Mohon tunggu...
Bung Baladil
Bung Baladil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pejalan Kaki

'Hidup adalah susunan Kenangan, Oleh karena Itu buatlah Hari-harimu dengan Kenangan Yang Indah, yang akan membuatmu tersenyum ketika mengingatnya di kemudian hari'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarman, Buruh Sampah Kota Baubau, Jadikan Barang Bekas sebagai Tambahan Pendapatan

9 Februari 2016   14:18 Diperbarui: 9 Februari 2016   14:54 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski begitu, sebagai tukang sampah hinaan bukan lagi hal yang baru baginya, rasa tidak dihargai sering kali mereka dapatkan, bahkan hampir seluruh teman-temannya pasukan kuning selalu mendapatka perlakuan kasar, hingga tidak jarang mereka dianggap seperti pembantu dan majikannya adalah masyarakat Kota Baubau.

"Tapi tidak semua, ada juga yang baik, ada juga yang tidak baik," katanya dengan polos.

Dalam batin ia masih selalu memprotes akan sikap masyarakat yang selalu menganggap mereka sampah, memang di akuinya, mereka bekerja sebagai pemungut sampah, namun bukan berarti mereka juga dianggap sampah, mereka ingin dihargai. Bukan rasa hormat yang ia inginkan, namun cukup dihargai akan jerih payah mereka, karena telah berupaya membersihkan Kota Baubau.

Selain itu, ia juga menyesalkan masyarakat yang tidak taat dalam membuang sampah, tidak jarang teguran dari pengawas karena dianggap tidak bekerja maksimal mereka dapatkan akibat dari masyarakat yang membuang sampah setelah mereka mengangkutnya.

Sampai saat ini, yang selalu ia harapkan adalah masyarakat Kota Baubau menghargai mereka dan juga membuang sampah tepat pada waktunya, sehingga Kota Baubau akan terlihat bersih.

Selain itu, ia juga berharap ada regulasi yang jitu, yang dibuat oleh pemerintah agar masyarakat taat dan patuh dan memiliki rasa kebersamaan dalam menciptakan Kota Baubau yang bersih.

"Tapi itu hanya harapannya kita buruh ini, biar juga bagaimana, tiap hari kita bersihkan sampah, karena orang tidak taat dan tidak ada aturan, baru saja kita angkut sampah, belum beberapa meter kita tinggalkan orang sudah mulai membuang lagi, harus juga ada keseriusan aturan dari atas" keluhnya.

Kendati demikian, hatinya yang tulus selalu berdoa, agar masyarakat Kota Baubau sadar dan yang terpenting, menghargai jerih payah mereka sebagai pasukan kuning. Karena dalam hati mereka, mereka tulus membersihkan dan ingin menciptakan Kota Baubau yang bersih.

Terlepas dari pekerjaannya sehari-hari, ia juga berharap ada perhatian penuh dari Pemerintah terkait kesehatan buruh sampah, mengapa tidak, bekerja sebagai tukang sampah, ribuan kuman dan bakteri menjadi teman mereka, dari itu, ia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus untuk kesehatan mereka.

Sebelum bekerja di Kota Baubau, sebelumnya, sekitar tahun 2002 ia sempat mengadu nasib di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Disana anggota keluarganya juga bekerja sebagai tukang sampah, yaitu ayahnya dan Kakaknya yang sulung.

Menurutnya, di Kota Samarinda kepatuhan masyarakat pada waktu pembuangan sampah sangat ditaati karena tegasnya pemerintah dalam menciptakan Kota yang bersih. Selain itu, Kesejahteraan dan kesehatan buruh sampah sangat diperhatikan, karena pemerintah disana tahu betul akan besarnya peran pasukan kuning dalam medukung seluruh program pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun