Mohon tunggu...
Benz_Hermawan
Benz_Hermawan Mohon Tunggu... Penjahit - Tukang Jait

Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinar Candy dan Baliho Politisi, Mana yang Mengetuk Empati?

10 Agustus 2021   20:16 Diperbarui: 10 Agustus 2021   20:51 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dinar Candy dan Baliho Politisi  

Dinar Candy menjadi tranding topic di media sosial. Bukan terkait performa dengan hentakan musik DJ yang selama ini ia geluti. Namun lebih pada aksi menentang perpanjangan PPKM Level empat.

Aksi yang dilakukan Dinar ini terbilang unik bahkan tak lazim. Bagaimana tidak, perempuan 28 tahun ini memamerkan bentuk lekuk tubuhnya dipinggir jalan.

Dinar Candy menghebohkan jagat dunia Maya dengan mengunggah rekaman video aksinya berbikini ria  di akun media sosial instagram miliknya @dinar_candy.

"Saya stres karena PPKM diperpanjang," tulis Dinar di atas papan yang dibawanya.

Apa yang dipertontonkan Dinar Candy bisa juga disebut bentuk kritik, bukan asusila ataupun mengumbar syahwat untuk tujuan kepentingan pribadi.

Bahkan presenter Deddy Corbuzier merasa aneh dengan penetapan tersangka yang dilayangkan kepolisian terhadap Dinar Candy.

"Menurut gue lucu, banyak orang yang bilang ini melanggar hukum, pornoaksi tapi selebgram yang foto bikini dimana-dimana gimana tuh. Di Bali foto pake bikini nggak pornoaksi," kata Deddy Corbuzier.

Tapi Dinar tentu punya alasan hingga ia nekat. Imbas dari adanya PPKM, ia mengaku pekerjaannya ditunda dan tidak bisa bebas beraktivitas.

Protes yang dilayangkan Dinar ini secara cepat memantik reaksi. Tidak hanya mata para laki-laki yang melihatnya, namun juga polisi. Dinar Candy diciduk dan ditetapkan tersangka akibat aksinya.

Menyikapi aksi yang dilakukan Dinar ini ada beberapa sisi yang perlu mendapatkan perhatian. Bukan pembahasan pornografi seperti yang dialamatkan aparat kepolisian, tapi lebih pada bentuk keresahan masyarakat.

Aksi Dinar lebih tepat merupakan pilihan agar didengar. Jika mengacu teori komunikasi, Dinar ingin menyampaikan pesan sebagai komunikator atau masyarakat yang terdampak PPKM kepada Komunikan dalam hal ini pemerintah.

Pertanyannya apakah yang dilakukan ini wajar? Di negeri demokrasi seperti Indonesia, beragam cara bisa dilakukan dan merupakan bentuk pilihan.

Bisa saja seseorang yang terdampak PPKM seperti Dinar Candy mengibarkan bendera putih ataupun demo berapi-api dengan orasinya. Tapi kembali lagi semua itu pilihan.

Viral video seorang pria di Surabaya yang menandakan menyerah dengan keadaan dengan memperlihatkan bendera putih yang terpasang di tiang-tiang listrik depan pertokoan Jalan Sasak, Ampel, Surabaya juga salah satu contoh.

Meski sama-sama diakhiri permintaan maaf dengan apa yang dilakukan, nyatanya di daerah lain seperti Yogjakarta, hinga Bandung hal sama juga dilakukan aksi pengibaran bendera putih menjadi cara.

Aksi dan reaksi yang dilakukan warga masyarakat ini semakin sinkron dengan tingkah politisi tanah air yang seolah negeri kita baik-baik saja. Papan iklan atau billboard bergambar politisi yang terpampang di sejumlah sudut jalan berbagai wilayah, dirasa kurang pas ditengah ekonomi masyarakat yang masih terkoyak.

Ironinya, baliho hingga papan iklan atau billboard bergambar para politisi tidak dilakukan satu orang. Sebut saja Puan Maharani, Airlangga Hartarto hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Wajah-wajah mereka terpampang di suduh jalan dibeberapa wilayah Indonesia.

Apa yang diperagakan baik para politisi, Dinar Candy bahkan masyarakat lainnya seakan menjadi pesan simbolis beda makna. Sama-sama berada di ranah publik sentilan menggeletik justru muncul,
mana yang mengetuk empaty mana juga untuk kepentingan pribadi.

Protes yang dilakukan elemen masyarakat seperti halnya Dinar Candy semestinya menyadarkan penguasa. Satu ruang ditutup, akan muncul aksi lanjutan lainnya. Bisa saja kali ini Dinar Candy dengan bikininya, besok-besok siapa tahu ditengah kejengahan, aksi lebih dari itu dipertontonkan.

Sekarang menjadi pertanyaan siapa yang harus mendapat perhatian. Warga yang lelah dengan keadaan atau para politisi yang memanfaatkan ruang publik mencari dukungan kepentingan Pilpres 2024 ditengah Pandemi Covid-19.

Terlepas apappun itu yang pasti pandemi Covid-19 belum berakhir. Warga yang terdampak PPKM bisa saja melakukan aksi dengan beragam cara untuk memberikan pesan kepada pemerintah. Begitu juga para politisi, hak mereka juga menggunakan ranah publik dan itu sah-sah saja selama aturan hingga perizinan pemasangan baliho-baliho dipenuhi.

Namun yang lebih penting dari itu, tidak abai dalam protokol kesehatan menjadi hal penting. Sekarang waktunya menjadi Pahlawan untuk diri sendiri dan sekitar.

Tetap gerakan 5M protokol kesehatan sebagai pelengkap aksi 3M. yaitu:

1. Memakai masker,

2. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,

3. Menjaga jarak,

4. Menjauhi kerumunan, serta

5. Membatasi mobilisasi dan interaksi.

Benny Hermawan Masyarakat Pinggiran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun