Saat ke rumah warga di situ, saya bertemu seorang ibu lalu saya tanyakan tentang siapa gerangan penjual koran. Ibu tersebut menjawab, "Penjualnya gak tinggal di sini, rumahnya di sana," sambil mengarahkan tangannya dan menunjuk ke arah Selatan.
Ibu itu menjelaskan bahwa rumah penjual koran masih beberapa ratus meter dari tempat itu, sambil mengatakan bahwa sang penjual koran bernama Pak Puji.
Keterangan singkat yang saya dapatkan itu belum memuaskan hati saya, karena rasanya agak aneh, sampai malam hari begini masih ada orang yang meninggalkan begitu saja barang jualannya di pinggir jalan. Padahal jalannya pun ramai dengan lalu lintas kendaraan serta lalu-lalang orang. Lagipula, letak tempat jualan koran-koran itu pun relatif cukup jauh dari rumah warga sekitar. Sehingga praktis tidak terpantau dengan baik.
Keterkejutan saya bertambah lagi ketika ibu tersebut mengatakan sesuatu saat saya hendak beranjak pergi dari rumahnya, "Korannya diambil aja gak papa. Nanti uangnya ditaruh di kaleng yang ada di situ". Wah, rasanya tambah bingung dalam hati.
Saat kembali ke motor yang ditinggal di pinggir jalan, saya sempat mengecek sejenak dan mencari-cari kaleng uang yang dimaksudkan tadi oleh ibu tersebut.
Ternyata benar, pada batang pohon penyangga diikat sebuah kaleng bekas yang di dalamnya terlihat beberapa uang koin. Sepertinya sebelum saya datang, ada yang juga mengambil koran dan memasukkan uang ke dalam kaleng tersebut.
Setelah berpikir sejenak, koran tidak saya ambil. Saya putuskan untuk mencari dan ingin bertemu terlebih dahulu dengan Pak Puji.
Tidak gampang juga mencari rumah Pak Puji. Setelah bertanya-tanya ke orang sekitar baru saya temukan rumahnya. Saat berada di depan rumah, secara kebetulan keluar seorang wanita. Dari perawakannya saya menebak bahwa ini anaknya Pak Puji dan ternyata betul.
"Bapak gak ada di rumah. Kalau mau, korannya diambil dan dibawa pulang dulu aja. Besok baru ke sini lagi gak papa," demikian penuturan sang anak ketika saya tanyakan dan utarakan maksud kedatangan.
Teringat tugas sekolah anak saya dan karena terdesak waktu yang semakin beranjak malam, saya akhirnya kembali ke tempat koran di pinggir jalan tadi. Dua eksemplar koran saya ambil lalu memasukkan lembaran uang kertas ke dalam kaleng yang ada.
Sampai tulisan ini dimuat, saya belum pernah bertemu dengan sosok Pak Puji. Meskipun satu dua hari setelah itu saya masih sempat beberapa kali mampir lagi ke sana.