Mohon tunggu...
Benz_Hermawan
Benz_Hermawan Mohon Tunggu... Penjahit - Tukang Jait

Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinar Candy dan Baliho Politisi, Mana yang Mengetuk Empati?

10 Agustus 2021   20:16 Diperbarui: 10 Agustus 2021   20:51 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyikapi aksi yang dilakukan Dinar ini ada beberapa sisi yang perlu mendapatkan perhatian. Bukan pembahasan pornografi seperti yang dialamatkan aparat kepolisian, tapi lebih pada bentuk keresahan masyarakat.

Aksi Dinar lebih tepat merupakan pilihan agar didengar. Jika mengacu teori komunikasi, Dinar ingin menyampaikan pesan sebagai komunikator atau masyarakat yang terdampak PPKM kepada Komunikan dalam hal ini pemerintah.

Pertanyannya apakah yang dilakukan ini wajar? Di negeri demokrasi seperti Indonesia, beragam cara bisa dilakukan dan merupakan bentuk pilihan.

Bisa saja seseorang yang terdampak PPKM seperti Dinar Candy mengibarkan bendera putih ataupun demo berapi-api dengan orasinya. Tapi kembali lagi semua itu pilihan.

Viral video seorang pria di Surabaya yang menandakan menyerah dengan keadaan dengan memperlihatkan bendera putih yang terpasang di tiang-tiang listrik depan pertokoan Jalan Sasak, Ampel, Surabaya juga salah satu contoh.

Meski sama-sama diakhiri permintaan maaf dengan apa yang dilakukan, nyatanya di daerah lain seperti Yogjakarta, hinga Bandung hal sama juga dilakukan aksi pengibaran bendera putih menjadi cara.

Aksi dan reaksi yang dilakukan warga masyarakat ini semakin sinkron dengan tingkah politisi tanah air yang seolah negeri kita baik-baik saja. Papan iklan atau billboard bergambar politisi yang terpampang di sejumlah sudut jalan berbagai wilayah, dirasa kurang pas ditengah ekonomi masyarakat yang masih terkoyak.

Ironinya, baliho hingga papan iklan atau billboard bergambar para politisi tidak dilakukan satu orang. Sebut saja Puan Maharani, Airlangga Hartarto hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Wajah-wajah mereka terpampang di suduh jalan dibeberapa wilayah Indonesia.

Apa yang diperagakan baik para politisi, Dinar Candy bahkan masyarakat lainnya seakan menjadi pesan simbolis beda makna. Sama-sama berada di ranah publik sentilan menggeletik justru muncul,
mana yang mengetuk empaty mana juga untuk kepentingan pribadi.

Protes yang dilakukan elemen masyarakat seperti halnya Dinar Candy semestinya menyadarkan penguasa. Satu ruang ditutup, akan muncul aksi lanjutan lainnya. Bisa saja kali ini Dinar Candy dengan bikininya, besok-besok siapa tahu ditengah kejengahan, aksi lebih dari itu dipertontonkan.

Sekarang menjadi pertanyaan siapa yang harus mendapat perhatian. Warga yang lelah dengan keadaan atau para politisi yang memanfaatkan ruang publik mencari dukungan kepentingan Pilpres 2024 ditengah Pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun