Malam di Jalur Linggarjati
Bakang dan empat temannya---Rian, Dinda, Wawan, dan Tiara---memutuskan untuk mendaki Gunung Ciremai melalui jalur Linggarjati. Mereka memulai pendakian sore hari, berharap bisa sampai di pos tiga sebelum malam tiba. Namun, karena persiapan yang kurang matang, mereka terpaksa mendaki di tengah gelap.
Saat sampai di pos dua, angin mulai bertiup kencang, dan hawa dingin membuat suasana semakin mencekam. Rian, yang berjalan paling depan, tiba-tiba berhenti dan menyalakan senter ke arah pepohonan di sisi kanan jalur.
"Ada apa, Rian?" tanya Bakang.
"Aku rasa tadi ada yang melambaikan tangan ke arah kita," jawab Rian dengan suara pelan.
Mereka semua memandang ke arah yang ditunjuk Rian, tetapi tidak ada apa-apa selain gelap. Bakang mencoba mengalihkan suasana dengan bercanda, namun rasa tidak nyaman mulai menyelimuti mereka.
Pertemuan dengan Wanita Bergaun Putih
Setelah melewati pos dua, mereka mendengar suara gemericik air, seperti ada orang yang sedang mencuci tangan. Tapi anehnya, tidak ada sumber air di jalur itu. Wawan, yang penasaran, mencoba mencari tahu. Namun, saat ia menyorotkan senter ke sumber suara, mereka semua terdiam.
Di sana berdiri seorang wanita bergaun putih dengan rambut panjang terurai, membelakangi mereka. Tiara langsung berteriak, dan wanita itu perlahan menoleh. Wajahnya pucat dengan mata cekung yang hitam pekat. Tanpa pikir panjang, mereka semua lari secepat mungkin, meninggalkan tempat itu.
Hilangnya Dinda
Ketika mereka berhenti di pos tiga untuk mengatur napas, mereka menyadari Dinda tidak ada bersama mereka. Panik, mereka mencoba memanggil namanya, tetapi hanya gema suara mereka yang terdengar. Bakang bersikeras untuk kembali mencari Dinda meskipun yang lain merasa takut.
Saat mereka kembali ke jalur yang dilewati sebelumnya, mereka menemukan Dinda sedang berdiri mematung, menatap ke arah hutan. Bakang mencoba menyentuh pundaknya, tetapi Dinda malah berbalik dan berkata dengan suara berat, "Kalian seharusnya tidak ke sini."
Suasana semakin mencekam ketika suara tawa pelan mulai terdengar dari arah hutan. Mereka segera menarik Dinda dan berlari kembali ke pos tiga. Dinda, yang sebelumnya terlihat aneh, tiba-tiba pingsan.
Mimpi yang Sama
Malam itu, mereka memutuskan untuk bermalam di pos tiga. Saat tidur, mereka semua mengalami mimpi yang sama. Dalam mimpi itu, mereka melihat wanita bergaun putih tadi, berdiri di depan sebuah makam tua, menunjuk ke arah mereka sambil menangis.