Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Suka Duka Seorang Kurir

22 Januari 2020   18:26 Diperbarui: 9 April 2021   12:41 5772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kurir mengirimkan barang (Sumber : www.mpssoft.co.id)

Belum lagi saat pengantaran paket ke daerah pelosok yang jarak waktunya menempuh waktu perjalanan sekitar 45 menit lamanya, ditambah dengan medan yang penuh dengan resiko seperti melewati gunung yang curam, ban bocor, mesin ngejim, atau kehabisan bensin ya saya pernah mengalami kejadian tersebut.

Pernah kejadian, saat saya mengantarkan paket ke sebuah pelosok desa, saat itu mata saya ngantuk berat.dan alhasil dikarnakan saya menghindar batu di jalan, ahkirnya saya terjatuh dari motor dengan membawa tas yang berisikan paket yang belum di antar.

Sedihnya, tidak ada satupun orang yang lewat. Puji tuhan saya tidak masuk jurang hanya saya motor dan tubuh saya mengalami cedera. Demi tugas mulia, saya tetap melanjutkan mengantarkan paket sampai ke tempat tujuan sambil meringis menahan sakit yang saya alami.

Terlepas dari situ semua, saya banyak banyak mengenal banyak orang dari semua kalangan, mulai dari yang muda sampai yang tua, bapak-bapak bahkan ibu-ibu, namun kebanyakan ibu-ibu lah yang menjadi customer yang setia. Lewat hubungan intens selama beberapa tahun ahkirnya  suasana keakraban pun terjadi sehinga komunikasi pun terjalin dengan baik.

Asalkan si penerima paket tidak banyak alasan dan bisa di ajak kerja sama dengan baik, saya yakin kami sebagai kurir pun merasa bahagia menjalani pekerjaan ini.

Namun apa bila customers sedikit nakal, otomatis terkadang kami selaku manusia pun kadang bisa terpancing emosi dan terkadang terjadi percakapan yang berkesan negatif. Sebenarnya, ada satu 'Rasa' yang tidak bisa dibayar dengan uang sekalipun.

''Bila si penerima paket menunggu dengan ceria dan mengucapkan terima kasih dengan bola mata yang bersinar-sinar".

Hal tersebutlah yang membuat kami semakin termotivasi dan semangat kerja di tengah kondisi pekerjaan yang penuh dengan tekanan.
Memang si customers adalah raja, yang patutnya dilayani dengan baik. Sudah tugas kami memberikan pelayanan tersebut.

Namun, bila si penerima paket tidak bisa bekerja sama, belum lagi tidak bisa dihubungi, menambah pekerjaan yang sebenarnya mengasikkan tiba-tiba berubah menjadi tertekan akibat ulah si penerima paket tidak bisa di ajak kerja sama, bagi saya. 

Kesuksesan kerja seorang kurir,tidak di tentukan seberapa cakapnya si kurir dalam mengantarkan paket.namun semua itu kembali kepada si calon penerima paket.

Sebagai manusia, terkadangn saya juga sering lemah dalam mengontrol emosi, itu terkecuali untuk customers yang saya anggap nakal, dampaknya adalah perdebatan dan berahkir pada laporan ke atasaan kami, mau tidak mau si kurir pun mendapatkan teguran yang bertahap dari atasanya, setelah mengamati dan memperdalam pengantaran paket tersebut lewat pandangan saya sendiri, saya mendapatkan bermacam-macam tipe kakarter si penerima paket:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun