Mohon tunggu...
Bung Baladil
Bung Baladil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pejalan Kaki

'Hidup adalah susunan Kenangan, Oleh karena Itu buatlah Hari-harimu dengan Kenangan Yang Indah, yang akan membuatmu tersenyum ketika mengingatnya di kemudian hari'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarman, Buruh Sampah Kota Baubau, Jadikan Barang Bekas sebagai Tambahan Pendapatan

9 Februari 2016   14:18 Diperbarui: 9 Februari 2016   14:54 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil Menyelem minum air, begitulah pepatah yang diamalkan Sarman, Petugas Kebersihan Kota Baubau, sambil mengumpulkan barang bekas dalam setiap menunaikan tugasnya demi menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Berikut kisahnya.

****

Siang itu matahari sedang bergerak naik menjelang di atas kepala, Sarman masih saja asyik memilah-milah sampah plastik, kardus maupun botol-botol bekas yang dikumpulkan untuk dijual kembali pada pengepul. Saya menyambanginya dan mencoba ngobrol akrab dengannya, ternyata ditempat itulah biasa ia beristrahat sehari-hari usai menjalankan tugasnya membersihkan Kota Baubau dari sampah.

"Mari, maaf ya lagi isi ini, ini untuk menambah pendapatan,sehari kadang saya bisa dapat setengah karung, saya simpan disini, biasa dua hari kalau sudah full satu karung, saya angkut menggunakan motor untuk dibawa pulang dan dibersihkan dirumah, nanti kalau sudah bersih saya bawa ke kota lagi untuk dijual," ucap Sarman.

Pria kelahiran Kelurahan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau 34 tahun silam, tepatnya tahun 1982, memang baru setahun lebih bergabung bersama "Pasukan Kuning", yaitu pertengahan tahun 2014 lalu. Kendatipun belum lama, namun suka dan duka sebagai pasukan kuning sudah terlalu banyak baginya.

"Bekerja sebagai tukang sampah itu, banyak dukanya daripada senangnya sodara," ucapnya dengan akrab.

Lama membantunya mengisi botol-botol bekas kedalam karung, kemudian kami duduk bersama dibawah rumpun bambu tempat biasa ia melepaskan lelah. Disini ia kembali melanjutkan ceritanya bagaimana suka dan dukanya bekerja sebagai tukang sampah.

Bekerja sebagai tukang sampah ia lakoni sejak pertengahan 2014 lalu, ia menggantikan seorang buruh sampah asal Kelurahan Wareruma yang telah mengundurkan diri. Pagi buta, Ketika tetangganya yang bernama La Badjoe, yang juga salah seorang Pasukan Kuning yang berasal dari Gonda Baru, mengajaknya bergabung menjadi pasukan kuning, ia tidak menolaknya sama sekali. Karena baginya pekerjaan apapun siap ia lakoni yang penting halal untuk menafkahi anak dan istrinya.

Upah sebagai buruh sampah hanya berkisar Rp 900 ribu per bulan, dengan begitu belum mampu menutupi biaya hidup bersama istrinya. Apalagi sang istri, Erna hanya seorang ibu rumah tangga biasa.Upah yang didapatkan bekerja sebagai buruh sampah, belum sebanding dengan tuntutan hidup yang harus ia penuhi, dengan begitu mengumpulkan kaleng, botol dan kardus bekas saat menyampah menjadi cara untuk dapat menambah penghasilannya dalam sebulan. Terkadang, kalau dapat banyak, uang Rp 1 Juta mampu ia kumpulkan dari sampah bekas yang dijualnya pada pengepul disetiap akhir bulan.

Selain bersandar pada upah buruh sampah dan hasil penjualan kaleng bekas,ia jadikan ladang sebagai penopang hidupnya sehari-hari. Ia tanami dengan jagung, padi dan jenis umbi-umbian guna menutupi kebutuhan makan sehari-hari. "Istri hanya sebagai Ibu rumah tangga saja, paling ke ladang, ya kita bertani untuk menopang makan sehari-hari juga," katannya.

Terlepas dari penghasilannya yang cukup, sebagai tukang sampah sampai saat ini duka yang masih membekas dalam hatinya, dan ia belum bisa memahami dan menerima adalah perlakukan masyarakat yang menganggap mereka sebagai sampah.

Meski begitu, sebagai tukang sampah hinaan bukan lagi hal yang baru baginya, rasa tidak dihargai sering kali mereka dapatkan, bahkan hampir seluruh teman-temannya pasukan kuning selalu mendapatka perlakuan kasar, hingga tidak jarang mereka dianggap seperti pembantu dan majikannya adalah masyarakat Kota Baubau.

"Tapi tidak semua, ada juga yang baik, ada juga yang tidak baik," katanya dengan polos.

Dalam batin ia masih selalu memprotes akan sikap masyarakat yang selalu menganggap mereka sampah, memang di akuinya, mereka bekerja sebagai pemungut sampah, namun bukan berarti mereka juga dianggap sampah, mereka ingin dihargai. Bukan rasa hormat yang ia inginkan, namun cukup dihargai akan jerih payah mereka, karena telah berupaya membersihkan Kota Baubau.

Selain itu, ia juga menyesalkan masyarakat yang tidak taat dalam membuang sampah, tidak jarang teguran dari pengawas karena dianggap tidak bekerja maksimal mereka dapatkan akibat dari masyarakat yang membuang sampah setelah mereka mengangkutnya.

Sampai saat ini, yang selalu ia harapkan adalah masyarakat Kota Baubau menghargai mereka dan juga membuang sampah tepat pada waktunya, sehingga Kota Baubau akan terlihat bersih.

Selain itu, ia juga berharap ada regulasi yang jitu, yang dibuat oleh pemerintah agar masyarakat taat dan patuh dan memiliki rasa kebersamaan dalam menciptakan Kota Baubau yang bersih.

"Tapi itu hanya harapannya kita buruh ini, biar juga bagaimana, tiap hari kita bersihkan sampah, karena orang tidak taat dan tidak ada aturan, baru saja kita angkut sampah, belum beberapa meter kita tinggalkan orang sudah mulai membuang lagi, harus juga ada keseriusan aturan dari atas" keluhnya.

Kendati demikian, hatinya yang tulus selalu berdoa, agar masyarakat Kota Baubau sadar dan yang terpenting, menghargai jerih payah mereka sebagai pasukan kuning. Karena dalam hati mereka, mereka tulus membersihkan dan ingin menciptakan Kota Baubau yang bersih.

Terlepas dari pekerjaannya sehari-hari, ia juga berharap ada perhatian penuh dari Pemerintah terkait kesehatan buruh sampah, mengapa tidak, bekerja sebagai tukang sampah, ribuan kuman dan bakteri menjadi teman mereka, dari itu, ia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus untuk kesehatan mereka.

Sebelum bekerja di Kota Baubau, sebelumnya, sekitar tahun 2002 ia sempat mengadu nasib di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Disana anggota keluarganya juga bekerja sebagai tukang sampah, yaitu ayahnya dan Kakaknya yang sulung.

Menurutnya, di Kota Samarinda kepatuhan masyarakat pada waktu pembuangan sampah sangat ditaati karena tegasnya pemerintah dalam menciptakan Kota yang bersih. Selain itu, Kesejahteraan dan kesehatan buruh sampah sangat diperhatikan, karena pemerintah disana tahu betul akan besarnya peran pasukan kuning dalam medukung seluruh program pemerintah.

"Coba bayangkan, kalau tidak ada kita (pasukan kuning, red) biar juga mau bikin apa tapi kota kotor, tidak ada artinya itu sebuah kota," katanya.

Salah stu perhatian pemerintah Kota Samarinda terhadap mereka adalah disetiap akhir bulan, seluruh pasukan kuning diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan turin secara gratis, untuk memastikan keadaan mereka. Bagi yang ditemukan terganggu kesehatannya diberikan waktu yang cukup untuk beristrahat,nanti setelah pulih baru kembali bekerja.

"Disana memang begitu, pemeriksaan rutin tiap bulan, jadi kita tidak ragu dengan kesehatan kita, karena sampah itu, tempatnya ribuan penyakit, dari kulit sampai dalam," ratapnya.

Namun ia sadar, Kota Samarinda Kalimantan Timur, berbeda dengan Kota Baubau Sulawesi Tenggara, tapi ia juga optimis, kalau pemerintah serius terhadap mereka, pasti akan sama keduanya.

Oleh karena itu, hari ini, tidak banyak yang ia minta, mungkin kalau kesejahteraan mereka sadar berbeda daerah Kalimantan Timur dengan Kota Baubau, namun yang selalu mereka harapkan saat ini, perhatian pemerintah terhadap kesehatan mereka juga ketegasan pemerintah terhadap regulasi terhadap waktu pembuangan sampah, agar Kota Baubau menjadi Kota yang bersih dn indah.

 

Baubau, 09 Februari 2016

Bung Baladil 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun