Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Efifani: Levinas 1906-1995

4 Maret 2018   05:14 Diperbarui: 4 Maret 2018   05:30 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang mahasiwa membenci temannya berkata, liat {"wajah"} nya tidak mau lagi, saya sudah mau muntah, kesal bangat. Konflik itu terjadi lantaran keduanya sebagai teman akrab, tiba-tiba rebut karena persoalan sepele. 

Demikian juga seorang ibu-ibu tukang kredit panci dan keset dari kampung ke kampung marah besar ketika salah sorang pelanggannya kabur tidak membayar cicilannya 5ribu per minggu, dengan nada kesel dia menyatakan saya ingat {"wajah"}  itu orang kapan saja saya samperin minta tanggungjawabnya. Demikian juga seorang laki-laki di putus pacarnya karena memiliki sifat suka telat balas WhatsApp Messenger dan suka bangun siang. Dia mengatakan {"wajah"}  sih boleh muka tanpa dosa tapi kelakukan suka menyakitin hati. 

Demikian juga ketika seorang dosen tidak meluluskan mahasiswa pada saat sidang skripsi, teman mahasiswa itu berkata kepada saya. Dia katanya tidak sanggup melihat {"wajah"} temannya karena belum siap menerima ketidaklulusannya.  Atau

Begitu juga Debt collector jadi sosok {"wajah"} menakutkan bagi nasabah kartu kredit dan kredit lainnya, atau muka pengemis di perampatan jalanan.

Demikian juga misalnya ada berita harian Kompas.com  02/11/2017, 06:53 WIB. Polri Akan Kembangkan CCTV yang Bisa Kenali {"wajah"}  Buronan Ambaranie Nadia Kemala Movanita.  Kompas.com  12/02/2018, 19:00 WIB, {"wajah"}  Presiden Jokowi  tersenyum sumringah kala meresmikan proyek Kereta Bandara Soekarno Hatta, awal Januari lalu. Kompas.com 10/05/2017, 06:39 WIB Penahanan Ahok dan Hilangnya Senyum di {"wajah"}  Djarot. Kompas.com 22/06/2017, 13:54 WIB,  "Polisi Akan Buat Sketsa {"wajah"} Terduga Penyerang Novel".

Pada akhirnya seluruh fenomena di atas bahwa {"wajah"} memiliki prinsip dasar dalam kehidupan manusia.  Artinya {"wajah"} manusia memikul tanggunjawab ketika kita saling berjumpa dalam tatapan wajah dengan sesama.

Adalah Emmanuel Lvinas (1906-1995) filsuf Perancis Kontemporer, tentang Fenomenologi Perjumpaan dengan "Wajah Yang Lain" atau "face to face relationship encounter" yang menjadi dasar prakognisi mampu menyadarkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab, dan totalitas atas keselamatan orang lain itu. Levinas  menjelaskan unsur wajar manusia sebagai "manifestasi", kehadiran Tuhan.  Atau ekspresi wajah manusia adalah presentasi kehadiran Tuhan atau di sebut "epifani". 

Muka atau wajah manusia tiba-tiba bisa kita rasakan secara langsung ekspresi rasa tak dapat dibohongi pada muka kecewa, bahagia, kaget, jijik, dan lapar, sedih, dan termenung. Dan wajah manusia pada umumnya bersifat bagian tubuh yang terbuka. Maka sampai saat ini ada ilmu fisiognomi. Ada banyak tokoh Johann Caspar Lavater, model Face Reading berisi tentang kecenderungan mental manusia seperti bentuk dahi, alis, mata, hidung, pipi, bibir, dan dagu, telinga.

Lvinas pertemuan dengan wajah yang lain (maksudnya manusia) di ikuti rasa tanggung jawab membebani mendahului komunikasi.

MaknaEpifani.

Epifani berasal dari bahasa Yunani 'epiphaneia'  yang berarti menampakkan diri atau mirip konsep fenomenologi Hussrel. Untuk menjelaskan ini adalah pengalaman saya menguji ribuan mahasiswa atau lebih, ada suatu hal yang menggangu khususnya fenomena perjumpaan. 

Pada hampir semua kasus membuat pertemuan yang membuat saya diminta untuk bertanggungjawab dan tidak tega. Apalagi bila mahasiswa tersebut sudah tidak bisa berkata apa apa dalam dialog tanya jawab sidang. Sekalipun mahasiswa sudah berusaha dengan maksimal tetapi masih saja ada factor yang tidak sempat di antisipasi, sehingga belum memadai menjawab pertanyaan dan sanggahan. 

Pada proses pembimbingan saya kadang lebih nyaman tidak melihat muka yang bersangkutan baru saya tega menyatakan ini kurang, itu kurang, baca lagi, pahami kembali, dan revisi, dan seterusnya. Saya  merasa (prarepleksi) terganggu dan tersandra melihat muka manusia, minta dibantu, panggilan kebaikan, atau ada rasa bertanggung yang spontan. Semacam panggilan jiwa spontan jika melihat muka dan isyarat kewajiban berbuat baik (moral) atau tanggung jawab terhadap yang lain (the others).

Pada kasus mahasiswa ini pemikiran Levinas dapat di tranformasi makna (1) wajah yang telajang memberi makna semotika bahwa ketidakberdayaan, dan ketidak mampuan. Ketidakberdayaan  mahasiwa karena 3 penguji atau lebih tidak mampu ini jawab. Dan wajah tidak ditutupi maknanya ada ancaman dari bahaya pihak luar kemungkinan malu tidak lulus. 

(2) face-to-face relationship encounter, adalah tahap etika paling primodial, paling otentik (bertemu muka dengan muka) sekaligus semacam wajah kehadiran cinta non pamrih, (3) epifani atau wajah yang meminta pertolongan bantuan moral dengan rasa seperti berbicara jangan tinggalin saya tidak lulus skripsi, tesis. Kesan wajah mahasiswa itu sama  dengan tuntutan kewajiban tanpa syarat memberikan bantuan dan pertolongan pamrih apapun atau sebagai "manifestasi"  Tuhan.

Kadang-kadang kalau kondisi seperti ini ada paradoks antara kewajiban standar akademik, dengan kesan kurang bermutu, sementara dilain sisi wajah mahasiwa minta tanggjawab jangan bunuh masa depan dan waktu saya, dan pada saat yang sama hubungan dengan kolega dosen harus baik.

Pada kondisi-kondisi life experience seperti  ini lah aplikasi filsafat wajah Levinas berlaku, untuk belajar mempraktikkan keadilan dan kesempatan buat wajah lain (the others) dapat melanjutkan kehidupan bermartabat yang melampaui (Beyond) sebagai presentasi bermanifestasi (menyatakan diri) kehadiran kita memberikan ketulusan tanpa pamrih kepada semua umat manusia secara universal atau dalam bahasa nenek moyang kita {"Rame ing gawe sepi ing pamrih, memayu hayuning bawana"}. ***.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun