Tamat SD kelas VI saya melaporkan kepada alm Mbok, pengen nikah sama teman sekolah satu kelas yang sama-sama tamat. Tanpa saya duga jawaban alm Mbok adalah menyetujui dan mengatakan iya sudah kalau itu  keputusanmu, silakan. Tetapi saya tanya lagi ongkos nikahnya bagaimana. Di jawab ada ayam 3 ekor di tangkap saja dipotong, dan ada padi di tumbuk saja, beres tidak ada masalah. Seterusnya dikatakan kamu bebas, mau jadi apa badan kamu yang merasakan melakoni hidup tanggungjawab masing-masing.  Kelihatannya tidak ada saya dilarang apa-apa oleh alm Mbok.
Kata-kata si mbok, hanya enak didengar tapi susah di pahami, bahkan  membuat saya justu tidak nyaman, susah  tidur nyenyak, terus berpikir, merenung, dan macam-macam. Sehingga 3 hari kemudian saya menjawab lagi ke si Mbok  membatalin rencana itu, dengan alasan tidak bisa cari makan atau setidaknya berpikir nanti jadi buruk nasib, lebih parah, dibandingkan kondisi sekarang, atau tidak wajar, kasihan si Mbok malahan ayamnya habis nanti telornya tidak ada di jual di pasar untuk membeli ikan asin di dapur.
12 tahun kemudian saya memahami kata (iya, atau inggih) dari alm Mbok memiliki makna yang luar biasa karena selalu memberikan kekebasan pada orang lain. Kesanggupan memberikan kebebasan ini tentu saja memiliki dua sisi  baik postitif mau negative. Mungkin si alm Mbok menganggap percuma dilarang-larang akhirnya nanti jalanya dari belakang atau bertindak yang tidak-tidak.Â
Semua juga akan dijalanin masing-masing, seolah demikian. Tetapi pada sisi lain mungkin batin alm Mbok paham juga tidak bakal anaknya melalukan itu, atau kalaupun jadi mungkin pasrah dengan takdirnya, toh akan baik-baik saja nantinya. Atau bisa juga sekilas ada kesan si Mbok kurang tanggungjawab, atau justru melatih tanggungjawab.Â
Terlepas benar atau tidak, bahasa alm Mbok tidak pernah satu kata melarang anak-anaknya memilih apapun keputusannya selalu kata-kata (iya, atau inggih), atau setuju saja, memahami saya lebih jauh ketidak usia dan pengalaman hidup bertambah dalam ruang dan waktu. Ternyata kebebasan membuat manusia menjadi jauh lebih cepat bijaksana dalam memikul pilihan dan tanggungjawabnya dalam tiap keputusannya.
Lalu, apa itu kebebasan atau liberty. Perdebatan tentang kebebasan sudah berlangsung lama, terutama dalam tradisi akademik sejak Zaman Akademia Socrates, Platon, Aristotle. Perdebatan ini dituangkan dialog seperi pada Symposium atau sekolah The Lyceum (Ancient Greek: , Lykeion) atau Lycaeum  di Athena. Dalam buku republic atau Politea dialog sangat jelas menyatakan, dan menyanggah tentang arti, proses, dan hasil suatu kebebasan. Buku VIII buku 557b.
Setidaknya menurut dokrin Athena kebebasan itu adalah menyangkut kodrat manusia untuk tumbuh besar dan berkembang menuju kematangan jiwa rasional Virtue, and moral of good. Â Bebas artinya dari, proses, dan menuju daya asali sesuai kodratnya manusia. Kebebasan mengembangkan kodaratnya, bebas dari hambatan, tanpa hambatan apa-apa, dan manusia bisa bebas kalau punya property atau kekayaan.
{"Bebas adalah pergi kemana saja saya mau, suka-suka saya mau pergi kemana saja tidak ada hambatan apapun"}. Biji rambutan (kebebasan genesis) dari dirinya sendiri, akan tumbuh subur, dan berkembang menjadi rambutan subur, berbuah banyak pada ranting-rantingnya, tahan dalam kondisi maupun cuaca, dan menjadi kembali menjadi asali yang otentik (kekembalian hal yang sama). Sama halnya dengan manusia kebebasan akan menciptakan jasmani fisik, dan rohani (roh) mencapai kesempurnannya. Jiwanya berkembang dan tumbuh secara optimal.
Manusia bebas itulah warga negara yang merdeka. Maka syaratnya adalah (1)  memiliki uang, dan property, dan kebebasan bisa diperoleh jika manusia tersebut memiliki dan  punya kemampuan mereproduksi uang dicampur akal sehat, (2) kebebasan kalau punya harga diri dicampur akal sehat, dan (3) bebas paling tinggi jika semua kehidupannya di pimpin jiwa rasional agathon. Itulah kebebasan yang disebut bertingkat dari paling rendah sampai paling tinggi.
Hal ini lah yang mendasari kekebasan ekonomi dalam era global sekarang ini, tidak ada hambatan atau proteksi manusia mencari dan menemukan keuntungan dalam perdagangan bebas (free trade area). Hanya yang unggul yang akan menjadi merdeka, dan bebas, Â tanpa hambatan.
Budak dan manusia meskin tidak bebas, justru dia menjadi property assets tuan. Artinya budak tidak bebas  mau pergi kemana saja, karena hidupnya di atur oleh pemilik modal dalam bidang ekonomi. Budak dijadikan property, demikian juga UU di Indonesia orang asing tidak boleh punya tanah, kecuali menikah dengan warga negara Indonesia. Artinya warga negara memiliki peluang yang sama dalam memperoleh kebebasan (freedom) dari kemeskinan, dan kebodohan sesuai amanah UUD 1945.