Mohon tunggu...
Bakso Tumpah
Bakso Tumpah Mohon Tunggu... Lainnya - Layanan Kesehatan Batin

Lahir di Panci Besar, setelah dibuat bulat oleh empunya. Dan yang terpenting, ia sudah mandi besar sebelum pergi salat jumat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ekstrovert Agape

16 Februari 2021   21:23 Diperbarui: 27 Februari 2021   00:14 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Entah, angin  muson atau angin laut yang sedang berhembus, malah membuatnya nyasar untuk mengabari A. Masih dengan rasa yang sama. Tanpa curiga. Dengan senang hati ia bercerita mendapatkan kado tanpa nama pengirim dengan keseluruh.

Apa yang dialami B. Sampai cerita ini diangkat B belum mengetahui kalau itu adalah A. Seseorang yang amat ia cintai. Mungkin hingga seterusnya, kalau gua nggak cepu, apa B baca tulisan ini. 

Setelah mengetahui semuanya batin A terguncang. Perasaannya tercampur bersama buah-buahan dalam gelas yang berisi sirup, ditambah latarnya siang-siang bulan puasa. Ternyata selama ini ia berbalas chat dengan orang yang menempati palung rahasia terdalam di hatinya. Seseorang yang tidak pernah terlewatkan dalam doanya sebelum tidur. Seseorang yang ia juluki mentari. Cukup menyinari. Kebenaran yang datang terlambat. Ia sempat kalap.

"Mengapa gua nggak pernah merasa kalau seseorang yang sering diceritakan B di chat itu gua." A bertanya retoris, aneh bukan sama gua, tapi sama lampu jalanan. Kenapa, karena ia selama ini merasa rindunya hanya bersinar sendiri kaya lampu jalanan. Ia beriman kepada qoutes Aan Mansyur.

Satu hal besar yang A ceritakan, B adalah motivasi terbesar dalam perjuangannya masuk PTN beberapa tahun yang lalu, meskipun kadang rindu menyerang ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tapi ia tidak bisa mengakhiri hidupnya, setengah jiwannya masih ingin melihat B. Terus melihat B sampai waktunya ia benar-benar pulang.

Kalian pasti tadi akan berpikir A akan memberanikan diri membuka identitas aslinya, bukan?

Dari sisinya sendiri, ia mengetahui pacarnya sangat sayang padanya. Pacar juga telah begitu lengket kepada ibunya. Dari sisi B. Keluarga B sudah dekat sekali dengan keluarga pacarnya. Setelah wisuda B siap untuk dilamar. Tidak mungkin A mengungkapkanya dan merusak kebahagiaan orang banyak. A bukan lelaki egois yang kalian kira. Jadi tidak mungkin.

Untuk urusan kado, A tidak melanjutkan ceritanya karena setelah tahu, ia tidak mau berurusan dengan B--meskipun B tidak tahu kalau ia adalah A. Untuk urusan kado biar menjadi polemik pribadi B dan pacarnya. Cukup sekian. Semoga A tetap waras menjalani hidup. Haha.
Makasih juga untuk sinar melankolia lampu ayam (lampu jalanan). Atas izin kemilaunya, seluruh gelisah A tumpah.

Cerita terinspirasi dari lagu kuning -Rumahsakit. Tapi juga merupakan kisah nyata yang diubah latarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun