Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelusuri Telinga Panjang di Desa Long Beluah, Kalimantan Utara

19 Maret 2024   20:38 Diperbarui: 20 Maret 2024   12:57 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gereja di Long Beluah (Dokpri)

Cerita Desa Long Beluah menggambarkan bagaimana warisan budaya dan tradisi suku Dayak Kayan Mapan tetap hidup meskipun terjadi perubahan zaman dan masuknya agama-agama baru. Meskipun beberapa praktik animisme telah ditinggalkan, beberapa tradisi masih dipegang teguh oleh masyarakat desa, seperti penghormatan terhadap roh leluhur. Bangunan-bangunan tradisional dan keberadaan balai adat menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat lokal berusaha mempertahankan warisan budaya mereka. 

Kisah tentang Telinga Panjang menyoroti bagaimana perkembangan zaman telah mengubah persepsi dan praktik masyarakat. Meskipun Telinga Panjang dulunya dianggap sebagai simbol kecantikan dan kebanggaan suku Dayak Kayan Mapan, banyak generasi muda, seperti Sujau, lebih memilih gaya hidup modern dan tidak tertarik untuk meneruskan tradisi tersebut.

Namun, tokoh seperti Idung Kusow tetap teguh dalam mempertahankan identitas budaya mereka, meskipun kondisi fisiknya mulai melemah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun