Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Atheists for Jesus’ (2)

31 Desember 2015   09:14 Diperbarui: 2 Januari 2016   20:45 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan konsekuensi logis untuk menjaga kemurnian dari ‘nilai-nilai agung’ ini – dalam upaya menghasilkan manusia mahadewa (superman) – jelas tergambar dari pendapat yang mengerikan di bawah ini:

"Equality is a lie concocted by inferior people who arrange themselves in herds to overpower those who are naturally superior to them. The morality of 'equal rights' is a herd morality, and because it opposes the cultivation of superior individuals, it leads to THE CORRUPTION of the human species" (Friedrich Nietzsche).

If Nature does not wish that weaker individuals should mate with the stronger, she wishes even less that a superior race (like the Germanic race) should intermingle with an inferior one (like the Jewish race). (Why?) Because in such a case all her efforts, throughout hundreds of thousands of years, to establish an evolutionary HIGHER STAGE OF BEING, may thus be rendered FUTILE.” (Adolf Hitler. Mein Kampf. – Catatan: kata dalam kurung ditambahkan).

OK, kembali ke laptop. Bagian mana yang sahih? Big brain, adalah jawaban Dawkins. Ya, big brain adalah senjata paling ultimat bagi manusia untuk memberontak terhadap gen serakahnya sendiri. Tetapi sahih-kah? Valid-kah? Bagaimana manusia bisa memberontak terhadap sang pembentuk dirinya sendiri? Apabila gen serakah itu adalah gen yang ‘menciptakan’ dan ‘membentuk’ suratan keberadaan dirinya sendiri? Termasuk big brain yang ada di batok kepalanya itu? Padahal gen itu sendiri ada, karena sebagai akibat dari proses kebetulan tanpa tujuan (randomness) dari alam semesta?

Alvin Plantinga mencoba menjelaskan hal ini:

If Dawkins is right that we are the product of mindless unguided natural processes, then he has given us strong reason to doubt the reliability of human cognitive faculties and therefore inevitably to doubt the validity of any belief that they produce – including Dawkins’ own science and his atheism. His biology and his belief in naturalism would therefore appear to be at war with each other in a conflict that has nothing at all to do with God.” (Plantinga)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh C.S. Lewis:

“The validity of rational thought… is the necessary presupposition of all other theorizing.” (C.S. Lewis)

Apakah argumentasi Dawkins ini bisa saya sebut sebagai circular thinking (biologically)?

Dan tidak hanya itu saja, sebab bukankah big brain itu juga merupakan kumpulan rumit sebab-akibat dari jaringan syaraf yang berdenyut-denyut ataupun reaksi bio-kimia belaka, tanpa peduli soal baik dan jahat? Atau benar dan salah?

'...that "YOU", your joys and your sorrows, your memories and your ambitions, your sense of personal identity and free will, are in fact no more than the behaviour of a vast assembly of nerve cells and their associated molecules.' (Francis Crick – The Astonishing Hypothesis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun