Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Rantang Wajib Isi 5 Tingkat untuk Mertua di 17 Puasa

19 Mei 2018   09:19 Diperbarui: 19 Mei 2018   10:33 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - rumah.com

"Tak bisakah abang tengok sebentar?" suara Aminah tak kalah kerasnya.

"Mana tahu aku, tangisnya kencang sekali,"

Aminah mendesah. Ia berlari ke suara tangis. Mata Agam sudah sembab. Teuku Ampon tak berpindah sedikit pun dari dirinya duduk. Jaring-jaring ikan yang ia rajut juga tidak lebih besar dari dua telapak tangan jika digabung.

Dengan sigap, Aminah menggendong Agam lalu kembali ke dapur. Kesal pun ia tak ingin disampaikan. Emosi yang meluap menjadi lebih ngilu daripada perih di jari manisnya yang tergores pisau.

"Sudahlah ayam ini hampir gosong," ia membuang kesal ke gulai ayam di atas api. Kompor gas itu tak lebih bersahabat dibanding Teuku Ampon. Ia tuangkan santan lalu mengaduknya. Ia lanjut memotong pisang, rengekan Agam dalam gendongannya menjadi irama paling syahdu menjelang sore itu.

Ayam dimasak santan telah matang. Pisang ia goreng sepotong-sepotong. Agam menangis tak keruan, mungkin karena hawa panas dari kompos gas.

"Aminah! Kau diamkan si Agam itu,"

"Abang ambillah dia sebentar,"

"Mana sempat aku!"

Agam terus menangis kencang. Waktu tak hanya memburu tetapi seolah benar-benar meninggalkannya. Pisang goreng hampir hangus. Sayur-mayur yang ditumis hampir gosong. Gulai ayam yang ia letakkan di atas lantai hampir dicicipi oleh kucing rumah yang manja. Ikan hampir saja lupa ia goreng. Ia belum mengambil rantang yang mungkin harus dicuci terlebih dahulu.

Semangka belum ia parut. Aminah membelah semangka yang rupanya tidak merah merekah. Ia parut dengan sendok ke dalam tempat yang lebih besar. Semangka dicampur gula dan sirup agar manis dan lebih merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun