Mohon tunggu...
Bala Seda
Bala Seda Mohon Tunggu... Guru - Kawannya Oemar Bakri

Kubersyukur pada-Mu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koran Kejujuran

31 Mei 2023   17:50 Diperbarui: 31 Mei 2023   18:08 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu sore, 24 Mei 2023, bunyi pesan WhatsApp terdengar di telepon genggam saya. "Pa, tolong beliin koran yang ada rubrik dan opininya", pesan singkat yang ternyata dikirimkan oleh anak saya. Tampaknya ada tugas yang diberikan dari sekolahnya.

Selepas membaca pesan itu, pikiran saya lantas menerawang dan mencoba mengingat-ingat tempat penjual koran di sekitar Pringgolayan, Banguntapan, Bantul. Bukan hal gampang untuk mencari lapak-lapak penjual koran saat-saat sekarang.

Terjangan paparan internet dan meluasnya pengguna gadget membuat bisnis lapak penjual koran seakan mati suri.

Kembali ke lamunan saya perihal tempat penjual koran. Terekam di memori, ada dua penjual koran yang terdekat dari rumah. Pertama, di Jalan Garuda, Pringgolayan dan satunya lagi di sekitar Kotagede.

Seiring dengan desakan anak saya di rumah untuk segera mencari koran, sayapun segera meluncur ke arah selatan, bermaksud menuju ke daerah Kotagede. Dalam hati, saya yakin penjual koran yang di Jln. Garuda pasti sudah tutup karena hari sudah malam.

Ke arah Kotagede melintas dari Jln. Sentonorejo dan hampir mencapai pertigaan Jln. Garuda, di antara remang-remang lampu penerang jalan raya, tak sengaja saya menatap deretan koran yang dipajang di pinggir jalan.

Rasa penasaran membuat saya hampiri tempat itu. Sepi, tak ada satu orang pun yang menunggui di situ. Yang terlihat cuma tiga eksemplar koran, dijepit dengan penjepit kertas yang sudah karatan dan digantung pada sebuah kawat yang dihubungkan antara sebuah batang pohon dan tiang jaringan telepon.

foto lapak koran malam-2 (dok. pribadi)
foto lapak koran malam-2 (dok. pribadi)

Pak Puji

Sempat bingung melihat kondisi yang sepi, setelah memarkirkan motor, saya berinisiatif mendatangi rumah warga yang letaknya dekat tempat koran tersebut. Dalam hati saya berujar, "Wah, pasti penjual koran itu rumahnya di sekitar sini aja". Ternyata saya keliru.

Saat ke rumah warga di situ, saya bertemu seorang ibu lalu saya tanyakan tentang siapa gerangan penjual koran. Ibu tersebut menjawab, "Penjualnya gak tinggal di sini, rumahnya di sana," sambil mengarahkan tangannya dan menunjuk ke arah Selatan.

Ibu itu menjelaskan bahwa rumah penjual koran masih beberapa ratus meter dari tempat itu, sambil mengatakan bahwa sang penjual koran bernama Pak Puji.

Keterangan singkat yang saya dapatkan itu belum memuaskan hati saya, karena rasanya agak aneh, sampai malam hari begini masih ada orang yang meninggalkan begitu saja barang jualannya di pinggir jalan. Padahal jalannya pun ramai dengan lalu lintas kendaraan serta lalu-lalang orang. Lagipula, letak tempat jualan koran-koran itu pun relatif cukup jauh dari rumah warga sekitar. Sehingga praktis tidak terpantau dengan baik.

Keterkejutan saya bertambah lagi ketika ibu tersebut mengatakan sesuatu saat saya hendak beranjak pergi dari rumahnya, "Korannya diambil aja gak papa. Nanti uangnya ditaruh di kaleng yang ada di situ". Wah, rasanya tambah bingung dalam hati.

Saat kembali ke motor yang ditinggal di pinggir jalan, saya sempat mengecek sejenak dan mencari-cari kaleng uang yang dimaksudkan tadi oleh ibu tersebut.

Ternyata benar, pada batang pohon penyangga diikat sebuah kaleng bekas yang di dalamnya terlihat beberapa uang koin. Sepertinya sebelum saya datang, ada yang juga mengambil koran dan memasukkan uang ke dalam kaleng tersebut.

foto kaleng lapak koran (dok. pribadi)
foto kaleng lapak koran (dok. pribadi)

Setelah berpikir sejenak, koran tidak saya ambil. Saya putuskan untuk mencari dan ingin bertemu terlebih dahulu dengan Pak Puji.

Tidak gampang juga mencari rumah Pak Puji. Setelah bertanya-tanya ke orang sekitar baru saya temukan rumahnya. Saat berada di depan rumah, secara kebetulan keluar seorang wanita. Dari perawakannya saya menebak bahwa ini anaknya Pak Puji dan ternyata betul.

"Bapak gak ada di rumah. Kalau mau, korannya diambil dan dibawa pulang dulu aja. Besok baru ke sini lagi gak papa," demikian penuturan sang anak ketika saya tanyakan dan utarakan maksud kedatangan.

Teringat tugas sekolah anak saya dan karena terdesak waktu yang semakin beranjak malam, saya akhirnya kembali ke tempat koran di pinggir jalan tadi. Dua eksemplar koran saya ambil lalu memasukkan lembaran uang kertas ke dalam kaleng yang ada.

Sampai tulisan ini dimuat, saya belum pernah bertemu dengan sosok Pak Puji. Meskipun satu dua hari setelah itu saya masih sempat beberapa kali mampir lagi ke sana.

Siang Hari Juga Sama Saja

Karena rasa penasaran, saya pernah kembali lagi di siang hari, bahkan sambil mengambil beberapa foto dari lokasi tempat jualan koran itu.

foto lapak koran siang-1 (dok. pribadi)
foto lapak koran siang-1 (dok. pribadi)

foto lapak koran siang-2 (dok. pribadi)
foto lapak koran siang-2 (dok. pribadi)

Sepertinya memang sudah niatan dari penjual koran tersebut. Karena ternyata memang tak tampak orang yang menunggu koran-koran yang dipajang di pinggir jalan tersebut, laiknya para penjual koran pada umumnya.

Mungkin benar bahwa tidak begitu penting pula siapa sang penjual korannya. Ada hal yang lebih penting yang telah saya "beli" yakni nilai-nilai kejujuran yang bisa dipetik dari pengalaman pribadi membeli koran.

Ini bukan sekadar koran, ini "Koran Kejujuran".*********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun