Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makna Museum Ullen Sentalu

22 April 2018   19:49 Diperbarui: 22 April 2018   20:02 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa banyak kegagalan, kudeta, adu domba, selir, harta, jabatan, pajak upeti, terus menjadi keinginan tanpa ada batas-batasnya. Bahkan konflik dan kekalahan harus terjadi sampai Perjanjian Giyanti memecah dan membelah dua kekuasan Mataram Kuna pada Kraton Jogja, dan Solo sampai hari ini. 

Secara gambalang kesuksesan itu digambarkan dalam kemampuan memiliki "tali benang" masuk Labrin supaya tahu dan paham kapan memulai kekuasan, mengakhiri kekuasaan raja-raja Mataram. Jika pada mitologi Yunani metafora "Labrin" kemenangan  Theseus melawan Minotaur, adalah akibat wanita cantik "Ariade" memberikan gulungan benang kepada Theseus sehingga dia bisa lulus dalam menjalankan tugas. Tradisi mencari dan menemukan Wanita pemilik kekuasaan ini di metaforkan Nyai Gandung Melati, dan Nyai Lara Kidul Dewi Nawangwulan, adalah simbol petunjuk sumbu imajiner memungkinkan  legitimasi kekuasaan, atau harmonisasi dalam alam gaib (metafisik) Jawa Kuna. Maka simbol wanita cantik "Ariade" Yunani Kuna dapat ditransformasikan pada adalah Nyai Gandung Melati, dan Nyai Lara Kidul Dewi Nawangwulan, adalah simbol petunjuk sumbu imajiner memungkinkan restu Panembahan Senopati meneruskan kekuasaan Majapahit hingga kini, dengan tetap diwarnai nilai sinkretisme antara filsafat hidup Kejawen.  

Itulah gambaran yang bisa dimakni pada "Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan" atau {"Museum Ullen Sentalu"} atau wujud karya  seni dalam arti individu atau kolektif. {"Museum Ullen Sentalu"}  adalah {"Kitab atau Buku"} dalam Ciptaan karya Seni. Bertujuan menarasikan metafora keberadaan manusia yang senantiasa memproduksi dalam arti punya hakekat membawa segala sesuatu ke tempat terang dalam bentuk barang dan kejadian.  Pada Bahasa  Yunani, "Techne".

Arti  techne secara dangkal adalah suatu ketrampilan atau kerajinan pada memesis atau karya seni berbentuk "Labirin". {"Museum Ullen Sentalu"}  adalah dunia realitas tampak secara indrawi dan mudah dipersepsikan,  atau dunia realitas yang bukan berada dalam ruang tapi ruang yang berda dalam dunia. Ruang dihubungkannya dengan 'Being'atau proses menjadi, atau perjalanan sejarah, yang dipraktikkan dalam tindakan (moral).

Meminjam pemikiran Martin Heidegger bahwa pada makna {"Museum Ullen Sentalu"}  sebagai wujud karya seni memuat tiga aspek (1) vorhabe atau apa yang ada dipikiran, (2) Vorsicht atau apa yang dapat dipersepsikan atau apa yang di lihat, dan (3) vorgriff atau apa yang ingin diraih dicita-citakan untuk mewujudkan rasio instrumental manusia. 

Tiga hal ini semua ada atau berada ("Sein,being") senantiasa kembali pada adanya pertemuan atau persenyawaan atau semacam sistem dialektika Hegelian. Sebaliknya yang tidak asli atau tidak ada senantiasa terpisah, terasing, dan terlempar. Prinsip "the thing" pada {"Museum Ullen Sentalu"} sangat penting sebelum melihatnya dalam kaitannya dengan seni pada keindahan. Akhirnya seni {"Museum Ullen Sentalu"} adalah tindakan moral, dan rasio intrumental Weber untuk membentuk perjalanan Kebudayaan, dan peradaban Jawi Kuna yang rumit seperti "Labrin" bahkan sampai saat ini masih terus terjadi.***)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun