Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksplorasi Tradisi Kuno Telinga Panjang di Long Beliu, Kalimantan Timur

30 Juli 2024   10:35 Diperbarui: 30 Juli 2024   10:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Telinga Panjang di Long Beliu (Dokumen Pribadi)

Telinga panjang adalah tradisi kuno yang menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya suku Dayak. Tradisi ini kini hampir hilang dari warisan budaya kita. Telinga panjang bukan hanya sekadar ciri fisik yang khas, tetapi juga simbol kekuatan, kecantikan, dan identitas sosial bagi komunitas yang mempraktikkannya. Dalam upaya mendalami nilai-nilai dan makna di balik tradisi telinga panjang, berbagai pihak, termasuk penulis, peneliti, dan penggiat budaya, berusaha menemukan kembali jejak tradisi ini di seluruh penjuru Kalimantan. Mereka mengumpulkan cerita-cerita lama, menelusuri sisa-sisa tradisi yang mulai pudar, dan berupaya memahami konteks sosial yang membentuknya. Kisah-kisah mengenai telinga panjang mengajak kita merenungkan bagaimana perubahan zaman dan pengaruh luar telah mengubah pola pikir dan praktik budaya di kalangan masyarakat suku Dayak. Di tengah arus perubahan ini, masih ada mereka yang teguh mempertahankan tradisi, menjadi penjaga terakhir yang memastikan kebudayaan mereka tidak lenyap di tengah modernisasi yang kian pesat.

Sekilas Kampung Long Beliu

Suasana Balai Adat Long Beliu  (Dokumen Pribadi)
Suasana Balai Adat Long Beliu  (Dokumen Pribadi)

Long Beliu merupakan satu dari empat belas kampung yang terdapat di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Kampung yang memiliki luas wilayah 109.065,57 ha ini dihuni 903 jiwa. Long Beliu kerap berganti nama mulai dari Long Gie, Long Gie Duhung, hingga resmi secara administratif pada 2008 menjadi Long Beliu yang artinya "Ini Jadi." Dahulunya, kampung ini dihuni oleh Suku Dayak Lepo Sun. Keberadaannya telah ada sejak tahun 1910. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, komunitas tersebut bercocok tanam dan berburu hewan di hutan. Namun, seiring berjalannya waktu, Suku Kenyah Lepo Sun semakin berkurang tanpa alasan yang jelas.

Eksplorasi Tradisi Telinga Panjang

Dorongan untuk mengeksplor lebih lanjut muncul ketika penulis berbincang-bincang dengan Ino, salah satu pendamping Desa Merapun yang menceritakan tentang perkampungan Dayak Kenyah yang mempertahankan adat istiadat dan memiliki balai adat yang masih kokoh. Dengan semangat, penulis memutuskan untuk menelusuri keajaiban Desa Long Beliu, yang hanya berjarak 6 km dengan waktu tempuh berkisar 15-30 menit menggunakan sepeda motor dari Kantor Camat Kelay.

Meskipun disarankan untuk tidak berjalan kaki karena jarak yang cukup jauh, penulis tetap bersikeras untuk merasakan pengalaman berjalan kaki. Dalam perjalanan ini, penulis dihampiri oleh seorang bapak gemuk yang ramah, menawarkan tumpangan dengan sepeda motornya. Tiba di gapura Desa Long Beliu, penulis tak bisa menahan diri untuk mengabadikan keindahan gapura ukiran Dayak yang begitu megah dan meminta bapak itu untuk meninggalkan penulis.

Namun, perjalanan masih panjang, dan seorang anak muda ramah membantu penulis mencapai perkampungan. Dengan penuh kebaikan, dia menanyakan tujuan penulis yang ingin melihat desa, mengabadikan momen melalui kamera, dan menjelajahi balai adat.

Keindahan Balai Adat

Tiba di balai adat, kekaguman penulis terpancar melihat rumah Lamin adat Dayak yang terjaga kebersihannya. Salah satu warga, anak muda yang ramah, dengan senang hati membantu penulis untuk berfoto di balai adat yang begitu indah. Keunikan Desa Long Beliu tidak hanya terletak pada keindahan fisiknya, tetapi juga pada keramahan warganya. Para ibu yang baru saja pulang dari ladang, dengan khas topi Dayak, menyambut penulis dengan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun