Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diskursus Intelligent, Gagalnya Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un

26 Mei 2018   02:38 Diperbarui: 26 Mei 2018   03:04 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://twitter.com/bracketdan/status/964241396533211137

Interprestasi (2) tafsir Diskursus mengapa ilmu Intelligent pada kegagalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un. Pemikiran dominasi eleminasi Foucault melihat praktik kekuatan dominasi  dan eliminasi kekuasaan bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai oleh negara, sesuatu yang dapat diukur. Kekuasaan bagi dia ada di mana-mana, karena kekuasaan merupakan satu dimensi dari relasi. 

Artinya, di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan. Maka relasi antara Amerika dan Korea Utara berada dalam adu jaringan intelligent spionase, mata-mata, penyamaran, dan relasi antara kesetiaan dan pembelotan atau kemungkinan risiko yang tidak masuk dalam papan catur sebagai kuda hitam. Permainan intelligent bisanya menggunakan metode tidak langsung, tidak dapat dipahami atau melampuai kesadaran normal semacam model gunung es atau model propaganda sehingga lawan, dan kawan adalah paradoks hanya demi kekuasaan (eliminasi dan dominasi) dan bisa dalam bentuk dikothomi atau trikothomi.

Interprestasi (3) tafsir Diskursus mengapa ilmu Intelligent pada kegagalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un. Disebabkan ketidak cukupan pemahaman intelligent dan kalkulasi  pada 3 tingkatan kesadaran pada pemikiran Kantian disebut sebagai fakultas untuk memahami tindakan pertemuan kedua pemimpin negara tersebut, hasil, dampak, dan umpan balik pada category yang diharapkan. 

Keterangan intelligent atau lobi politik dan antisipasi tersebut adalah menyangkut pemikiran dan kematangan pada [sensibility] pada ruang dan waktu intuisi keputuasan atau data sejarah masa lalu, kematangan analisis [understanding] pada dua kategori idiologi atau oleh Habermas  (tindakan adalah idiologi),dan kemungkinan ketiga adalah [judgment] penyimpulan yang ada gangguan variable latent/tersembunyi, atau semacam kebutuhan evalusi pada kekurang akuratan (hidden layer).

Interprestasi (4) tafsir Diskursus mengapa ilmu Intelligent pada kegagalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un. Secara umum politik luar negeri Amerika adalah adopsi atas nama tindakan dengan adopsi Metode Weberian dalam rasio, dan tindakan instrumental, sekaligus uji experiment kapabilitas atau multi purpose. Maksudnya presiden Donald Trump memandang pimpinan Korea Utara Kim Jong Un sebagai sarana belaka. Maksudnya prinsip kegunaan  utilitarian pada akhirnya (bisnis) adalah final cause politik luar negeri dan kebijakan pemerintahan Donald Trump atas perjumpaan dengan Kim Jong Un. 

Caranya macam-macam misalnya dengan menciptakan ketergantungan, keterikatan, afiliasi, dan akhirnya pelan-pelan mengontrol negara lain dalam sistem atau alokasi sumber daya.  Apalagi tahun 2013 lalu ada laporan pelanggaran HAM  PBB sebagai standar ganda akan mudah meluruskan dokrin dalam visi dan misi pertemuan tersebut. Jadi pembatalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un adalah ada kemugkinan (sintesis atau saling memahami) belum bisa diwujudkan. 

Ada kesalahan persepsi model Popperian (falsifikasi, dan verifikasi) lebih jelas benefit cost, sebab Kim Jong Un adalah manusia konsisten belum membuka pasar dialog kesetaraan atau ada paradoks alami model Khunian (anomali) dan kemudian memiungkinkan  Kim Jong Un pindah paradigma dalam haluan negara Korea Utara dengan mahzab partai buruhnya. Tidak mudah apalagi jika dikaitkan dengan pernyatannya pada tanggal 7 Maret 2013 akan mengirim serangan nuklir ke Amerika (khususnya kota LA, dan Washington DC).

Interprestasi (5) Pada tafsir Diskursus mengapa terjadi kegagalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un dengan metode analisis intelligent. Saya menggunakan dan meminjam post Gadamer atau metode  meminjam pemikiran Hans Georg Gadamer (1900-2002) pada buku Wahrheit und Methode ('Truth and Method')  yang ditafsir ulang. Maka kegagalan pertemuan tersebut atau pembatalan oleh Presiden Donald Trump, diakibatkan oleh (a) adanya bentuk data intelligent pada masalah prasangka  (penyimpulan tergesa-gesa).  Mengapa hal ini dapat terjadi. 

Karena adalah kesalapahaman data informasi tidak akurat (subjek dalam hal ini Presiden Donald Trump), dalam makna tidak mampu melalukan peleburan fusi horizon; ada fusi horison Kim Jong Un, dan horizon daya repleksi, atau ketinggalan data maka ada pergerakan horison bergerak maka pemahaman bergerak dan berubah. Prasangka ini memiliki akurasi atau prasangka yang legitimasi, atau tidak legitimasi;  maka prasangka legitimasi adalah prasangka (=kekuasan) pada pengetahuan  inilah menjadi legitimasi. 

Otoritas intelligent harus memiliki kompetensi, ilmu. Situasi tersebut merupakan posisi yang membatasi kemampuan melihat sesuatu [Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un]; situasi ini berbentuk horison [atau: cakrawala pemahaman] yang tidak singkron dengan kategori kedua kepala negara tersebut. Dengan demikian maka prejudis-prejudis [Vorurteile_ ; perkiraan awal] yang terbentuk di dalam tradisi intelligent tersebut)  menjadi tidak legitim atau tidak memiliki validitas. (b) akibat sejarah pengaruh,  Donald Trump dengan Kim Jong Un adalah sejarah itu, dan mereka juga pelaku sejarah). Ada data yang tidak mudah disingkonkan diantara sejarah dua manusia ini, misalnya sisi usia Kim Jong Un jauh lebih muda lahir 8 Januari 1983, sedangkan Donald Trump   lahir tanggal 14 Juni 1946. 

Akibatnya perbedaan usia ini dan latar belakang ang berbeda tebal ini, maka ada pemahaman batin yang tersituasi dalam perbedaan, pengaruh bayang-bayang tradisi, kesadaran zaman, dan kemampuan memori daya repleksi diri dalam sejarah pengalaman. (c) baik Donald Trump, maupun  Kim Jong Un adalah dua-dua kubu yang sulit dicari titik temunnya karena keduanya kurang respek dalam memahami saling keberlainannya, kurang bisa membiarkan  orang lain berbicara sesuai ada pada dirinya, belum bisa ikut merrasakan atau mendengarkan demi menghasilakan ["menyingkapan diri"], baru kemudian memungkikan peleburan (sintesis), meskipun masih ada jarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun