Untuk menjelaskan angka sebagai tanda, beberapa tahun silam ketika saya menginap di hotel Jogjakarta ada suatu fakta yang membuat merepleksikan yakni bentuk rumah tidak ada yang membelakangi Kraton atau suasana hotel lift nya tidak ada angka berhenti di lantai 4 melainkan lantai 3A, demikian di Bali, atau hotel di Palembang tidak mengakui angka 13, dan banyak lagi diwilayah NKRI yang memahami angka sebagai simbol.Â
Demikian ketika saya meneliti 3 tahun tentang Ontologi Kejawan di Solo, dan Ontologi Kejawen Jogja bahwa angka hitungan adalah penting misalnya angka 5 pada Klendarium (9,7,4,8, 5 atau Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi, kemudian di validasi menjadi {5,4,3,7,8,6,9, Â atau mulai hari minggu sampai sabtu} untuk pendasaran menghitung Neptu logika Manusia Jawa).Â
Konsep ini kemudian dipakai untuk menghitung waktu untuk membuat ruang "tanda"Â tindakan Manusia Jawa yang rigor pada relasi Mikrokosmos dan Makrokosmoas (sebagai system Dialektika antara: Buana Agung dan Buana Alit).Â
Di Solo hari-hari ini dibekukan menjadi "Nama-Nama Pasar" secara empirik. Jadi manusia Jawa memahami hari sebagai realitas segala sesuatu adalah Angka atau bilangan. Wajar Galileo menyatakan "Alam ditulis dengan bahasa matematika". Newton merumuskan teori universal gravitasi, berkeyakinan bahwa "alam adalah buah kehendak bebas Tuhan, mendapatkan kepastian matematis".
Paham semacam ini tidak hanya sampai di sini, pada tahu 2009-2012 penelitian etnografi saya tentang Dayak Kaharingan di Kalimantan menemukan narasi puisi atau ritual penyatuan alam semesta (Hiyang Wadian), bahwa penggunaan angka-angka selalu dipakai memanggil penyatuan manusia dengan daya asalinya. (misalnya narasi itu berucap 1,2, dan berakhir 10).Â
Angka 7 adalah angka pantang di ucapkan dan mesti dilewati karena usia manusia di dunia ini cuma ada 7 hari (manusia mati, dan lahir punya ( 7 "tanda buruk" )waktu: Minggu, Senen, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu). Kita mati atau lahir ("tanda"Â bahagia sedih, untung malang, suka duka) pasti ada tujuh pilihan hari, dan usia kita sebenarnya cuma 7 hari yang tak dapat di ketahui dengan pasti waktunya. Maka angka 10 dan 7 adalah angka penting yang mesti diketahui dengan baik dalam tatanan manusia Dayak. Â
Kondisi ini sebagai proses dan  situasi social masyarakat untuk melakukan internalisasi  makna hidup menjadi sebuah metode menghindari kecemasan hidup."Angka adalah sebuah Fenomena Ontologis" dari realitas atau the being.Â
Kita menghindari rumah "tanda"Â sial dengan angka 13, bahkan akuntansi gagal menerapkan harga fair value rumah posisi tusuk sate. Begitu juga dalam kiblat rumah memperhatikan unsur harmoni 4 material: api, angin, tanah, dan air.
Arah "tanda"Â dan bentuk katulistiwa apakah menghadap timur (wiwitan), barat (kulon), selatan (kidul), dan utara (lor). Begitu Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 jatuh pada hari adalah Jumat Legi ("berjumlah neptu 15 representasi "tanda"Â kejujuran ) angka kramat Bangsa, dan diadakan renungan malam di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan seluruh Wilayah NKRI ("tanda"hari Suci dari 16 Agustus-ke 17 Agustus) pada pukul 00 sebagai "tanda" waktu.Â
Namun pukul 00 di Pontianak pusat garis katulistiwa angin berputar dari laut ke pantai. Hasil pengamatan jam 00 itu telinga kita mengecil beberapa detik, cahaya hape Samsung berubah, bahkan Kendi Air minum manusia Jawa terjadi peristiwa mengecil pada situasi yang sama.Â
Pada kelender Chinese ada simbol Karakter berdasarkan 12 Shio, dalam mistis menentukan siapa yang menjadi pemimpin dalam siklus"tanda"pertahunan.
Hewan sebagai bentuk Tahun representasi "tanda"Â kehendak manusia dalam ruang dan waktu. Demikian ada urutan 12 Zodiak menurut tanggal lahir dan Bulan misalnya Taurus, Pisces, Virgo, Cancer dan Scorpio, dan seterusnya menggunakan angka sebagai pendasarannya semua adalah "tanda".Â
Adalah ilmuwan adalah Max Born, dan obsesi Pauli terhadap angka 137 penerima Hadiah Nobel Fisika 1954, menulis risalah berjudul "The Mysterious Number 137" dan meninggal pada kamar no 137 sebagai angka mistik. Narasi Akademik Makna Realitas Angka, sebagai  'the being in the world'(alam semesta, dan segala sesuatu yang ada).Â
Yang ada atau the being dalam konteks ini artinya sejauh dapat dijangkau akal atau budi manusia. Dengan demikian, apa artinya: Mengenal, mengetahui atau mengerti, menganalisis, sistematis dan metodologis angka adalah penting. "Angka adalah suatu tanda" atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan.Â
Nomor biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Pemilik Mobil bersedia membayar 30 juta untuk membeli angka plat Nomor polisi, angka ganjil genap dipakai dalam hari boleh melintas di Jalan Protokol Jakarta, alamat rumah kantor, waktu lampu merah, dan lampu hijau di lalu lintas semuanya menggunakan symbol hitungan angka.Â
Bahkan KPK melakukan perhitungan kerugian Negara saat OTT, opini audit WTP, angka APBN, angka pemenang Pilpres Gubernur Walikota Bupati, Angka Laba Perusahaan, Angka Pertumbuhan ekonomi, dan penduduk, angka tabungan seluruhnya direpresentasikan melalui angka.Â
Menentukan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, menentukan kemajuan Negara, menentukan harga ayam, harga tanah pemakaman di San Diego Hills Memorial di hitung pakai angka, bunga bank, masa kerja, usia, menentukan tahun dan bulan candi sukuh, mentukan masa pensiun, dan jam terbang pilot professional, menentukan pembagian laba, harta warisan, batas Negara, posisi penumpang taksi grab, jam kerja, tarif hotel, kelulusan mahasiwa, habisnya masa jabatan presiden dan seterusnya adalah menggunakan angka.Â
Bahkan tanggal di batu nisanpun menggunakan angka. Â Sesuai penjelasan-penjelasan"tanda"Â menyatakan "segala sesuatu adalah angka, melalui mengenakan angka atau bilangan pada sesuatu".
Pada situasi ini apakah berarti mengambil sikap pada pemikiran asas antropik bersifat "tautologis": benar dengan sendirinya. Kita tidak perlu menjelaskan apapun juga. Bisa saja dipakai namun asas ini tidak menjelaskan mengapa parameter fundamental nilainya demikian.Â
Penalarannya bersifat post factum, memakai fakta sekarang kemudian menjelaskan masa lalu, maka fakta menjadi bermakna. Model tidak bermanfaat jika hanya indah secara matematis, tetapi mustahil bagi faktanya sudah ada atau hanya bagus pada tatanan ide. Jika tidak menggunakan pemikiran "tautologis" dapat di pakai metode "teori tanda" atau "semiotika".
Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion,berarti "tanda" atau seme, berarti "penafsir tanda". Semiotika memiliki makna (1) terjemah atau translation, (2) tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi, dan (4) makna atau meaning. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (sebagai makna referensial). Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa temukan dalam bahasa istlah kamus.Â
Ada banyak teori yang dapat dipakai misalnya : Charles Sander Pierce (1839- 1914), bahwa angka pada narasi diatas dapat dimaknai sebagai, tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).Â
Ferdinan de Saussure (1857-1913), menjelaskan angka-angka matematika sebagai: (1) signifier(penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk), dan content (isi); (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); (4) synchronic (sikronik) dan diachronic (diakronik); serta (5) syntagmatik (sintagmatik), (6) associative (paradigmatic). Roland Barthes (1915), semoitika adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat pada waktu tertentu.Â
Roman Jakobson (1896.- 1982), semotika memiliki enam fungsi, yaitu: (1) fungsi referensial, pengacu pesan; (2) fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak; (4) fungsi metalingual, penerang terhadap sandi atau kode yang digunakan; (5) fungsi fatis, pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak; dan (6) fungsi fuitis, penyandi pesan. Ogden, Richards (1923) makna saling berhubungan Referent', dan 'Reference' secara langsung berhubungan (berkaitan dengan 'Symbol).Â
George Herbert Mead, semiotic sebagai symbol adalah representasi pada pikiran, diri (self), dan masyarakat. Lalu bagimana supaya teori semiotika ini dapat di pakai.Â
Maka ada syarat keratahan logis ("logical simplicity") berupa kecukupan antara semiotika dengan angka tidak bisa bebas dalam penggunanya". Penggunaan symbol harus mengacu pada tiga dokrin berikut ini.Â
Dokrin (1) Platon : Metode Platon pada pemikiran Divided Line ('Yang Baik), melalui 4 kategori: empat tahap progress menanjak pada jiwa rasional: Eikasia, Pistis, Dianoia, Noesis. Pada tahap ke 3 Dianoia (rasio matematika atau diskursif analitis), melalui intelligible world untuk mendapatkan angka-angka tepat. Ilmu angka dipakai pada tuntutan-tuntutan aspek logistikon untuk  tujuan "agathon" (kebaikan), dan tidak ditundukan pada  tuntutan-tuntutan tubuh  dalam aspek irasional jiwanya (terutama epithumia,dan thumos).Â
Angka matematika atau Dianoia (rasio diskursif analitis), hanyalah "hinter-welt" (dunia bayang-bayang), dari idea. Angka-angka matematika bukanlah kebenaran tertinggi, tapi hanya bagian merepresentasikan sebuah idea. Pythagoras menyebut keteraturan dunia sebagai kosmos, khususnya menyangkut pergerakan benda-benda. Kosmos, dan logos menjadi sepasang kata yang saling mengisi. Kosmos adalah aspek ragawi, dari logos yang menyangganya.Â
Kosmos-logos menunjuk ke keindahan dan keteraturan dunia yang  bekerja berdasarkan asas rasional. Dokrin (2) Aristotle pada 10 Kategori:Â
Tentang 1 subtansi, dan 9 kategori: kuantitas, kualitas, keaktifan, kepasifan, relasi, waktu, tempat, kedudukan, perlengkapan, Dokrin (3) Kategori Kant 12 hal : Kuantitas (hitung-hitungan) mengandung kesatuan, kejamakan dan keutuhan, Kualitas (Baik dan buruk) realitas, negasi dan pembatasan, Relasi (hubungan) mengandung substansi, kausalitas dan timbal balik, Modalitas mengandung kemungkinan, peneguhan dan keperluan. Â
Akhirnya apakah mungkin ada kestabilan metode yang stabil dan tidak bisa berubah sepanjang sejarah kosmis. Di dalam sains, selalu terbuka untuk dinyatakan salah, akibat adanya paradoks.Â
Namun saya tetap berkesimpulan meminjam "DeterminsmeEinstein" , dan ", dan kehendak Buta "Schopenhauer":"Segala sesuatu sudah ditentukan dari awal sampai akhir oleh kekuatan yang berada di luar kontrol manusia, "kita semua, manusia, hewan, tubuhan, air, atau rumput, bambu, debu kosmis, menari mengikuti irama misterius yang didendangkan dari kejauhan oleh pemusik tersembunyi".Â
Sama seperti angin sedang menerpa dedaun, dan rumput, gerimis air hujan turun,  maka muncullah musik SymphonyBeethoven - atau lagu  Mozart K525 Violin Eine Kleine Nachtmusik.Sebuah dunia dengan ketidakpastian tersembunyi di aras realitas yang paling dalam, sehingga terbuka celah tidak lagi memungkinkan realitas obyektif pada penggunan angka, dan makna semiotika pada angka.
**) Penelitian Terdaftar HKI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H