Mohon tunggu...
Bala Gibran Banyumas
Bala Gibran Banyumas Mohon Tunggu... Penulis - wiraswasta

Isilah Form Pendaftaran Keanggotaan Bala Gibran Banyumas dengan mengisi Google Form berikut: https://forms.gle/K9kVQqspTCFx2unY8

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ngapak Goes to The Future

26 November 2023   20:20 Diperbarui: 26 November 2023   20:40 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: doc pribadi, detik.com dan wahbanget.com

Sebuah Cerpen Berjudul "Ngapak Goes to the Future"

Oleh : Bala Gibran Banyumas

Ini adalah sebuah cerpen fiksi, tokoh-tokoh karakter di dalamnya juga adalah tokoh-tokoh fiktif yang mencoba menggali bagaimana kekuatan potensi banyumas menuju masa depan. Seandainya ada kemiripan nama tokoh, hal itu adalah kebetulan dan nama-nama fiksi saja.

Adegan 1: Masa Depan Banyumas yang Penuh Tantangan

Di sebuah sudut warung kopi At Campus Cafe (tempat biasa nongkrongnya mahasiswa UNSOED) yang senyap di Purwokerto , bau kopi harum dan sejuknya udara pagi menjadi latar obrolan serius antara Pak Slamet Tohari, Joko Pacul, dan Novita Wiyanti. Dalam kehangatan sarapan dan secangkir kopi hitam, Pak Slamet mulai membuka obrolan tentang masa depan Banyumas yang penuh tantangan.

Slamet Tohari: "Eh, Joko Pacul, Novita, kalian tahu nggak sich, Banyumas butuh banget pengembangan infrastruktur yang lebih baik. Jalan-jalan di sini masih perlu diperbaiki, dan akses ke internet juga harus ditingkatkan kemiskinan ekstrem nya juga tinggi 11,3 persen di tahun 2023 ..kepriben boss"

Joko Pacul : "Iya Mr.Suhu, saya setuju. Kalau nggak, kita nanti di Banyumas hanya bisa update status 'loading' terus."

Novita Wiyanti: "Ah, Pacul, selalu dengan analogi yang khas. Tapi benar juga, lik...!! Penduduk Banyumas butuh konektivitas yang lebih baik."

Slamet Tohari: "Selain itu, kita perlu fokus pada pendidikan. Anak-anak muda di Banyumas butuh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik untuk menghadapi dunia yang semakin digital ini."

Joko Pacul: "Betul, Suhu. Kita harus punya 'Banyumas Academy', tempat yang nggak cuma mengajarkan ilmu formal, tapi juga skill-skill kreatif. Siapa tahu, nanti ada pengusaha hebat dari Banyumas yang jadi juragan kopi terkenal di dunia!...sekaligus bisa mngurangi kemiskinan dengan tambahnya lapangan kerja..son!"

Novita Wiyanti: "Jangan lupa usaha skala kecil dan menengah, Pak. Kita bisa bikin 'Kopi Khas Banyumas' yang punya pasar luas. Bukannya cuma di kampung sendiri, tapi bisa sampai ke luar Banyumas."

Slamet Tohari: "Dan yang tak kalah penting, kita harus jaga budaya lokal. Jangan sampai kesenjangan antara yang tradisional dan modern membuat kita kehilangan jati diri....lur"

Obrolan mereka semakin seru, dan ide-ide segar pun terus mengalir di tengah canda tawa.

Joko Pacul: "Pak Slamet Tohari, bagaimana kalau kita bikin kopi dengan teknologi tinggi? Kopi yang bisa membuat kita bangun pagi dengan semangat, meskipun tidur larut malam nonton sinetron ..semangatnya seperti orang kroya-kroya itu lho !"

Novita Wiyanti: "Haha, iya cul! Dan kita sebarin ke seluruh Indonesia. 'Kopi Banyumas: Bikin Semangat, Nggak Bikin Insomnia''. .joss'"

Slamet Tohari: "Kalian ini, dari obrolan serius jadi obrolan kocak. Tapi sebenarnya, ide-ide kalian itu nggak buruk,tapi butuh pelaksanaan yang serius. Kita butuh kombinasi serius dan kreatifitas untuk mencapai perubahan yang kita mau baca donk karakter dan budaya orang jawab ngapak di bukunya Ahmad Tohari itu lho..biar tambah cerdas!!"

Obrolan pun berlanjut, tapi siapa sangka, di luar warung, ada kejutan yang lebih besar menanti mereka. Sesuatu yang akan membawa mereka pada petualangan tak terduga di masa depan Banyumas.

Adegan 2: Ngapak Time Machine dan Petualangan Unik

Ketika candaan mereka semakin meriah, tiba-tiba terdengar suara misterius dari luar warung. Seolah-olah langit Banyumas memutuskan untuk menambahkan elemen dramatis pada obrolan mereka. Mereka berdua keluar dan terkejut melihat sesuatu yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya -- sebuah mesin waktu yang aneh di halaman warung.

Joko Pacul: "Pak Slamet Tohari, itu apa, ya?"

Slamet Tohari: "Astagfirullah, itu kayak mesin waktu, Joko! Ngapak Time Machine katanya. Lihat, ada tulisannya."

Mereka berdua membaca dengan penuh antusias tulisan yang menghiasi mesin waktu itu. "Dilarang membawa kopi ke masa depan. Jika tertangkap, akan dikenai denda sejumlah satu kilogram kopi pilihan."

Novita Wiyanti: "Ini pasti becanda, kan, Guys?"

Slamet Tohari: "Kita nggak akan tahu kecuali kita coba. Tapi sepertinya kita harus nyobain. Masa depan Banyumas mungkin sedang menanti kita."

Tanpa pikir panjang, mereka nekat naik dan memasukkan tanggal masa depan Banyumas yang terlihat di panel kontrol mesin waktu.

Mereka pun meluncur ke depan waktu, melewati kilatan cahaya yang membuat perasaan mereka campur aduk. Begitu mereka tiba di destinasi, pemandangan yang menyambut mereka tak bisa lebih berbeda dari Banyumas yang mereka kenal.

Jalan-jalan yang tadinya berdebu kini terubah menjadi jalan tol modern yang canggih. Tempat warung kopi mereka? Berubah menjadi caf berteknologi tinggi dengan meja-meja yang dilengkapi dengan layar sentuh, dan mesin kopi pintar yang bisa mengenali rasa dan aroma yang diinginkan pelanggan.

Joko Pacul: "Wah, Pak Slamet Tohari, ini masa depan Banyumas yang luar biasa! Infrastrukturnya sudah canggih sekali."

Novita Wiyanti: "Dan lihat, pendidikan dan pelatihan terintegrasi dengan teknologi. Anak-anak di sini pasti memiliki pengetahuan yang luar biasa."

Slamet Tohari: "Ngapak Time Machine ini benar-benar membawa kita ke masa depan yang fantastis. Tapi, jangan lupa, kita di sini untuk memperbaiki masa depan, bukan hanya melihatnya."

Mereka pun bergegas menjelajahi tempat tersebut, mencari petunjuk bagaimana mereka bisa membantu Banyumas tanpa kehilangan kearifan lokalnya. Namun, tak disangka, petualangan mereka di masa depan baru saja dimulai.

Adegan 3: Banyumas di Masa Depan yang Penuh Teknologi

Petualangan mereka di masa depan Banyumas tak berhenti pada kejutan pertama. Setelah melewati lorong-lorong kafe berteknologi tinggi yang penuh dengan aroma kopi futuristik, mereka menemukan diri mereka di tengah-tengah kehidupan masa depan Banyumas. Jalan-jalan yang tadinya berlubang-lubang dan tertutup oleh debu, kini telah digantikan oleh jalan tol modern yang berkilauan. Masyarakat berlalu-lalang dengan kendaraan futuristik yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Novita, Joko, dan Pak Slamet saling berpandangan dengan tatapan takjub dan penuh kekaguman. Sambil menikmati suasana, mereka tiba-tiba disapa oleh seorang robot pelayan berwajah senyum holografis.

Robot Pelayan: "Selamat datang di Banyumas tahun 3000! Apa yang bisa saya bantu?"

Joko Pacul: "Eh, Pak Slamet, ini bukan Banyumas yang dulu lagi."

Slamet Tohari: "Iya, Cul. Tapi, ini baru awal. Kita belum tahu bagaimana kita bisa membantu Banyumas ini."

Novita Wiyanti: "Mungkin kita bisa mulai dengan mencari Bupati, atau mungkin tur ke pusat pemerintahan Banyumas tahun 3000."

Mereka pun bersama-sama menuju pusat pemerintahan yang terlihat lebih mirip gedung antariksa dibandingkan kantor pemerintahan tradisional. Di sana, mereka mendapati Bupati yang tampak sibuk mengatur kebijakan-kebijakan masa depan.

Bupati : "Ah, selamat datang! Anda dari zaman mana?"

Slamet Tohari: "pak dewo...kami dari Banyumas zaman sekarang. Kami datang dengan mesin waktu---Ngapak Time Machine."

Bupati: "Aha! Saya sudah mendengar kabar tentang mesin waktu itu. Bagaimana kami bisa membantu?"

Joko Pacul: "Kami ingin membantu Banyumas masa depan tetap unik dan mempertahankan kearifan lokalnya. Bagaimana kita bisa menyelaraskan teknologi dan tradisi?"

Bupati tersenyum dan memberikan mereka panduan tentang sistem pendidikan, teknologi, dan cara menjaga kearifan lokal. Mereka diajak untuk menjelajahi "Banyumas Museum of the Future," di mana hologram dan augmented reality membawa sejarah Banyumas hidup kembali. Setelah menjelajahi seluruh pusat pemerintahan, mereka kembali ke warung kopi mereka yang sekarang bertransformasi menjadi kedai kopi futuristik.

Slamet Tohari: "Nah, Joko, Novi, kita sudah punya gambaran. Kita bisa membawa teknologi ini tanpa kehilangan akar kita."

Joko Pacul: "Betul, Pak. Tapi, gimana caranya kita membuat perubahan ini tetap menyenangkan dan unik?"

Novita Wiyanti: "Mungkin kita bisa bikin festival besar-besaran dengan pakaian adat, tapi dengan sentuhan modern? Kita tampilkan kekayaan budaya Banyumas dalam format yang menarik."

Mereka pun berembuk, menciptakan rencana yang tidak hanya efektif, tapi juga menyenangkan. Dan tanpa mereka sadari, petualangan lucu mereka di masa depan baru saja dimulai.

Adegan 4: Misi Kocak di Masa Depan

Setelah menggali berbagai inspirasi dari Banyumas tahun 3000, mereka merasa semangat untuk memberikan sentuhan khas dan humor dalam merencanakan perubahan masa depan.

Slamet Tohari: "Baiklah, kita harus memastikan teknologi ini tidak merusak kebudayaan dan kearifan lokal kita. Kita perlu membuat rencana yang kocak tapi efektif."

Joko Pacul: "Pak, bagaimana kalau kita bikin festival besar-besaran dengan pakaian adat, tapi dengan sentuhan modern? Kita tampilkan kekayaan budaya Banyumas dalam format yang menarik."

Novita Wiyanti: "Dan, kita bisa mengajak semua orang untuk menggunakan teknologi untuk melestarikan bahasa daerah kita. Kita buat aplikasi atau platform yang lucu, tapi bermanfaat."

Tak berselang lama, mereka mulai menyusun rencana mereka yang diawali dengan membuat undangan festival yang tak biasa. Dengan detail pakaian adat yang dicampur dengan elemen futuristik, undangan tersebut terlihat seru dan unik. Hasil karyanya membuat mereka tertawa bahagia.

Joko Pacul: "Ini pasti bisa jadi ajang pesta terbesar sepanjang sejarah Banyumas!"

Novita Wiyanti: "Dan, sebagai bagian dari festival, kita bisa mengadakan kompetisi teknologi yang kocak. Misalnya, lomba menciptakan alat transportasi tercepat tanpa listrik, atau lomba membuat kopi dengan alat futuristik yang nggak masuk akal."

Slamet Tohari: "Haha, itu pasti seru! Dan kita bisa melibatkan semua lapisan masyarakat, dari yang tua sampai yang muda. Biar semuanya bisa ikut merasakan perkembangan ini dengan cara yang menyenangkan."

Rencana festival pun semakin menggelitik imajinasi mereka. Selain itu, mereka berpikir untuk menciptakan aplikasi yang mengajak orang untuk belajar bahasa daerah dengan cara yang interaktif dan lucu. Mereka berharap dengan sentuhan humor, pendekatan ini bisa menarik minat masyarakat untuk tetap menjaga bahasa daerah mereka.


Setelah berhari-hari merencanakan, mereka memutuskan untuk melibatkan masyarakat dalam diskusi terbuka di warung kopi Banyumas mereka yang futuristik. Mereka ingin mendengar masukan dan ide kreatif dari semua kalangan untuk memastikan perubahan ini sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.


Ternyata, ide-ide kocak mereka benar-benar membuat suasana menjadi lebih hidup dan penuh semangat. Sebuah gebrakan yang tak hanya menghadirkan perubahan, tetapi juga tawa dan keceriaan di setiap langkahnya.

Adegan 5: Kembali ke Waktu Sekarang dengan Pembelajaran Baru

Rencana festival mereka semakin mendebarkan dan menyenangkan seiring berjalannya waktu. Mereka berhasil menyusun line-up acara yang tak biasa, seperti lomba memasak tradisional dengan bahan-bahan masa depan, dan pertunjukan seni yang menggabungkan tarian adat dengan teknologi hologram yang lucu.

Sambil menunggu hari festival tiba, mereka kembali ke warung kopi Banyumas mereka yang telah kembali ke tampilan aslinya. Novita, Joko, dan Pak Slamet bersama-sama mempersiapkan segala sesuatunya. Sementara itu, berita tentang festival unik ini menyebar ke seluruh Banyumas, menciptakan buzz yang tak terduga.

Slamet Tohari: "Lihat, ini adalah langkah besar untuk Banyumas. Kita bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya teknologi dan kebudayaan lokal."

Joko Pacul: "Iya Pak, dan lihat, banyak anak muda yang sudah ikutan membantu. Mereka membuat poster dan meme lucu tentang festival kita di media sosial."

Novita Wiyanti: "Kita juga mendapatkan dukungan dari para tokoh masyarakat dan pengusaha lokal. Mereka melihat potensi keceriaan ini untuk meningkatkan pariwisata dan ekonomi kita."

Saat festival tiba, warung kopi mereka dipenuhi oleh tawa, musik, dan wangi kopi khas Banyumas. Semua orang terlihat bersemangat mengikuti acara dan lomba yang diadakan. Bahkan robot-robot pelayan dari masa depan ikut terlibat dalam menciptakan atmosfer yang meriah.

Joko Pacul: "Pak Slamet, lihat itu! Orang-orang tertawa bahagia, dan mereka benar-benar menikmati festival kita!"

Slamet Tohari: "Ini luar biasa. Kita berhasil membawa keceriaan, teknologi, dan tradisi menjadi satu. Masyarakat Banyumas benar-benar merespons dengan positif."

Acara pun berlangsung dengan lancar, dan pada akhirnya, festival mereka sukses besar. Setelah semua selesai, mereka kembali ke masa sekarang dengan mesin waktu yang sama. Tapi kali ini, mereka membawa pulang lebih dari sekadar kenangan.

Novita Wiyanti: "Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Kita bisa membuktikan bahwa teknologi dan tradisi bisa hidup berdampingan dengan cara yang menyenangkan."

Joko Pacul: "Pak Suhu, apakah Anda merasa bangga?"

Slamet Tohari: "Tentu saja..boss! Ini membuktikan bahwa perubahan bisa terjadi dengan cara yang kocak dan ceria. Terkadang, untuk membuat perubahan, kita perlu menyelipkan sedikit humor dalam setiap langkah kita."

Sambil tertawa, mereka bersama-sama menatap masa depan Banyumas dengan penuh harapan. Petualangan mereka di masa depan tidak hanya membawa perubahan positif, tetapi juga meninggalkan cerita yang dikenang oleh seluruh Banyumas.

Epilog: Pilihan Masa Depan Banyumas

Setelah petualangan yang penuh warna di masa depan, Pak Slamet, Joko, dan novi kembali ke warung kopi mereka yang asli di Banyumas. Mereka duduk di sudut yang sama, masih teringat dengan kegembiraan festival yang mereka adakan.

Slamet Tohari: "Anak-anak, kita sudah memberikan yang terbaik untuk Banyumas. Sekarang, kita lihat saja bagaimana masyarakat merespons."

Joko Pacul: "Pak, melihat antusiasme mereka di festival, saya yakin kita sudah membuka mata banyak orang tentang pentingnya melestarikan kearifan lokal sekaligus menerima teknologi."

Novita Wiyanti: "Dan siapa tahu, Pak Slamet, masa depan Banyumas memang akan diisi dengan keceriaan dan inovasi."

Tiba-tiba, layar televisi di warung kopi tersebut menyala dengan berita terkini. Mereka mendengar kabar bahwa pemilihan umum 2024 semakin dekat, dan beberapa tokoh muda mulai muncul sebagai pemimpin potensial.

Joko Pacul: "Pak Slamet, lihat ini! Figur muda seperti Gibran Rakabuming Raka mulai muncul sebagai salah satu calon wakil presiden RI dari Jawa Tengah..... Ini luar biasa!"

Slamet Tohari: "Benar, Jok. Gibran memang dikenal sebagai pemimpin yang mewakili generasi Z dan milenial. Mungkin inilah saatnya Banyumas mendorong pemimpin yang bisa membawa perubahan dengan pandangan segar."

Novita Wiyanti: "Bagaimana kalau kita mendukung Gibran untuk menjadi calon wakil presiden RI? "

Slamet Tohari: "Itu ide yang baik, Novi. Kita bisa mengajak masyarakat untuk mendukung Gibran dalam pemilu nanti. Dengan demikian, suara Banyumas bisa terdengar lebih jauh lagi."

Begitu malam tiba, mereka berdua bersama-sama membuat poster dan meme lucu untuk mendukung Gibran Rakabuming Raka. Warung kopi mereka menjadi pusat diskusi dan perencanaan untuk mendukung Gibran. Melalui keceriaan, humor, dan tekad, mereka berharap bisa membawa perubahan positif tidak hanya untuk Banyumas tetapi juga untuk Indonesia.

Dengan semangat yang menyala, mereka menyadari bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil dan setiap tindakan positif bisa membawa dampak besar. Banyumas, yang diwarnai dengan kearifan lokal dan keceriaan, siap menyambut masa depan yang lebih cerah dengan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin yang membawa semangat generasi Z dan milenial ke kancah nasional. Dan dengan itu, petualangan mereka pun tidak berakhir; sebaliknya, ini adalah awal dari babak baru yang lebih menarik dan penuh harapan bagi Banyumas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun