Akhir-akhir ini aku bosan liat tv indonesia yang selalu menampakkan wajah pengamat politik yang hanya memanaskan susana perpangunggan perpolitikan negeri ini.
Ada yang lewat kritikan bahkan beberapa pengamat politik mengkritisi Jokowi-Jk atau Prabowo-Hatta. saya heran saja mereka bicara panjang lebar dengan tujuan pencacatan karakter seseorang. aku juga resah dengan semua itu dan ntah apa aku juga terbawa emosi bercampur tertawa terbahak-bahak
Lihat saja yang dikritisi hanya diam dan duduk bersila santai sambil minum kopi, tetapi masyarakat menilai ini adalah pencacatan karakter seseorang
Sadis memang tapi apalah saya hanya tertawa melihat mereka bicara panjang lebar dengan berbagai isu isu baru ntah itu indonesia dikuasai asing lah apalah.
isu-isu baru yang lagi marak seperti perebutan tahta Jokowi-Jk, koalisi merah putih pelanggar ham lah, parlemen dikuasai prabowo lah. ah saya kira itu hanya permainan wacana saja
parahnya gara-gara isu-isu yang tersebar luas di indonesia ini sangat berpengaruh pada berjalannya pemilu kemaren. pasalnya kedua kubu saling menyalahkan dan entah siapa dalang dari semua itu.
Saya pernah bertanya pada masyarakat
Apa yang anda dapat dari menonton Tv pada saat pemilu?
Jawaban mereka rata-rata
Sudah lama saya tidak percaya pada pemimpin saat ini
Dari wawancara saya dengan masyarakat Dari 12 orang menjawab "Sudah lama saya tidak percaya pada pemimpin saat ini" adalah 10 orang
melihat jawaban beberapa masyarakat yang diwawancarai aku heran ada apa pemimpin negeri ini, mereka saling berebut saat penetapan parlemen seperti anak kecil berebut permen. perbedaannya hanya dalam konteks kekuasaan dan kepentingan
Apa lagi melihat keputusan ditetapkannya Pilkada tak langsung, melihat negeri ini demokrasinya mulai berhenti, pasalnya penilaian kualitas pemimpin yang bagus dinilai oleh masyarakat dan dipilih oleh masyarakat, eh malah ini kebalik
Aku masih setuju dengan Pidato Presiden Abraham Jilcoln
"Pemerintahan dari rakyat untuk rakyat, oleh rakyat, tak akan pernah menghilang dari muka bumi ini"
Tetapi jika pilkada ini tetap belum dicabut terpaksa DEMOKRASI di indonesia ini Tinggal bangkai dan menunggu renkarnasi saat pemimpin selanjutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H