bagi penulisan. Hasil tulisan bertujunan mengingatkan kembali, mirip Raja Thebas menerima ajaran Dewa Theuth yang mengajarkan mewahyukan ilmu termasuk bahasa, menjadikan manusia menjadi arif  dapat menjaga ingatan. Budaya menulis bentuk dari Memesis Platon. Tulisan bisa tersebar dan menyebar kesana kemari, maka tulisan harus dimintai pertolongan dari penulisnya seandainya masih hidup.Â
Tetapi masih bisa ditemukan melalui jiwa rasional jika tidak ada penulisnya lagi. Tulisan juga gambaran ketidaksetaraan, tirani, penindasan, dan mengabaikan pembaca yang dialamatkan. Prinsip ekteriositas menjadi saksi infiltrasi ruang dalam temporalitas suara dan komunitasnya. Interioritas usaha fonik dilawankan dengan ekteriositas tulisan.
Penulisan, dan Ikonitas. Bahwa tulisan berbeda dengan lukisan. Melukis hanya memproduksi tidak lagi mereproduksi mengangkat realitas pada elemennya. Ikonitas adalah penulisan kembali realitas. Penulisan dalam makna kata yang terbatas, sebagai kasus particular pengukiran. Inskripsi wacana adalah transkripsi dunia, dan transkripsi bukanlah reduplikasi namun metamorfoasa. Dalam tulisan, dan lukisan  kepada penemuan sistem notasi yang memperlihatkan kekayaan analitis, keterpisahan, terbatas, dan kekuatan kombinasinya.
 Inskripsi dan distansiasi produktif. Problem menulis dan membaca menjadi problem filologi klasik, dan  tafsir (hermeneutika), otonomi teks dari pengarangnya. Apropriasi adalah menjadikan apa yang asing menjadi milik seseorang atau disebut sebagai problem distansiasi umum. Â
Problem  distansiasi bersifat dinamis mengatasi jarak budaya, kemudian memasukkan hal keberlainan (otherness) menjadi milik seseorang (owness). Maka dialektika distansiasi, dan apropriasi mutlak diperlukan dalam memahami wacana teks dan pembaca sebagai lingkaran hermeneutika. *** bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H