Balita berbeda dengan anak yang sudah sekolah SD - setidaknya. Anak yang sudah sekolah akan ngabuburit dengan caranya sendiri. Balita mesti mendapat perhatian lebih karena mereka belum tahu mana yang baik untuk mereka sendiri.
Ngabuburit bersama balita tersayang di rumah saja tak lain cara kita bermain bersama anak. Kesempatan ini bisa digunakan dalam waktu lama - sebulan ini - agar bisa memahami anak kita sendiri. Tak akan ada kesempatan yang mudah terulang kembali dalam kondisi sibuk.
Keinginan balita yang selama ini terabaikan oleh kita - khususnya kaum pria - bisa dinikmati dengan sendirinya. Misalnya, mengganti popok, membuat susu, memandikan, mengganti pakaian bersih, pakai minyak rambut, pakai bedak, sampai minyak telon.
Kebersamaan ini akan cepat sekali berlalu. Tak terasa, sebentar saja sudah menuju berbuka. Karena proses mengajak balita ke kamar mandi butuh waktu lebih lima belas menit, bahkan sampai setengah jam. Sesampaikan di kamar mandi, mandinya bisa lebih lama dari itu. Saat pakai pakaian, pas nggak pas. Celana tidak mau warna cokelat. Baju tidak mau warna putih. Sepatu tidak mau tetapi sandal. Minyak rambut maunya pakai sendiri, mau semprot minyak wangi dengan banyak.
Siap berpakaian dan rapi, tahu-tahu sudah beduk. Inilah cara bermain dengan balita. Mereka diajak berbuka puasa, makan bersama, lalu salat bersama. Lepas dari itu, main sebentar lagi, kita tarawih - ke masjid jika ada, atau di rumah saja. Balita yang telah dengan tabiatnya, akan mulai terlelap pada pukul 9 malam.
Besok hari, kembali main seperti semula saat menjelang senja. Begitu seterusnya sampai bulan puasa habis, dan lebaran tiba. Tak ada ngabuburit kita hari ini. Yang ada 'cuma' bersenang-senang bersama balita saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H