Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Suka Duka Seorang Kurir

22 Januari 2020   18:26 Diperbarui: 9 April 2021   12:41 5772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kurir mengirimkan barang (Sumber : www.mpssoft.co.id)

Seiring dengan berjalannya waktu, di tambah lagi akses jaringan internet yang mudah di jangkau oleh semua kalangan menciptakan sebuah babak baru di bangsa ini. Akibat perkembangan zaman, bangsa ini mengalami berbagai macam perkembangan, khususnya perkembangan teknologi. 

Dahulu, sebelum berkembangnya teknologi di bangsa ini, contoh seperti  sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh, paling mentok untuk melepaskan rindu mereka hanya bisa mendengarkan suara via telpon. Namun saat ini, semuanya di permudah dengan layanan video call, yang membuat satu dan lainnya layaknya berbicara langsung via Handphone.

Di sisi lain, bisnis online juga kini kian berkembang pesat. Siapa saja yang ada di  seluruh negeri ini bisa menjalankan usaha bisnis online tersebut. Tak jarang permintaan pasar pun kini kian meluas yang merambah diseluruh pelosok negeri ini. 

Dalam menjalani bisnis tersebut,  jelas toko online atau pedagang online harus bermitra dengan jasa ekspedisi pengiriman barang guna memperlancar bisnis mereka.

Sebagian besar manusia bekerja keras demi membeli sebuah mimpinya, dan itu semua harus kita bayar dengan darah, keringat, dan air mata.
Contohnya seperti saya, yang lahir pada 1989 silam, yang mencoba untuk bangkit dari keterpurukan buah dari ketidakseriusan di masa silam. Kini saya mencoba kembali untuk mengapai mimpi itu yang di wujudkan dengan bekerja.

Sudah hampir 1 setengah tahun saya bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi pengiriman paket sebagai kurir.status saya sekarang PKWT atau (perjanjian kerja waktu tertentu) berkat pekerjaan ini saya memberanikan diri untuk kembali berkuliah  dan mengulang dari 0 lagi.

Puji tuhan, saat ini saya sudah semester 3 jalan semester 4 yang biaya  kuliahnya pun hasil mandiri saya sendiri. Mau tidak mau, saya harus adil untuk membagi waktu kerja dan dengan kuliah, puji tuhan, si penerima paket bisa memaklumi keadaan saya dan syukurnya nilai saya selama 3 semester ini tidak terganggu dan malah bagus.

Sebagian besar orang 'awam' menganggap pekerjaan kurir adalah pekerjaan yang paling gampang, tanpa tenaga, tanpa mengeluarkan modal yang banyak, ya, paling-paling modal pulsa dan bensin hanya mengantar ke alamat atau si penerima lalu selesai.

Banyak suka duka yang saya alami sepanjang mengantarkan paket, kepanasan dan kehujanan itu sudah biasa,belum lagi kami mendapatkan alamat fiktif, yang di mana alamat tidak lengkap beserta nomor hp si penerima tidak aktif.

Hal tersebut sangat berpengaruh pada persentase kerja kami, karna sebagian kami bekerja sepenuh tenaga untuk mengantarkan paket untuk mendapatkan gaji, dan kedua untuk mendapatkan bonus dari staf admin yang membawahi kami.

Bila paket sukses 100%, kami mendapatkan bonus, namun sebaliknya, bila paket tersebut tidak di ambil dengan berbagai macam alasan, otomatis kami tidak mendapatkan bonus.

Belum lagi saat pengantaran paket ke daerah pelosok yang jarak waktunya menempuh waktu perjalanan sekitar 45 menit lamanya, ditambah dengan medan yang penuh dengan resiko seperti melewati gunung yang curam, ban bocor, mesin ngejim, atau kehabisan bensin ya saya pernah mengalami kejadian tersebut.

Pernah kejadian, saat saya mengantarkan paket ke sebuah pelosok desa, saat itu mata saya ngantuk berat.dan alhasil dikarnakan saya menghindar batu di jalan, ahkirnya saya terjatuh dari motor dengan membawa tas yang berisikan paket yang belum di antar.

Sedihnya, tidak ada satupun orang yang lewat. Puji tuhan saya tidak masuk jurang hanya saya motor dan tubuh saya mengalami cedera. Demi tugas mulia, saya tetap melanjutkan mengantarkan paket sampai ke tempat tujuan sambil meringis menahan sakit yang saya alami.

Terlepas dari situ semua, saya banyak banyak mengenal banyak orang dari semua kalangan, mulai dari yang muda sampai yang tua, bapak-bapak bahkan ibu-ibu, namun kebanyakan ibu-ibu lah yang menjadi customer yang setia. Lewat hubungan intens selama beberapa tahun ahkirnya  suasana keakraban pun terjadi sehinga komunikasi pun terjalin dengan baik.

Asalkan si penerima paket tidak banyak alasan dan bisa di ajak kerja sama dengan baik, saya yakin kami sebagai kurir pun merasa bahagia menjalani pekerjaan ini.

Namun apa bila customers sedikit nakal, otomatis terkadang kami selaku manusia pun kadang bisa terpancing emosi dan terkadang terjadi percakapan yang berkesan negatif. Sebenarnya, ada satu 'Rasa' yang tidak bisa dibayar dengan uang sekalipun.

''Bila si penerima paket menunggu dengan ceria dan mengucapkan terima kasih dengan bola mata yang bersinar-sinar".

Hal tersebutlah yang membuat kami semakin termotivasi dan semangat kerja di tengah kondisi pekerjaan yang penuh dengan tekanan.
Memang si customers adalah raja, yang patutnya dilayani dengan baik. Sudah tugas kami memberikan pelayanan tersebut.

Namun, bila si penerima paket tidak bisa bekerja sama, belum lagi tidak bisa dihubungi, menambah pekerjaan yang sebenarnya mengasikkan tiba-tiba berubah menjadi tertekan akibat ulah si penerima paket tidak bisa di ajak kerja sama, bagi saya. 

Kesuksesan kerja seorang kurir,tidak di tentukan seberapa cakapnya si kurir dalam mengantarkan paket.namun semua itu kembali kepada si calon penerima paket.

Sebagai manusia, terkadangn saya juga sering lemah dalam mengontrol emosi, itu terkecuali untuk customers yang saya anggap nakal, dampaknya adalah perdebatan dan berahkir pada laporan ke atasaan kami, mau tidak mau si kurir pun mendapatkan teguran yang bertahap dari atasanya, setelah mengamati dan memperdalam pengantaran paket tersebut lewat pandangan saya sendiri, saya mendapatkan bermacam-macam tipe kakarter si penerima paket:

1. Si calon Penerima paket yang setia
Mereka sebagian besar ibu-ibu rumah tangga dan juga ibu-ibu kantoran yang berperan sebagai reseller (orang yang menjual kembali produk dari pihak supplier kepada konsumen) dan drop shipper ( orang yang menjual satu produk dari supplier, namun tidak menyetok barang terlebih dahulu, dimana mereka sangat bergantung pada si pengirim paket.

2. Si calon Penerima paket yang Royal
Nah, untuk yang satu ini, sebagian dari mereka adalah bapak-bapak yang malas ambil uang kembalian. Ada pula yang  tak cukup hanya memberikan ucapan terimah kasih  saja, namun bisa lewat senyuman tulus dan juga terkadang  mereka menambahkan uang tip kepada kami.

3. Si calon Penerima paket yang detail
Mereka adalah tipe yang sering menanyakan paketnya ke kurir walaupun paket tersebut belum sampai di tangan si kurir. Tipe ini adalah orang yang rutin mengecek story perjalanan paket mereka sampai mana.

4. Si calon Penerima paket  yang Nakal
Dari tipe inilah yang sering membuat para kurir bertegang leher karna ulah mereka karna sikap mereka yang sulit untuk di ajak kerja sama

5. Si calon penerima paket yang tak punya hati
Mereka tidak mau tau tentang kondisi dan keadaan si kurir, entah kehujanan, ban bocor, sakit, atau kondisi jalanan tidak kondusif, yang selalu keluar dari mulut mereka adalah "kalian dibayar untuk mengantar paket, lagian kami sudah membayar ongkos kirimnya", begitu kata-kata yang sering kami dengar.

Dari dalam hati nurani kami yang paling dalam, niat utama kami ialah mengantarkan paket sampai depan rumah, namun hal tersebut sangat berbenturan dengan keadaan yang ada di jalanan.

Oleh karna itu perlu adanya toleransi yang di berikan dari si calon penerima paket. Namun banyak hal yang sangat disayangkan, terkadang si calon penerima paket tega memesan sebegitu banyak paket namun ketika paket datang semuanya diminta untuk di cancel. Terus terang hal tersebut menyedihkan hati kami karna hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja kami sebagai kurir.

Sekian dan terimah kasih.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun