Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Payudara Lepuh

1 April 2016   17:09 Diperbarui: 1 April 2016   17:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Memang, aku sudah tidak sempurna! Dari dulu aku tidak sesempurna dirimu, Zak! Alasan kenapa aku tidak pernah menerima pinangan pria mana pun karena ini, karena aku seperti ini, karena aku akan merenggut bahagia mereka, karena aku tidak bisa memberikan pengharapan, karena aku akan membawa kekecewaan, karena aku tidak akan pernah bisa memberi keturunan mereka!” suaraku sudah hampir serak. “Katakan saja, Zak! Sekaranglah waktunya untuk mengangkat payudaraku! Harta berharga yang kupunyai!”

Zaki mematung. Pria itu terdiam. Tabiatnya, jika sedang gusar akan mengetuk-ngetuk meja sehingga menimbulkan bunyi bernada syahdu. Benar saja. Zaki sudah mulai mengetuk meja. Semakin cepat, semakin berirama, sebuah simfoni tercipta. Aku dan Zaki sama-sama tidak tahu makna ketukan meja tersebut.

“Angkat payudara adalah jalan terbaik, Ai! Kita tidak pernah tahu skenario yang Tuhan tulis, aku percaya kamu akan lebih tegar. Waktu yang kamu jalani dengan rasa sakit dan obat-obatan, kita jadikan sebagai hadiah Tuhan untukmu berbakti pada negerimu. Kita usaha lagi, sekali lagi, urusan berhasil atau tidak, kita serahkan pada Tuhan yang mengizinkan kamu kembali membantu mereka yang butuh uluran tanganmu!”

Mulutku sedikit terbuka untuk kembali membela diri. Zaki mendahului. “Tidak banyak orang bisa bertahan dengan penyakit sepertimu, seharusnya kamu bersyukur pada Tuhan yang memanjangkan usia sampai bisa berbuat banyak kebaikan!”

***

Dadaku sesak. Butet yang duduk di depanku masih belum menyadari apa yang terjadi padaku. Sedikit berlari aku membanting pintu kamar mandi, perlahan kubuka kancing kemeja biru muda dan mataku terbelalak. Oh, ada darah, bukan, nanah, bukan, apa ini?

“Butet!!!”

Sebelum kusadari Butet masuk ke kamar mandi, aku sudah linglung. Aku akan terbang jauh!

***

Beginikah rasanya saat malaikat memanggilku?

Saat tersadar, aku belum bisa melihat sekeliling. Mataku lurus ke depan. Kulirik kiri kanan. Lalu ke dada. Aku menarik nafas panjang. Perih luar biasa. Harapanku sudah hilang, bahagia tidak akan pernah benar-benar kudapati setelah hari ini. Mungkin saja, aku akan menjadi wanita termalang di dunia tanpa memiliki payudara lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun