Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Di Tanah Tsunami, UKM Kami Berdedikasi untuk Negeri

20 Desember 2022   13:50 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:57 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mursalin menutup mata dan telinga. Eceng gondok yang dibawa pulang ia jemur di halaman rumah. Pagi ke sore bahkan sampai malam ia menghabiskan waktu bersama tanaman liar basah dan kering tersebut. Dalam diam ia seperti sedang meyakinkan istrinya bahwa akan ada jalan di tikungan berikutnya.

Mursalin merajut, menganyam tanpa henti. Satu ide hilang, ide lain bermunculan. Satu karya belum bagus, ia buang. Bahkan, ia mencetak beberapa model tas, sepatu, maupun modelan lain di kertas HVS yang ia ambil gambarnya dari internet. Saat Cut Afni terbangun tengah malam, ia mendapati suaminya masih menganyam sebuah tas yang unik, kreatif dan inovatif.

Hati Cut Afni luluh. Mungkin akan ada harapan untuk mereka ke depan. Hati yang luluh itu tampaknya tidak begitu aman setelah 3 bulan kerja keras Mursalin tidak menghasilkan apa-apa. Mursalin kewalahan, Cut Afni kehabisan kata-kata untuk mengembangkan UKM mereka yang hidup enggan mati tak mau.

Cahaya itu rupanya datang tak terduga saat Dinas Koperasi dan UKM Aceh Barat mengadakan pelatihan kerajinan eceng gondok. Cut Afni dan Murslin mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan pelajaran penting dalam pengembangan produk dan usaha mereka ke depan.

Buah manis kembali mereka rasakan manakala Mursalin diterbangkan ke Yogyakarta. Ia belajar dari UKM yang sudah berkembang di Tanah Jawa. Hatinya terbuka lebar, kreativitas yang dibangun selama ini mendasari usaha akan berkembang. Ia seperti bangun dari mimpi buruk yang panjang, kerajinan eceng gondok yang selama ini ia anggap entah akan ke mana rupanya telah dikembangkan sejak 1990-an di Yogyakarta.

Mursalin lantas takjub mendapati kursi, meja, tikar, dan lain sebagaimana dibuat dari eceng gondok dan bahkan dipamerkan oleh lembaga pemerintahan sebagai kreativitas anak bangsa.

Pulang ke rumah bukan saja bekal yang dibawa pulang tetapi tekad yang kuat. Di 2017 itu, Mursalin dengan beraninya mendorong pintu Bank BRI Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat untuk mengambil kredit usaha menengah sebesar Rp.20.000.000 sebagai permulaan yang penuh risiko.

Tentu, Cut Afni harap-harap cemas dengan kenekatan dari suaminya. Dalam dukungan yang teguh, Cut Afni kembali meyakinkan ibu-ibu sekitar untuk terlihat langsung dengan aktivitas mereka seperti semula. Keyakinan yang memuncak itu membawa kecemasan serta-merta.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Modal usaha dari Bank BRI dalam bentuk kredit tanpa bunga itu Mursalin jadikan pertahanan awal untuk UKM Kreatif Kubu. Ia membeli hasil kerajinan yang telah ibu-ibu rajut dengan harga yang pantas, ia membeli bahan H2O2 untuk merendam produk tersebut dalam waktu tertentu, ia membeli impra untuk plitur produk agar mengilap dan tentu harus dicampur dengan tiner, dan menjual kembali melalui lembaga pemerintah saat pameran, lembaga swasta, perorangan maupun media sosial terutama Instagram.

Semangat ibu-ibu kembali menyala. Mereka merajut lebih banyak. Mencari lebih sering. Menjemur lebih yakin eceng gondok dari rawa-rawa yang penuh lintah. Tas kecil jadilah satu. Tas besar kemudian dirajut lebih seru. Sandal pun dibuat penuh tawa. Tempat pensil dan tempat tisu sering hilang dibawa anak ke sekolah untuk menambah nilai pelajaran keterampilan. Dan mungkin tikar yang sulit dijual karena belum banyak orang tertarik kepada hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun