Sama seperti halnya itu, maka PARA ULAMA MUSLIM-pun sedang bergulat dengan pengertian bagaimana menjelaskan ketauhidan Alloh dengan segala sifat-sifatNya (yang plural) itu, atau dengan keberadaan Al-Quran atau Ummul Kitab sebelum ada ruang dan waktu dan ciptaan? Bagaimana menjelaskannya tanpa ada kontradiksi satu sama lain. Sampai saat ini, usaha para ulama itu, sama seperti para theolog Kristen dalam menjelaskan soal Trinitas dan sama seperti para ahli fisika yang belum bisa merumuskan suatu “theory of everything” bagi paradox ini. Di bagian tertentu mungkin bisa dijelaskan dengan cukup baik, tetapi di bagian lain menyiratkan kontradiksi dan misteri.
.
Terakhir, saya kutipkan kata-kata dari H.P. Owen berikut ini soal Trinitas:
"The doctrine of the Trinity reconciles the paradoxical affirmations that God is self-sufficient and that He is love." – H.P. Owen
.
Trinitarian theology adalah upaya terbaik dari orang Kristen untuk menjelaskan tentang “SESUATU” yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dan boleh dikatakan, Trinitarian theology adalah “theory of Everything” nya orang Kristen yang mendasari semua doktrin dan penjelasannya sehingga seluruh kitab, mulai dari Kitab Taurat Musa (Kejadian/Genesis) sampai kepada kitab Wahyu Yesus kepada Yohanes (Revelation), seluruhnya ada 66 kitab dari 40 penulis dalam rentang waktu penulisan 1500 tahun, dapat terjelaskan dengan baik.
.
Semoga Habib Riziea mendapat pengertian soal istilah “diperanakkan” dalam pengertian yang penuh, termasuk konsekuensi logisnya dengan doktrin Trinitas. Dan semoga Habib juga bisa mendapat hidayah dari Yesus yang ditertawakannya itu. Amin.
Arjuna Baladewa – Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H