Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sungai Kayan Bukan Tempat Sampah

22 Maret 2024   13:12 Diperbarui: 23 Maret 2024   01:57 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tim yang sedang mencuci baju (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

"Sungai tidak hanya membawa air, tetapi juga membawa kehidupan,"

Bagi masyarakat pedalaman Kalimantan, Sungai bukan hanya sekedar air melainkan sumber kehidupan. Sungai Kayan menyediakan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, irigasi pertanian, pertanian dan transportasi air. Tak hanya itu, ikan maupun hewan air membutuhkan ketersediaan pangan dari sungai tersebut. 

Lantas, bagaimana jika sungai telah tercemar, bagaimana dengan Kesehatan masyarakat yang mengandalkan air Sungai untuk minum, mandi, dan memasak, lalu bagaimana kondisi ikan yang harus terpaksa memakan limbah dan kemudian harus disajikan di meja makan keluarga. Lalu, apa tanggapan pemilik speed boat dan perahu ketinting yang kerap mengeluh karena baling-balingnya terlilit dengan popok bayi. 

Tanggapan di atas merupakan kondisi nyata di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayan. Hal tersebut menjadi PR serius bagi masyarakat maupun pemerintah setempat.

Penampakan sampah pada sebuah dermaga (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)
Penampakan sampah pada sebuah dermaga (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

Sungai Kayan Darurat Sampah

Berdasarkan pantauan penulis, tampak sejumlah titik tumpukan sampah mewarnai perjalanan dari Tanjung Selor menuju Desa Long Lasan, yang melewati 15 desa dengan menempuh 180 menit menggunakan speed boat. 

Speed yang memuat 3 orang penumpang tiba-tiba berhenti ditengah naiknya Sungai Kayan pasca diguyur hujan. Pengemudi speed paruh baya itu tiba-tiba mengumpat sambil meninggalkan kemudinya, lalu pergi memeriksa baling-baling mesin 25Pk. 

Ternyata, sekantung popok bayi terlilit pada baling. Akibatnya, kami harus rela terkatung-katung ditengah Sungai Kayan yang sedang meluap. Selama perjalanan, baling terlilit kerap terjadi sehingga perjalanan menjadi terhambat. 

Kala itu, penulis dan tim sedang menjalankan sebuah project 7 desa di landskap kayan yang difasilitasi oleh Yayasan Pionir Bulungan. Adapun desa yang akan dikunjungi diantaranya Long Lasan, Lepak Aru, Long Telenjau, Long Tungu, Long Lembu, Mara Satu dan Mara Hilir. 

Ekspedisi tersebut membawa kami untuk berpindah dari satu desa ke desa yang lain, sampai tibalah tim di Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Penampakan Sampah di Sungai Kayan (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)
Penampakan Sampah di Sungai Kayan (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

Infeksi Usus

Dari ke tiga desa yang sudah kami singgahi, hanya desa ini yang tidak memiliki air bersih. Artinya, Tim harus mandi di Sungai yang tercemar. Selama 3 hari, tim menetap di kediaman Pendamping Desa Long Tungu, Alexsander (Bukan nama sebenarnya).

Pada pagi dan sore hari, ia ramah mengajak kami untuk mandi di Sungai Kayan. Selain kami, masyarakat desa tersebut juga menggunakan Sungai untuk mandi, maupun cuci baju. Dengan keadaan terpaksa, penulis harus mandi berdekatan dengan tumpukan sampah rumah tangga.

Alexsander mengerahkan tenaganya untuk menaiki tangga curam yang terbuat dari tanah sambil membawa jeriken 25 liter masing-masing ditangannya. Pria dengan tinggi 180 cm itu terlihat biasa membawa air sungai sejauh 30 meter menuju belakang rumahnya.

Aktifitas tersebut merupakan kegiatan kesehariannya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Sebelum menetap di Long Tungu, Alexsander sekeluarga dahulunya bermukim di Desa Long Beluah, desa kelahiran Alex.

Pria berperawakan besar itu memiliki 1 putra yang berumur 6 tahun, dan dua putri yang masing-masing berumur 4 dan 2 tahun. Keluarga tersebut merupakan warga baru yang menetap di desa Long Tungu. 

Marcel (Bukan nama sebenarnya) mengisahkan bahwa profil tank 1200 Liter hanya mampu bertahan selama 3 hari. Hal tersebut memaksa istri Alex harus merogoh kocek sedalam-dalamnya.

Kondisi di sepanjang Sungai Kayan ( Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)
Kondisi di sepanjang Sungai Kayan ( Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

Usai menikmati jamuan puluhan durian di dapur, Alex berkisah kepada tim jika ke 3 anaknya harus menjalani perawatan inap di rumah sakit Tanjung Selor lantaran didiagnosa terkena infeksi usus. Akibat kejadian tersebut, Alex harus melewati pergantian tahun 2023-2024 di sebuah bilik kamar rumah sakit.

Kejadian tersebut menarik perhatian sejumlah keluarga besar Alex yang berada di desa tetangga. Diduga, infeksi tersebut diakibatkan mengkonsumsi air Sungai Kayan yang tercemar. Alex berserta anak istrinya didesak oleh pihak keluarga untuk kembali menetap di desa Long Beluah yang memiliki stok air bersih melimpah.

Berdasarkan keterangan Alex, Desa Long Tungu dan Long Lembu (Desa tetangga) memiliki sumber air bersih bersama. Mata air tersebut berada di wilayah Desa Long Lembu, kedua desa tersebut membuat kesepakatan untuk membersihkan sumber air secara rutin.

Salah satu tim mencuci baju (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)
Salah satu tim mencuci baju (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

Lantaran Desa Long Tungu kerap manggkir dari panggilan gotong royong, ahkirnya desa tetangga dengan tegas memutus aliran air bersih yang memberikan dampak negatif terhadap warga. Berdasarkan pantauan penulis selama di Desa Long Tungu, tidak ditemukan sejumlah penampungan sampah di tiap rumah maupun RT.

Untuk mengurangi sampah, masyarakat masih menggunakan metode lama dengan cara membakar ataupun membuangnya di sungai. Terdapat sumur mata air yang terletak di pemukiman pinggir sungai maupun darat. Sungai dan sumur menjadi pilihan warga untuk membersihkan diri. Selain itu, desa yang memiliki luas 703.000 Ha tidak memiliki Tempat Pembuangan Ahkir (TPA).

Tupac, warga Desa Long Tungu menjelaskan jika kelompoknya sempat mengajukan pengadaan kendaraan pengangkut sampah, namun, hal tersebut ternyata bukanlah program prioritas desa sehingga mereka harus rela gigit jari mendengar Keputusan tersebut.

Sungai Kayan dikala surut (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)
Sungai Kayan dikala surut (Yayasan Pionir Bulungan/Dokpri)

Upaya Pemerintah Mencegah Stunting

Perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya pencegahan stunting merupakan program yang kerap digaungkan pemerintah melaui sejumlah media. Pemerintah Provinsi (Pemprov) optimis, angka stunting turun mencapai 14 persen pada 2024. 

Pemerintah meyakini bahwa Kalimantan Utara memiliki potensi menciptakan asupan pangan yang bergizi dan berkualitas dari 3 sektor seperti pertanian, Perkebunan dan pertanian dalam pencegahan stunting. Padahal, sejumlah pakar menyebutkan air bersih dan sanitasilah yang menjadi faktor utama penyebab stunting.

Aku tau,Tapi Diam Saja

Jika ditinjau, Undang-undang (UU) RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah, masyarkat dan pemerintah sama sama berperan daalam Upaya pengurangan sampah. Lalu, apa tindakan pihak terkait dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Permasalahan terkait air bersih dan sampah bukan hanya dihadapi oleh masyarakat Long Tungu, melainkan seluruh desa yang dialiri oleh DAS Kayan. Dampak air sungai yang tercemar akan dirasakan dalam jangka waktu lama.

Tentu hal tersebut akan menjadi bom waktu. Sebijaknya, Masyarakat Long Tungu maupun sejumlah desa Landskap Kayan perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama Sungai Kayan.

Gotong royong membersihkan sungai dan lingkungan sekitar secara berkala merupakan langkah awal yang efektif untuk memulai sebuah perubahan besar. Sebagai Pemerintah Desa, perlu mengambil peran proaktif dalam menangani masalah pencemaran sungai dan pengelolaan sampah.

Pemerintah setempat diminta untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kondisi lingkungan di pedalaman Kalimantan, khususnya DAS Kayan. Diperlukan investasi dalam pembangunan infrastruktur sanitasi dan pengelolaan sampah yang efektif, serta penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelanggaran lingkungan.

Disisi lain, Desa Long Tungu perlu menjalin kerjasama yang lebih erat dengan desa-desa tetangga, seperti Long Lembu, dalam upaya pengelolaan bersama sumber air dan lingkungan sekitar. 

Kesepakatan bersama mengenai pengelolaan sumber air bersih dan gotong royong dalam menjaga kebersihan sungai dapat menjadi langkah penting dalam menyelesaikan masalah bersama.

Melalui kerja sama antar masyarakat, pemerintah desa, serta pemerintah kabupaten dan provinsi, diharapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Long Tungu dapat segera ditangani secara komprehensif dan berkelanjutan. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menjaga Sungai Kayan sebagai sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Refrensi : Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun